Sudahkah Rima pernah bilang bahwa teman-temannya itu tidak pernah membiarkan hidupnya damai sentosa? Sejenak saja Rima meminta kelonggaran waktu untuk menikmati hidup tenangnya bersama Ganesha. Tapi apa? Tidak satupun dari teman-temannya itu mau membiarkannya sendiri. Mereka selalu punya alasan untuk mencercoki Rima, entah itu menginvansi apartemennya atau menculik pria kecilnya, Rima senang tapi nelangsa juga, belum lagi kunci apartemennya di duplikat secara bersamaan yang di komandani si manusia laknat, Yuta. Apalagi setelah kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu, Robert benar-benar mulut ember!
Rima lelah menghadapi tingkah teman-temannya yang terlalu ambigu. Kepalanya serasa mau meledak ketika mereka mulai bertingkah alay dan berlebihan kalau sudah membicarakan pria kecilnya. Siapa lagi kalau bukan Ganesha. Hanya pria kecilnya itu yang bisa menyulut perkelahian tidak jelas antara teman-teman Rima. Contohnya seperti pesta apa yang cocok untuk ulang tahun Ganesha yang keempat? Nah, itu bahkan masih enam bulan lagi. ENAM BULAN LAGI KAWAN-KAWAN SEKALIAN! DAN KALIAN MERIBUTKANNYA SEKARANG??? LUWARRBIYASAHH!!!
Rima mengusap wajahnya kasar. "Please Nan, Sha! Itu masih lama! Gak usah buru-buru pake pesan gedung, kue, dresscode, atau... Atau... Apalah itu gue gak peduli." Mata Rima yang masih lima watt -karena dipaksa bangun- bergerak liar, tangannya yang dari tadi sibuk mengacak-acak rambutnya, membuat gerakan mengusir. "Pergi lo berdua, ngerusuh aja yang lu tau, capek gue!"
"Rima, lu gak bisa gini! Gimana pun kita harus ngelakuin persiapan sekarang. Ajegila aja kalo ponakan gue pestanya gak meriah. Dan gue pastiin tingkat keamanannya nanti tinggi supaya Esha gak kenapa-napa, gue gak mau kalo sampe ada orang gila yang nyelip di antara kita." Natasha mengibas rambut mahalnya.
"Bener, kali ini gue setuju ama si ja-"
"Manner boy." Rima menyipitkan matanya pada Gatot.
Gatot nyengir dan Natasha memberinya jari tengah yang tidak dalam jangkauan mata Rima sambil berbisik, "Mampus lo."
Gatot siap menyerang balik kalo saja Bintang tidak menatapnya garang, siap melukainya kalau ia berani pada sang kekasih yang terlihat di atas awan.
"Tapi kenapa harus hari ini?? Gue lagi liburrrr... Brengsek! Arrghh!!" Rima mengacak rambutnya frustasi, ia berteriak gila.
"Hey mama, manner.." Arka yang duduk di lantai segera menutup telinga Ganesha yang duduk di pangkuannya, memperingati Rima. Entah apa yang mama muda itu pikir, melarang orang berkata kotor, sendirinya malah sama parahnya. Aneh, Arka merasa semua temannya tak ada yang beres.
"Lo tau kita itu khawatir, lo itu kalo udah soal Ganesha cengengnya minta ampun deh. Mana bisa gue biarin lo sendirian di tempat sekecil ini." Itu adalah jawaban menyebalkan dari seorang Gatot.
Rima menggerang frustasi, ia menghantamkan kepalanya ke atas meja makan, di karenakan ruang tamunya sudah di sesaki Ganesha, Arka, Vian, Bian, dan Kiara. jadi terpaksa ia duduk di meja makan yang malah ikut di sesaki oleh Gatot, Adnan, Natasha, dan Bintang. Libur tenang yang selalu ia harapkan tak pernah sekalipun terlaksana. Rima tidak marah, ia senang. Hanya saja, kapan dia punya waktu hanya berdua dengan Ganesha? Kapan????
"Terserah, terserah lo semua... gue nyerah." Rima melambaikan tangannya pasrah.
"Ma! Ma! Liat Ma! Echa gambar Mama, papa, cance, om, kak Mine, telus ad-"
Grep! Rima memeluk Ganesha yang datang menghampirinya dengan buku gambar, ia menggoyangkan tubuh Ganesha ke kiri dan ke kanan seraya memberi Ganesha kecupan seribu. "Anak mama kok ganteng banget sihhh... Ice moshi mama jadi ilang cuma gegara liat senyum manisnya Ganesha. Uhhh... Emesnya mamaaaaa..."
Ganesha berusaha menjauhkan wajahnya dari Rima. "Mama jangan cium-cium telusss, muka Echa bacah nih."
"Abisnya kamu tuh gemesin Ganeshaa... Pipi kamu mama makan, ya? Am..." Rima mengapit pipi Ganesha dengan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Good Mother (Re-write)
RomanceHanya sebuah kisah tentang Rima yang mengasuh Ganesha, keponakannya yang kehilangan kedua orang tuanya, dan di benci keluarga besar ibunya.