APBTS [ THE NEXT ] 16

1K 52 1
                                    

Zayn Malik - Pillow Talk

Justin Bieber - The Feeling

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Aku menatap kebawah pada sepatuku, tangan kanan ku memegang kening dan satunya bertopang tubuh pada meja bar. Oh, ya tuhan. Gadis batinku berdiri diantara kedua kakinya dan berjalan kesana-kesini sambil juga mengigit ujung jari telunjuknya dengan gemetar. Rasanya kepalaku serasa ditusuk ribuan panah dengan keras, kepalaku pusing, dan aku berusaha keras untuk tidak terlalu memikirkan hal ini, ingat karena ada banyak hal lain yang harus aku lakukan. Baiklah, tetap tenang dan anggap tidak terjadi apa-apa.

Lantas aku berbalik untuk keluar dari ruang ganti, namun Mila tiba-tiba saja sudah berada dihadapanku dengan kedua tangannya disimpul di depan dada. Tatapannya sangat mengintimidasi padaku membuat organ tubuh ku seolah berhenti dalam sekejap dan bernafas. Aku menelan ludah dan menghindar dari tatapannya itu. "eh, Mil, mau make up ya? Nih, punya gue—gue tau lo ngga bawa-kan, jadi—gue pinjemin buat lo" kakiku mengetuk-ketuk kecil pada lantai dan secara spontan mengigit bibir bawahku.

"Lo kenapa sih? Aneh tau ngga"

"A-aneh?" Aku terkekeh singkat, "aneh gimana maksud lo?"

"Mau ketemu siapa di cafèlania?"

Nafas ku seolah kembali berhenti dan aku berusaha untuk menetralisirnya. Sial, dia mendengar pembicaraan ku dengan Kevin. Tidak, aku tidak boleh memberitahunya jika aku akan bertemu dengan Kevin, akan bertambah rumit jika nantinya Mila akan bertanya-tanya kenapa aku bertemu dengan Kevin dan apa sebabnya. Lantas pikiran ku menerawang jauh jika Kevin atau bahkan Ali marah karena tau jika aku memberitahu hal ini pada Mila, dan kemudian aku tidak akan bisa mencari tau kehidupan Ali dulu dan bagaimana kejadian, trauma-nya.

Jadi aku berdehem satu kali sebelum menjawab, "cuma—temen SMA gue waktu itu, Raihan" dan kupikir ini alasan yang pas karena Mila menatapku seperti sebelumnya, tidak mengintimidasi. Dia mengangkat bahu dan memutar tumit menuju pintu, namun sebelum ia membukanya dan keluar, dia kembali berbalik padaku.

"kali ini gue percaya, tapi kalau sedikit aja ada yang gue curigain ke elo, jangan harap bisa nyebut nama gue lagi. Dan oh, kalau ada masalah jangan pernah berfikir buat ngga cerita sama gue, oke?"

Aku menelan ludah dan membuang nafas dengan lega, "ya"

Dengan itu Mila membuka pintunya dan keluar meninggalkan ku di ruang ganti sendiri, gadis batinku bersujud berterima kasih karena syukur Mila percaya padaku kendati hanya untuk kali ini, katanya. Tapi tidak masalah, lain kali aku harus lebih waspada lagi jangan sampai ada yang mengetahui hal ini karena kecerobohan ku, lagi.

Lantas aku meletakkan gaun cantik itu pada tempat semula sebelum beranjak keluar ruangan dan berkumpul dengan yang lain di balkon terkecuali Bu Nizka. Semua mata tertuju padaku dan memberikan tatapan intimidasi, oh, ku harap Mila tidak menceritakan apapun pada mereka. Lantas tidak ingin melihat mereka pun aku langsung menduduki kursi yang menghadap meja dan memainkan ponsel ku, anggap tidak terjadi apa-apa. Sampai Dahlia memanggilku dan secara spontan aku mendongak padanya.

"Lo marahan lagi sama Ali?"

Mataku secara otomatis menghindar kontak mata dengannya menatap pada bunga-bunga disamping. "Ngga."

"Lo bohong. Gue selalu tau perubahan sikap lo yang berubah drastis kalau udah marahan sama dia."

Aku menelan ludah dengan susah payah karena benjolan dalam tenggorokan ku seolah mulai membesar. Aku merubah posisi dudukku yang juga mulai terasa tidak nyaman, keadaan disini juga seakan menjadi intimidasi, aku bersumpah bahwa aku menyesal ke balkon jika akhirnya seperti ini. Membawa jari-jari tanganku pada rambut ku dan menarik-nariknya pelan. Aku menghela nafas pasrah sebelum bicara, "Ya...cuma masalah sepele, lo pasti tau, kan?"

 ALI PRILLY BEHIND THE STAGE [ The Next ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang