Almost

2.2K 269 29
                                    

"Nagisa, kau tahu. Kau sangat manis."

Chapter 7
.
.
.

Matahari belum terlalu terik. Kedua kelopak mata Karma menyipit. Diraba-rabanya sesuatu di sampingnya.

Tidak ada.

"Heh?"
Karma langsung terbangun. Kemudian ia mendecak.

"Kalau bangun, bangunin aku juga kek."

Ia beranjak dari kasur itu. Jarum jam menunjuk pukul enam. Ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk pergi bekerja.

"K-karma!"

Karma sedikit terkejut. Matanya yang belum sepenuhnya terbuka, kini terbuka lebar. Pasalnya, ia melihat sosok teman birunya itu bertelanjang dengan rambut birunya yang tergerai basah.

"Hei! Apa yang kau lakukan! Minggir!"
"E-Eh?!"
"J-Jangan lihat bawah! Aku lupa mengambil handukku!"

Dan kenapa keduanya jadi gugup begini?

"O-oke, aku akan menutup mataku dan cepat ambilah."

Nagisa hanya menggerutu melihat Karma yang sudah menutupi matanya dengan tangannya.

"Jangan mengintip."
"Iya iya."
"Sudah?"
"Belum."

"Nagisa?"
"Iya sudah, buka matamu."

Karma menjauhkan tangannya dari matanya. Tapi ia masih sedikit terkejut.

"Kenapa kau cantik sekali."
"Hah? Apa?"

Nagisa kini menyemburatkan seberkas warna merah di pipinya.

"Kau itu laki-laki apa perempuan sih?"
"Jelas laki-laki, Karma."
"Hee, melihat rambutmu yang panjang dan basah, terlihat cantik dan sedikit seksi ehe."

Nagisa memutar bola matanya malas seraya memegangi handuk yang kini terlilit dari dada sampai pahanya.

"Hehe. Sudah selesai mandi ya?"
"Belum. Baru saja menyalakan shower, terus aku lupa mengambil handukku."
"Hee, kalau begitu aku juga ikut mandi denganmu ya?"
"Eh?"

Nagisa melebarkan matanya.

"Tidak mau! Nanti kau bisa melihat punyaku!"
"Ayolah. Sudah lama kita tidak mandi bersama~ Setidaknya ada yang membantuku menggosokkan punggungku hehehe."
"T-i-d-a-k m-a-u."
"Ayolah. Ini juga bisa mempersingkat waktu. Aku tidak akan menertawakan punyamu yang lebih kecil dari punyaku itu kok."
"Karmaaa!!"

Nagisa memukul kepala Karma tepat di ubun-ubun. Membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Aduuuh Nagisa! Kok mukul sih?"
"Terserah."

Nagisa kemudian masuk dan meninggalkan Karma di luar.

"Hei tunggu!"

Pada akhirnya, mereka pun mandi bersama.

.
.

"Ssshh aahhh Nagisa..."
"Hmmmh nikmat sekali. Kau sangat hebat ya, Nagisa."
"Uhhh tanganmu benar-benar lihai..."
"Bisa diam tidak sih? Aku hanya memijit pundakmu."

Dan seketika ambigu merajalela.

--

"Maaf ya, Nagisa. Aku nanti tidak bisa menjemputmu pulang dari sekolah. Sore nanti aku harus bertemu dengan Gakushuu."

Nagisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Emm. Daijoubu. Aku bisa pulang sendiri. Lagian rumahku tidak jauh dari sekolah. Terimakasih tumpangannya, Karma!"

Karma melambaikan tangannya saat Nagisa keluar dari bilik pintu mobil Karma. Netranya menangkap kilat senyum manis yang tidak biasa. Entah, Karma merasa pipinya memanas saat Nagisa begitu menawan di matanya.

"Moshi moshi~"
"Hei, ada apa pagi-pagi menelponku?"
"Tidak juga. Hanya ingin mengingatkan nanti sore jangan lupa bertemu di tempat biasanya."
"Euh, apa kau merindukanku?"
"Sama sekali tidak."

Karma terkekeh sejenak. Untungnya yang di seberang telepon tidak mendengar.

"Kalau begitu, aku saja yang merindukanmu."
"Hei hei, nanti aku dimarahi nyonya Sakakibara loh~"
"Oi kau masih saja menjodohkanku dengan Ren?"
"Hahahaha, sampai jumpa tuan Asano-san!"
"Hais..."

Karma melanjutkan perjalanannya dari sekolah menuju perusahaannya. Ia terus berharap agar waktu berjalan cepat.
Agar ia bisa bertemu Gakushuu.
Agar ia bisa mencari tahu jawabannya.

--

"Ini?"
"Yeah! Coba ku cocokkan."
"Hm?"
"Gakushuu, kau dapat ini darimana?"
"Entah, aku lupa. Yang jelas, aku tak begitu peduli dengan masa laluku. Lagipula-"
"Hei! Besarnya wadahmu ..... berbeda dengan wadahku!"

Whose The Love Is?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang