"Ehem!"
"Banci kaleng!" Rima yang tadi sedang asik membersihkan beberapa patung berteriak latah saat mendengar seseorang berdeham cukup keras di dekat telinganya. Saat berbalik, Rima melihat Asraf yang sebulan lalu pergi keluar kota untuk menghadiri beberapa pameran, kini ada di hadapan Rima dengan gayanya yang terlalu muda.
"Pak Asraf, astagaa... Saya kira siapa..." Rima memegang dadanya yang masih berdegub kencang karena kaget.
Asraf tersenyum kecil. Tangannya terulur untuk mengacak rambut pendek Rima yang ditata rapi. Mengundang pelototan manis wanita yang memiliki perbedaan umur jauh dengannya itu. Matanya lalu menatap sekitar ketika Rima kembali sibuk dengan pekerjaannya, yang sebenarnya bukan tugas gadis itu. Tapi Rima tetap Rima, pegawai yang paling jarang mendengarkannya dan sering seenaknya. Well, selama tidak merugikan usahanya Asraf tidak masalah dengan itu.
"Mana jagoan saya, Rima?" Asraf masih mengedarkan pandangannya, mencari bocah kecil yang selalu membuat rusuh galerinya.
"Bapak Asraf, anda tidak punya anak lelaki. Anda hanya punya anak perempuan yang semenjak sebulan lalu anda tinggalkan. Dan saat ini dia mungkin sedang bersama anak lelaki saya."
Mendengar ucapan Rima yang terlalu kaku dan Asraf yakin hanya candaan, membuat lelaki yang sudah memasuki usia empat puluh tahunan itu tidak tahan untuk tidak meminting kepala Rima. Membuat Rima memekik seketika karena terkejut akan tingkah gila Bosnya.
"Kamu masih aja nyebelin ya Rimaaa... Dasar temannya Budiii..." Asraf sangat gemas sampai-sampai ia mencubit pipi Rima, membuat gadis itu semakin memekik tak terima. "Sekarang jawab, dimana jagoan kecil saya?"
"Duh-duh... Pak Asraf kejamnya gak ilang ya, tuh Ganesha ada di ruang melukis bareng Jasmine." Kata Suci.
Suci yang baru saja selesai melayani pembeli dan ia sudah tak tahan melihat kebrutalan Bosnya yang baru saja kembali setelah pergi sebulan lamanya. Ia menggelengkan kepala melihat Rima yang mengumpati Bos mereka yang pergi tanpa rasa bersalah meninggalkan Rima begitu saja.
"Thanks Ci, gue gak tahu harus gimana ngadepin bos sarap kayak dia. Arghh... Leher gue sakit banget." Rima memijat lehernya lalu berlalu begitu saja, meninggalkan Suci yang terlihat memutar bola matanya malas.
"Ketika orang gila ketemu orang gila, udah pasti tambah gila, cih."
---
Asraf membuka pintu ruang lukis perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah putri kesayangannya yang duduk di tengah ruangan. Gadisnya yang bulan lalu sudah menginjak usia enam belas tahun itu terlihat cantik dalam balutan gaun biru bermotif bunga yang merupakan hadiah khusus dari Rima, di mana karyawannya yang bengal itu yang membuatnya sendiri. Lalu pandangannya beralih pada jagoan kecilnya yang duduk di balik kanvas dan membelakanginya. Jagoan kecilnya itu terlihat serius dengan lukisannya yang terlihat belum sempurna. Asraf memperhatikan kanvas di mana Ganesha, jagoan kecilnya tengah melukis Jasmine, putrinya.
Asraf memilih bersandar pada pintu, tidak ingin mengganggu keheningan yang tercipta. Ia tahu Jasmine menyadari kehadirannya, dan ia tahu gadis itu memilih diam karena tak ingin mengecewakan Ganesha kecil yang tampak serius melukis dirinya.
Ayah dan anak itu sangat mencintai Ganesha. Di sudut sana Rima menangis dalam diam.
---
"Ganesha, ayo sini makan malam."
Rima berteriak dari dapur, membuat Ganesha yang asik bermain menebak huruf bersama Robert terhenti. Lelaki yang kini berprofesi sebagai pegawai bank itu terlihat lelah, tapi ia memaksakan diri untuk melihat keponakan tercintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Good Mother (Re-write)
RomanceHanya sebuah kisah tentang Rima yang mengasuh Ganesha, keponakannya yang kehilangan kedua orang tuanya, dan di benci keluarga besar ibunya.