but im not 18 anymore

838 54 8
                                    

chapter ini sudah

Ayahku dan ayahnya adalah sahabat erat dari kecil. Bahkan, mereka melamar ibuku dan ibunya di hari yang sama. Dan detik ini, aku mendengar permohonan mereka.

"What?!" tekikku kencang yang bisa membuat dunia ini tergoncang hebat.
Bagaimana tidak? Orang tua kami menjodohkan kami berdua.
Rencana gila!

Namaku?
Kate Crystalie Hunt.
Kalian bisa panggil aku apa saja asal jangan Cry. I hate that freakin nickname.

"Ahh! Dad, aku sudah berpacaran!" sahut lelaki itu.
"Lo-pikir-lo-doang? Gue-juga!" ucapnya terbata.
Ayah kami hanya tertawa kecil satu sama lain. Ini sama sekali tidak lucu!

Sialan!
Air mataku sudah diujung dan Niall tampak sangat tertekan. Bukannya melebihlebihkan, tapi, masa lalu buruk dengan Niall masih terngiang dipikiranku.

Niall POV
TIDAK ADIL. Apa yang harus kukatakan pada Selena?
Aku mengacak ngacak rambutku dan bibirku sudah menipis, menyimpan lidahku yang sudah sangat geram dan mengendus sangat kasar.

Kate berdiri kesal dan dengan cepat meninggalkan kami semua.
Sontak aku berdiri dan mengekorinya dari belakang tanpa seijinnya.
"Cry!
"Call me Kate!" ucapnya yg sama sekali tidak menoleh ke arah wajah tampanku ini dan makin mempercepat tempo jalannya.
"HEY! BISAKAH KAU BERHENTI BERJALAN SANGAT CEPAT?" perintahku dan mempercepat gerak kakiku lalu menarik tangannya dengan lengan kananku dan memutar badannya ke hadapan wajahku. Tepat di depan wajahku.

"Hey bitj! Wajahmu terlalu dekat!"
"What's wrong? I just, hate you." ucapku semakin mendekatkan wajahku.
"Gue juga gabakal suka sama lo lagi, buluk onta" ucapnya tersenyum.
"But i'll never forget our sweet little things, when we were eighteen." ucapnya dalam dan melepaskan genggamannya

Kate POV
Walaupun sebenarnya aku belum bisa melupakan, tapi aku sudah punya Harry.
"Oh begitu, bisakah kita batalkan?"
"Sudah seharusnya."

Sebenarnya, Niall adalah mantanku dulu saat umurku 18, he is my first love.

"Bagus, Cry"
"I'm Kate."
"Whatever! i hate you cry."
"CALL ME KATE! i hate you more!"
"i hate hate hate hate hate hate hate hate hate hate you more!" teriaknya tak mau kalah.
"Hey! bisakah kedua pasangan diluar berdamai?" ucap Theo, adik Niall.
Aku hanya membelalakan mataku dan menatap Niall yang tersenyum kecut tanpa arti.

Dia menepuk lenganku dan pergi begitu saja seenaknya.
Who is he? Alien?

×××
"besok kalian harus tinggal di apartemen ayah. tanpa penolakan." ucap ayah Niall.
Aku bisa gila, oh god.
×××
"Ishh" desisku menarik koper ke dalam apartement terkutuk ini.

Klek.
Aku hanya menatapi kamar apartement ini.
Niall hadir disampingku. "Hanya ada satu kasur?" ucapnya dan langsung berbaring
"Elo tidur dibawah." sahutku
Oke, sekarang aku benar benar gila karena rencana perjodohan sinting ini.

Badanku sudah terasa sangat kusut dan tidak nyaman.
Hm rasanya aku ingin mandi terlebih dahulu.
"Mau ngapain lu?" tanya Niall melihatku mengambil handuk.
"Mandi, ga liat gue bawa handuk? mau apa lagi? Kenapa? Masalah? Mau ngintip lu ya?" cerocosku bertubi tubi.
"Yakali mau masak di toilet, Gapapa, Masalah, Boleh dong ngintip dikit hahahahha" Jawabnya pun bertubi tubi.
Aku hanya membelalakan bola mataku.

×
Segarnya!!
The F? bodohnya aku? Menaruh baju diluar?
Shit :(

"Niall! bisakah kau ambilkan aku baju?" teriakku.
"Yang warna oren ini?"
"Iya"
"Yah udah gue jadiin keset, gimana dong?"
Arrgh!
Aku keluar hanya diselimuti menggunakan handuk.
Dan melihat dirinya yang sudah memegangi baju baju ku.
Ishhh!!!!
"BERIKAN!"
"Enak saja, kau siapa?"
damnit nialll.

"Pipimu memerah." cetus tawa Niall
Dia selalu saja membuatku kesal"
"KAU TIDAK SEPERTI DULU--"
"Lupakan masa lalu. Aku sudah bukan anak 18 tahun yang menyukaimu. Anggap saja kita baru mengenal."
"Oh! Tentu saja. Akan lebih baik jika kita tidak saling mengenal" ucapku tersenyum perih.
Dia hanya menatapku lembut tanpa arti (?)
Aku membalikkan badanku dan mengganti bajuku.
Lebih baik aku menangis di toilet daripada harus terlihat lemah didepannya.

Niall POV
Jujur saja dia manis dan eum..., sangat cantik.
Tapi, waktu membuatku sudah lupa akan dirinya.

Dia mengambil semua bajunya dariku dan pergi begitu saja menuju toilet.

"Matamu merah?" ucapku memerhatikannya ketika ia keluar.
"Ga usah sok peduli. Gue bukan siapa siapa."
"Cie habis nangis."
"Gue mau masak." ucapnya yg tentu saja membuatku mengalihkan pembicaraan.
"Gue pengen Nandos" pintaku
"Gue buatin teh dulu." ucapnya tersenyum.

What? Bukannya dia tau kalau gue benci teh?

"gue. ga. suka. teh."
"Oh, maaf gue ga tau"
"What a liar"
"Bukannya lo yang nyuruh gue buat ngelupain masa lalu dan menganggap kita baru saling kenal? Lo lupa? Oh! Gue yang lupa, harusnya gue ga bicara kayak gini ke lo, kan gue baru aja kenal. Kenalin, Kate Crystalie Hunt. Panggil aku apa saja, tapi jangan Cry, karena gue benci nama itu" ucapnya tersenyum tajam.
Benar benar menyayat hatiku.
"Kenalkan, Niall James Horan. Kau boleh panggil aku apa saja; Tampan, Ganteng, Dermawan atau apa saja. Gue udah berpacaran dan suatu hari akan ku kenalkan padamu." ucapku tak mau kalah.

"Oh. Bagus. Kau boleh makan apa saja, makan meja, makan kulkas, makan tembok, makan dirimu sendiri pun boleh. Aku tidak mood memasak" cetusnya
Kata kasar itu terselip dibibirku.
Gubrak.
Aku membanting pintu dengan sangat keras.

×××
Thanks for reading, guys!
V o + m m e n t s : )

Falling Love → Niall HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang