Jam kerja Rima sudah selesai sejak dua jam yang lalu, dan dua jam itu pula ia sibuk dengan kuas, palet, dan kanvasnya. Dan Ganesha, anaknya itu terlihat sangat nyaman tertidur dipangkuannya sejak setengah jam yang lalu. Lengan kecil itu terkulai di pundaknya dan kepala kecil Ganesha bersandar nyaman dibahunya.
Pintu terbuka tiba-tiba, membuat Rima menghentikan sejenak kegiatannya untuk melihat siapa itu. Rima tersenyum ketika melihat Jasmine berjalan masuk dan tersenyum padanya.
"Kak Rima, belum pulang?"
"Entar, kakak harus nyelesein ini lukisan, udah dua minggu terbengkalai." Jawab Rima tanpa menghentikan goresan kuasnya di atas kanvas.
Jasmine mendekat, gadis muda itu penasaran apa yang Rima gambar. Mulutnya membentuk O, ia sangat takjub dengan apa yang digambar Rima. Seorang Ibu yang menggandeng anaknya, lukisan yang harusnya biasa saja, dengan warna hitam dan abu-abu. Tapi ada kesan menyejukkan dari lukisan Rima. Apalagi tangan yang saling bertaut itu, Jasmine jadi rindu Ibunya.
"Kak, Lukisannya buat aku ya." Jasmine menatap Rima intens.
Rima menaikkan satu alisnya dengan sudut bibir yang tertarik kesudut. "Kenapa? Kamu suka ya sama lukisan kakak? Tapi kamu kan kemarin habis ambil lukisan kakak yang Ganesha."
Jasmine tersenyum, memang kemarin ia merengek ingin lukisan Rima yang bergambar Ganesha, di mana di lukisan itu Ganesha tersenyum lebar dengan tangan bertaut di belakang dan beberapa corak cat yang menghiasi pipi bocah itu, Rima melukisnya saat Ganesha selesai dengan kegiatan melukisnya. Jasmine sangat suka dengan senyum lebar dan mata Ganesha yang menyipit membentuk bulan sabit, di tambah gigi-gigi mungil Ganesha yang Rima gambar dengan jelas. Jasmine memajang lukisan Ganesha di ruang tamunya, Ia maupun sang ayah tak pernah bosan melihat senyum itu.
"Kakak kok hebat banget lukisnya, aku gak pernah rela kalo ada yang pengen beli."
Rima tertawa mendengar ucapan Jasmine yang terdengar posesif, jika bukan karena Asraf ada, ia yakin Jasmine tak segan mencuri lukisannya terus menerus. Rima tahu seberapa terobsesinya gadis itu pada setiap lukisannya. Bahkan, untuk mendapatkan lukisan Ganesha, Jasmine berdebat dengan ayahnya yang tetap kukuh memasukkan lukisan Ganesha ke dalam sesi pelelangan, dan Jasmine menang telak saat gadis itu melakukan hal gila. Di mana Jasmine akan membakar lukisan itu jika dia tidak bisa memilikinya. Rima jadi geli sendiri mengingat betapa kalutnya Asraf menghadapi gadis ababilnya yang ganas.
"Kamu ada-ada aja Mine, kakakkan jadi gak dapat duit."
"Tapi Kak, kemarin kan ada kolega Papa yang bertamu kerumah. Dia bikin aku jengkel karena natap lukisan Ganesha lama banget. Terus dia nanya ke Papa kalo dia pengen beli berapapun harganya. Hampir aja aku kalap Kak, aku langsung ngambil pisau di dapur." Jasmine bercerita, ia tak peduli dengan urusan uang Rima, karena jelas, Rima tidak akan pernah kekurangan uang. Jasmine selalu melihat bank berjalan di sekitar Rima.
"Oh ya, kamu ngapain ambil pisau? Mau ngebunuh kolega papamu?" Rima bertanya sambil melanjutkan kegiatan melukisnya.
"Rencananya sih gitu, tapi Papa keburu tahu, jadi aku urungin." Jasmine mengedikkan bahunya acuh.
Rima menggeleng kepala tak percaya, Jasmine itu unik, walau tampil feminim bukan berarti gadis itu gadis yang tulen nan lemah lembut, wajah manis dan tenangnya jelas hanya sebuah rupa. Orang-orang tidak akan percaya seberapa gila, aneh, dan sadisnya Jasmine. Rima kadang bingung dengan apa yang gadis enam belas tahun itu pikirkan.
Rima jadi ingat saat ia pertama kali bertemu dengan Jasmine. Rima pikir Jasmine polos dan naif, bahkan menyangka gadis itu pemalu. Siapa sangka, dengan santainya Jasmine bisa mengajak Ganesha untuk ikut bersamanya dan bermain seperti dua anak yang sudah saling kenal. Rima terkikik pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/77644118-288-k963014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Good Mother (Re-write)
RomanceHanya sebuah kisah tentang Rima yang mengasuh Ganesha, keponakannya yang kehilangan kedua orang tuanya, dan di benci keluarga besar ibunya.