Part 1

25.1K 2.2K 34
                                    

"Untuk apa kamu bawa anak itu kesini! Apa kamu sadar yang kamu lakukan, Rima!!!"

"Tapi Ma, apa salah bayi kecil ini! Dia gak tahu apa-apa!"

"Dia anak yang tak diinginkan! Anak haram! Kenapa suaminya begitu bodoh untuk mempertahankan kakak tololmu itu!! Dan sekarang kau ingin merawat anak itu dirumah ini!! Apa aib kakakmu tidak cukup membuat kita malu!!!"

"Cukup, Ma! Cukup! Kenapa Mama selalu berbicara aib, aib, dan aib! Apa Mama sadar dengan ucapan Mama! Disini yang bersalah bukanlah bayi ini! Tapi Kakak, Ma! Kakak! Dan Bang Ryan gak bodoh! Dia sadar akan kondisi Kakak yang ngandung anak dari pacar lamanya! Kakak sudah mengakuinya dan Bang Ryan menerimanya dengan lapang hati! Tapi kenapa, Ma! Kenapa saat Bang Ryan tidak sengaja mengalami kecelakaan dan Kakak yang berjuang melahirkan bayi ini Mama dan keluarga Bang Ryan berubah! Kenapa tak seorang pun dari kalian yang menerimanya! Dia tidak salah, Ma! Dia bukan aib!"

"Lalu maumu apa! Kau mau mempertahankannya disini! Aku tidak suka jika anak-anakku harus bersepupu dengannya. Aku tidak sudi!"

"Kak Ranti kenapa bilang begitu! Kakak juga mau ikut-ikutan menyalahkan Ganesha! Kenapa kakak juga jahat!"

"Kamu terlalu naif, Rima. Aku tidak pernah menyetujui kehadirannya. Aku hanya diam selama ini karena aku menolak kehadirannya. Anak itu menjijikkan dan aku tak ingin anakku mengenalnya."

"Rima, ada baiknya kamu mengerti sayang. Harga diri keluarga kita akan hancur kalau kau bertingkah seperti ini. Berikan bayi itu pada Papa, akan Papa kirim bayi itu ke panti asuhan. Papa janji akan memenuhi semua kebutuhannya tanpa kekurangan sedikitpun."

"Papa... ini bukan soal materi... apalagi harga diri... ini soal kasih sayang... bagaimana bisa ia tumbuh tanpa itu..."

"Banyak orang panti yang akan memberinya. Papa janji."

"Rima gak nyangka, Pa... Papa jahat. Jahat banget."

"Rima..."

"Keluar kamu dari rumahku! Mulai detik ini kamu bukan anak dirumah ini! Kamu orang asing! Aku tak sudi menganggapmu sebagai anakku."

"Kalau ini membuatku tak terpisah dari Ganesha, aku akan pergi, Ma."

"Dan jangan coba-coba kamu bawa barang yang bukan milikmu!"

"Tenang, Ma. Aku hanya mengambil apa yang menjadi milikku campur tangan dengan milikmu, Ma."

Rima melangkah menaiki tangga dengan derai air mata yang tak kunjung berhenti. Bayi dalam dekapannya tampak nyaman tanpa terusik sedikitpun dengan teriakan juga makian yang terarah untuknya. Bayi itu tenang, karena Rima sudah menjadi tameng yang sempurna untuknya. Dan ia tidak akan pernah tahu, jalan apa yang ditempuh adik dari ibunya itu.

Tas selempengan lusuh peninggalan kakaknya tersampir dilengannya. Dekapan hangat jaket besar milik saudara iparnya yang sudah meninggal membuat Rima tak ragu melangkah keluar istana yang sudah ia tinggali selama dua puluh tahun. Celana jeans kusam dan sepatu kets lusuh membalut kakinya. Tanpa menoleh sedikitpun ia menapaki jalan keluar istana itu. Ia melangkah pasti, di depan foto pernikahan kakaknya beberapa bulan silam ia berjanji akan merawat Ganesha layaknya merawat anak sendiri.

"Bang... Kak... kuatin Rima."

Rama menatap sendu tubuh adiknya yang hilang di ujung jalan. Setitik air mata jatuh tanpa diminta, karena sebagai kakak ia tidak bisa berlaku sesuka hati. Bersikap tegar ia kembali masuk kedalam rumahnya. Ia berjalan menaiki tangga dan ikut berdiri di depan pintu kamar. Matanya yang menampilkan kesedihan berubah datar.

To Be Good Mother (Re-write)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang