six

118 8 0
                                    

Setelah mereka makan malam, mereka menuju ke depan rumah nya dan menaikki mobil mercedesbenz berwarna hitam.
Seokjin pun langsung masuk dan duduk di kursi pengemudi, sedangkan saera duduk di depan kursi penumpang.
Saera hanya diam saja memikirkan jimin, tak tau kenapa perasaan nya sangat sayang terhadap jimin.

Ketika mereka sudah memasuki pusat kota seoul, mereka terkena macet yang sangat parah, hingga jam sudah menunjukkan pukul delapan malam mereka masih ada di perjalanan.

"Oppa, bagaimana ini?" Tanya ku cemas.

"Sudahlah kau tenang saja, berdoa semiga jimin baik baik saja" ucap seokjin oppa dan kembali memandang mobil mobil yang terhenti di depan dan di sampingnya.

"Oppa, apa perlu aku menelfon jungkook?" Tanya ku.

"Tak usah, nanti masalahnya semakin berat" jawab seokjin oppa.

"Baiklah, aku menurut" ucapku.

Akhirnya kita sampai di club malam yang terkenal di seoul.

"Kau tunggu dimobil dulu saja" ucap seokjin oppa.
Aku mengangguk dan paham, tapi setelah sepuluh menit, seokjin oppa tidak balik balik.

Aku keluar dari mobilnya dan tak lupa ku kunci, aku langsung masuk ke dalam club malam itu dan melihat orang orang yang telah meminum sampai mabok.

Ada pula yang melakukan hal yang tak di duga, dan itu saera melihat dengan kepala matanya sendiri.

Saera pun langsung menuju ke sebuah bartender dan melihat jimin sedang berkelahi dengan hyung nya itu.

Sesegara mungkin ku tenangkan mereka berdua bersama pemilik bar itu.

"Berhenti bertengkar!" Teriak ku membuat orang orang melihat kearahku dan langsung diam.

"Janganlah bertengkar disini! Kalian itu sudah besar! Bukan anak kecil lagi" teriak ku lagi membuat orang orang langsung mundur, tetapi tidak dengan jimin.

"Saera, apa itu kau?" Tanya jimin yang masih dipengaruhi minuman itu.

"Iya ini aku" aku segera memeluk jimin tetapi seokjin oppa memisahkan kami.

"Mau apa kau!? Sifat kau sekarang liar! Kembali ke sifat kau yang dulu!" Teriak seokjin oppa yang membuat semua orang terdiam.

"Liar? Hahahaha" tawa nakal jimin pun keluar. Saera tak menyangka bahwa jimin bisa seganas ini.

"Jimin...tolonglah kembali sadar" ucapku.

"Sadar? Hahahaha" jimin langsung mengambil minuman itu lagi dan untungnya seokjin oppa mencegatnya.

"Bisa kah kalian berhenti bertengkar! Lagi pula, kenapa sifat kau kembali seperti dulu lagi jimin! Kau puas melihat hyung mu yang sudah merawatmu dari kecil! Kau ini tak tau utang budi!" Ucapku kesal sambil mengeluarkan air mata dan mulai membasahi wajahku.

"K-kau menangis?" Ucap jimin sambil mengelus ngelus pipiku.

"Ayok kita pulang" ajak seokjin oppa.

****

Di mobil hanya ada suara tangisan ku, yang membuat jimin menoleh kebelakang setiap detik.
Aku pun tidak menyangka bahwa aku telah melawan rasa liar jimin.
Sungguh aku bangga terhadap diriku sendiri, tapi dibalik kebanggaanku, aku merasa sedih.
Karena melihat jimin sungguh liar. Ya liar. Seperti ada yang mempengaruhi jimin hingga ia bisa seliar itu.
Rasa kekecewaan juga terpendam pada diriku ini, saat sampai di rumah jimin dan hyung nya, akupun keluar dari mobil dan membantu jimin berjalan menuju ke ruang tamunya.

Dream Come True (Bts Pak Jimin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang