sebelum baca coba tonton videonya greget liat kaisoo nya wkwk makasih
"Bagaimana dengan adopsi?"
Jongin menaikkan setengah alis sembari melirik ke arah Kyungsoo yang duduk berseberangan dengannya. Matahari senja menyinari kulit putih Kyungsoo dengan cara paling memukau yang pernah ia lihat. Di hadapan mereka, pancake hangat berbalut sirup mapple, didampingi satu jar iced tea yang dingin menunggu untuk disantap.
Kyungsoo menggigit bibir, lalu membalas tatapan Jongin. "Tidakkah kau pikir itu terlalu rumit?"
Jongin memainkan pulpen di jarinya. Ia berpikir sejenak untuk meyakinkan dirinya sendiri dengan pilihannya. "Aku rasa kita mampu."
Ada hening yang cukup panjang mengisi percakapan mereka setelah itu. Jongin menghela nafas, ia lelah dengan perdebatan yang sudah berlangsung selama tiga puluh menit ini.
"Kyungsoo, kau sudah menolak semua ideku sebelumnya. Adopsi adalah tawaran terakhirku. Aku tidak mengerti mengapa kau tidak terbuka pada gagasan ini."
Kyungsoo memberinya tatapan penuh rasa tidak setuju. Namun, Jongin tidak goyah dengan apa yang telah ia katakan.
"Fine." Jawab Kyungsoo kemudian.
Jongin bersorak riang lalu menuliskan kata 'Adopsi' dalam font besar sebagai judul essay Bahasa Inggris mereka. Ia lega akhirnya bisa memakan pancake-nya setelah harus berjuang melawan Kyungsoo dan sifat perfeksionis lelaki itu. Jongin berjanji dalam hati, tidak akan lagi memilih Kyungsoo sebagai partner di tugas-tugas yang akan datang.
"Ibumu menghubungiku lagi kemarin malam." Kyungsoo mencoba membuka obrolan ringan untuk menemani mereka menikmati pancake sore itu.
Garpu Jongin terhenti di udara. "Benarkah?" tanyanya tidak percaya. "Wanita tua menyebalkan itu bahkan tidak mengirim pesan apapun padaku." Lanjut Jongin kesal.
Ia mulai iri dengan perhatian ibunya ke Kyungsoo. Semenjak mengakui bahwa ia telah memiliki hubungan resmi dengan Kyungsoo, ibunya selalu memberi perhatian lebih pada lelaki itu. Ibunya bahkan terus membicarakan Kyungsoo walaupun ia sedang berada dalam sambungan dengan Jongin. Pertanyaan yang ibunya ajukan bermacam-macam, mulai dari 'Berapa ukuran kaki Kyungsoo? Aku ingin membawakannya sepatu saat pulang ke Korea' sampai hal detail yang sudah melebihi batasan seperti 'Kau selalu menggunakan proteksi ketika berhubungan dengan Kyungsoo, kan Nini?'
Jongin menggeram frustasi.
Melihat tabiat Jongin yang berubah, Kyungsoo segera memukul kepala lelaki itu menggunakan pipet minumnya.
"Yah, stop sulking." Seru Kyungsoo. Ia menuang teh ke dalam gelasnya lalu meneruskan, "Paling tidak kau hanya menghadapi ibumu lewat telepon."
Jongin tersenyum kecil mendengar itu. "Apa ibumu membicarakan lagi mengenai betapa tampannya aku?"
"24/7, Jongin. Eomma hampir mirip dengan Subway yang selalu terbuka setiap kali aku membahas sesuatu tentangmu."
Hubungan Kyungsoo dan kedua orang tuanya membaik setelah suatu hari ia pulang mendapati meja makan malam penuh dengan makanan kesukaan Kyungsoo. Ibunya bahkan tiba-tiba memeluk Kyungsoo, berbisik kepadanya bahwa ia tidak seantipati yang Kyungsoo kira. Sedangkan ayahnya yang menurunkan sifat canggung padanya (Thanks, Appa), hanya menepuk punggung Kyungsoo sambil memintanya duduk.
Kyungsoo tahu ada andil Seungsoo di balik semua itu. Maka pada tengah malam, untuk pertama kalinya, Kyungsoo mengubungi kakaknya. Percakapan mereka jauh dari kata wajar, karena Kyungsoo kesulitan mengucapkan terimakasih. Tiga menit dari total waktu bicara mereka dihabiskan dalam diam. Tapi Seungsoo mengerti. Seungsoo mengerti apa maksud Kyungsoo meneleponnya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Attempts
RomanceDimana Do Kyungsoo terkenal dengan julukan Satansoo dan Kim Jongin adalah murid pindahan baru yang tidak terpengaruh oleh rumor di sekitarnya. Keduanya berakhir saling membenci, terus berkelahi, namun dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. In...