"M-Mom?"
Jongin berkedip tidak percaya melihat ibunya berdiri di depan apartemennya.
"Nini baby!" wanita itu segera membawa Jongin ke dalam pelukan. "Oh, aku sangat merindukanmu." Ia mengamati anaknya sejenak dengan dahi berkerut. "Kenapa kau tidak memakai baju? Apa kau baru bangun?"
Jongin yang masih diliputi rasa terkejut tidak menjawab. Ia justru melempar pertanyaan lain ke ibunya. "Sejak kapan Mom di Korea? Kenapa tidak memberitahuku?"
Mrs. Kim menjentik kening Jongin keras. "Itu karena kau tidak pernah mengangkat telepon dariku."
Setelah Jongin memberi jalan masuk, Mrs. Kim segera melangkah ke dalam. Ia melepas coat beledu serta sepatu Peep Toe-nya. Sejenak, Mrs. Kim mengamati ruang apartemen Jongin. Tidak banyak perubahan terjadi sejak kunjungannya terakhir enam bulan yang lalu.
"Mom selalu menghubungiku ketika tengah malam. Seharusnya, Mom tahu aku bukan orang yang mudah bangun." Jongin menyusul Mrs. Kim duduk di sofa. Ia masih belum menerima kenyataan bahwa ibunya datang ke Korea tanpa pemberitahuan apapun. "Aku merasa bersalah karena tidak menjemput Mom di bandara."
Mrs. Kim memutar bola mata. Ia mengacak rambut Jongin, namun anaknya masih tidak berhenti mengerucutkan bibir. "Aku bukan wanita tua yang butuh pengawasanmu, Nini."
Jongin masih ingin berusaha melawan. Akan tetapi, kerinduannya pada ibunya meredam semua itu. "Kapan Mom akan kembali ke London?"
"Apa itu bahasa halus untuk mengusirku?"
"No!" sambar Jongin cepat. "Aku benar-benar merindukan Mom. Juga Dad. Kenapa kalian tidak pernah mengijinkanku terbang ke London?"
Mrs. Kim mendesah panjang. "Karena kami tahu, kau hanya mengarang alasan agar bisa menonton pertandingan tim sepak bola favoritmu."
"Aku tidak-"
"Jangan mengelak."
"Tapi aku ser-"
"Nini, aku bisa membacamu seperti buku."
Jongin menggerutu pelan karena ibunya tahu rencana terselubungnya. Sambil mencoba menerima kekalahannya, Jongin membaringkan kepala ke pangkuan Mrs. Kim.
Wanita itu tertawa menyadari tingkah kekanakan Jongin masih belum hilang. Sebagai anak lelaki satu-satunya dari tiga bersaudara, Jongin adalah yang paling manja. Walaupun Jongin terus tumbuh dewasa, bagi Mrs. Kim ia tetaplah Jongin kecil yang selalu bersembunyi di balik kakinya ketika menangis.
Jongin memejamkan mata, menikmati sentuhan ibunya yang membelai rambutnya. Ia begitu merindukan suasana ini. Jongin berharap ibunya akan tinggal bersamanya di Korea sedikit lebih lama. Ia ingin mengunjungi restoran Cina favorit keluarga mereka, ia ingin ibunya menonton pertandingan sepak bolanya, ia ingin menceritakan banyak hal yang telah terjadi selama ini, dan mungkin mengenalkan ibunya pada-
"Kyungsoo!" Jongin terkesirap.
Ia baru menyadari sesuatu yang ia lupakan sedari tadi. Dengan terburu-buru Jongin bangkit dari pangkuan ibunya.
Dahi Mrs. Kim berkerut heran melihat anaknya berubah panik setelah menyebutkan nama seseorang. Matanya mengekor ke Jongin yang setengah berlari menuju ruang tidur. Namun, sebelum Jongin sempat mencapai pintu kamar, seorang lelaki keluar dari dalam sana. Lelaki itu mengenakan baju Jongin yang kebesaran tanpa bawahan apapun, memperlihatkan setengah bagian pahanya.
Jongin membeku di tempat.
Kyungsoo yang belum sempat mengumpulkan kesadarannya, sedikit berteriak, "Hey, Jongin aku tidak menemukan celanaku dima-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Attempts
RomanceDimana Do Kyungsoo terkenal dengan julukan Satansoo dan Kim Jongin adalah murid pindahan baru yang tidak terpengaruh oleh rumor di sekitarnya. Keduanya berakhir saling membenci, terus berkelahi, namun dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. In...