EPISODE KEDELAPAN

529 36 6
                                    

Third POV

Di ruangan eskul, Elyna dan Tio sedang mendebatkan sesuatu. Lalu, datang Alfa.

"ANIME!!" teriak Tio.

"BARAT!!" teriak Elyna.

"Kenapa kalian teriak-teriak?"

"Ini, Kak Alfa, kami sedang membicarakan tentang musik yang akan selalu diputarkan selama kita istirahat dalam kegiatan eskul," jawab Tio.

"Tapi, aku lebih suka lagu barat," jawab Elyna

"Lagu barat sudah biasa, lebih baik musik dari anime."

"Tidak, barat! Belum tentu yang lain suka dengan lagu anime!!"

"Kata siapa?!! Kak Alfa suka kok dengan lagu anime, iya, kan?!"

"Hmm... Memang benar."

"Tuh, kan!"

"Tapi, aku juga suka dengan lagu barat. Tapi... yang paling aku suka adalah..." Alfa mengangkat pisau yang sudah dipegang di balik punggungnya. "Yaitu suara rintihan kesakitan."

"AAAAHH!!!" Mereka langsung lari ketakutan, dan berdiri gemetar di pojok ruangan.

"Tenang saja, ini pisau bohongan."

"Uhhhh! Kak Alfa, kamu membuat kami ketakutan."

"Maaf, aku hanya ingin membuat kalian untuk tidak berdebat tentang masalah itu." Alfa menyimpan pisau itu di meja. "Bagaimana kalau diputarnya bergiliran?"

"Ide yang bagus!"

"Benar juga, ya. Kenapa tidak terpikir dari tadi, ya?"

"Kak Alfa, pisau itu untuk apa?" tanya Elyna.

"Ini kan untuk syuting kita nanti."

"Memangnya ceritanya tentang apa?" tanya Tio.

"Pembunuhan."

***

Siska POV

Namaku Siska, siswi yang bisa dibilang aneh. Kenapa aku menyebut diriku aneh? Lihat saja tubuhku ini, tinggiku sangat berbeda dengan tinggi rata-rata wanita lainnya, dan wajah cupu-ku ini. Aku selalu dikucilkan oleh teman-teman sekelasku waktu SD, SMP, bahkan sekarang pun aku masih dikucilkan. Mereka selalu mengejekku dengan sebutan "boneka sawah". Tapi, aku merasa cukup senang, karena mempunyai teman yang tidak terlalu menyidirkan tentang penampilanku. Yaitu, Alfa, Nisya, Tio, Risma, Elyna, Kirisaki, dan Alima. Mereka adalah teman terbaikku, dan aku sangat senang bisa mengenal mereka. Walau mereka terkadang mengejek tentang tinggiku, tapi aku bisa membalasnya dengan candaan.

Oh iya, aku akan menceritakan bagaimana aku bisa mengenal mereka dan masuk ke eskul film. Ini dia ceritanya.

Aku duduk di bangkuku, menutup kedua daun telingaku, dan menutup mata. Teman-teman sekelasku, tepatnya perempuannya, selalu mengejekku.

"Hahahah, boneka sawah!"

"Lihat, dia mau menangis!"

"Boneka sawah mana mungkin bisa menangis! Hahahah!"

Aku hanya bisa menutup telingaku dengan perasaan kesal. Mereka terus mengejekku, sampai mereka merasa lelah, baru mereka meninggalkanku. Kebetulan, aku tinggal di kelas yang banyak dengan perempuannya, jadi rasa kesalku bertambah lima kali lipat dibanding di SMP.

Setelah mereka meninggalkanku, aku mengangkat kepala, mengusap air mataku, lalu pergi ke perpustakaan. Biasanya aku selalu ke perpustakaan untuk menghilangkan rasa kesalku. Sekarang aku sedang mencari buku yang bagus di antara rak-rak. Di depanku, aku melihat seorang siswi berkerudung sedang berusaha mengambil buku paling atas, buktinya dia menjinjit kakinya. Aku mengabaikannya dan mengambil buku yang kutemukan. Tapi, saat aku mau pergi, siswi itu mendekatiku.

Si Tanpa Ekpresi Yang Populer S1 dan S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang