Booooo
Pliss vote dan comment yaa :') biar semangatt untuk tetep lanjutin because it's you. Semoga bisa dapet >10 vote di chapter ini yaaa huhu
Ah ya, ini belom di edit.. jdi klo ada typo harap maklum.
Happy Reading💋⚫⚫⚫
"Tidak perlu ibu, tidak sopan bukan kalau kau pulang bahkan sebelum pestanya dimulai? Aku sudah lebih baik setelah minum obat dan tidur dengan cukup." Aku berusaha meyakinkan ibuku yang tengah panik disebrang sana, dan bisa membayangkan bagaimana dia berdiri mondar-mandir dengan cemas. Uh, Ibuku tersayang.
Dia baru bisa berbicara denganku pagi ini, karena sejak kemarin sore aku benar-benar tertidur pulas seperti beruang hibernasi.
Ayah dan ibuku sedang berada di luar kota untuk menghadiri pernikahan bibiku, Gladice. Oh, ini pernikahannya untuk kali ketiga, aku harap ini adalah pernikahannya yang terakhir. Pesta pernikahannya berlangsung hari ini.
Mereka berangkat dua hari yang lalu, dan aku meminta izin untuk tidak ikut karena harus berlatih untuk perlombaan cheerleaders minggu depan.
"Lagipula ada Tania dan Ussy disini, mereka tidak akan membiarkan aku terluka bahkan seperti gigitan nyamuk sekalipun." Aku terkekeh. Sementara Tania yang sedang mengaduk sup kentang buatannya memutar mata dengan senyum geli.
"Jangan cemas bibi, bayi besarmu aman bersama kami." Ussy berseru disampingku, kami sedang duduk bersama di meja makan. Sambil menunggu Tania selesai memasak supnya yang memiliki aroma so damn good.
Setelah ibuku berhasil diyakinkan, suara disana beralih menjadi suara berat berkharisma dan ramah yang khas milik ayahku. Dia menanyakan keadaanku, dan mengingatkanku untuk tidak lupa minum obat pagi ini.
Berbeda dengan ibuku, ayah adalah pribadi yang tenang. Dia akan membuatmu merasa aman dan nyaman berada didekatnya.
Aku menitipkan ucapan selamat untuk bibi Gladice, dan menutup percakapan kami.
Tania meletakkan dua mangkuk sup krim kentang di meja, kemudian mendorongnya kearahku dan Ussy. Air liurku hampir menetes ketika aku mengangkat sendok pertamaku.
Oh ya ampun, aku benar-benar harus belajar memasak darinya. Suaminya kelak pasti akan begitu memuja Tania, kalau masakannya seenak ini.
"Bagaimana?" Tanyanya dengan senyum cerah, dan tangan yang dilipat di dada.
Aku dan Ussy serempak mengecup ibu jari dan telunjuk, kemudian mengacungkannya keatas, meniru gaya chef di salah satu saluran televisi.
Sesaat kemudian bel rumahku berbunyi nyaring. Aku melirik jam yang berada diruang tengah. Masih pukul tujuh pagi, siapa yang bertamu sepagi ini.
Tentu saja aku dan Ussy tidak akan meninggalkan sup kami, jadi yang kami lakukan adalah menatap Tania dengan puppy face. Tania balas menatap kami dengan ekspresi 'dasar kurang ajar'.
"Dear, aku cocok sekali jadi pembantu rumah tangga." Gerutunya sambil berjalan menuju pintu utama. Aku dan Ussy tertawa dengan tidak tahu diri dan berseru, "Kami menyayangimu.."
"Hai ladies." Sapa seseorang yang baru saja masuk kerumahku, itu si gila Andres. Percayalah aku mengucapkannya dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa kau berlagak normal dengan masuk lewat pintu?" Tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari sup kentang.
"Kau orang sok waras, tolong jelaskan padaku bagaimana caranya melompat dari jendela dengan membawa puding buah." Jawabnya.
Aku rasa aku mendengar sesuatu yang menggiurkan, "Apa itu Puding buah Emily?" Aku berbalik dan melihat Tania masuk ke dapur diikuti Andres yang membawa nampan berukuran sedang berisi puding buah buatan Emily, ibu dari Andres, lengkap dengan saus-entah apalah itu- yang jelas enak sekali.
"Emily bilang, kau baru boleh makan ini siang nanti. Kau bisa mual kalau memakannya pagi ini." Andres memasukkan puding buahnya ke lemari pendingin. Emily selalu membuatkanku puding buah ketika aku sakit, sudah lama sekali aku tidak makan itu.
"Dan dia harus pergi pagi ini untuk yoga, sehingga dia belum bisa menjengukmu." Lanjut Andres, aku mengangguk dengan khidmat.
⚫⚫⚫
Setelah susu hangat dan beberapa butir obat telah memasuki pencernaanku. Tania menendangku untuk kembali ke tempat tidur, karena nyatanya tubuhku masih betah dengan suhu tubuh yang agak tinggi, walaupun kepalaku sudah tidak terlalu pusing lagi dan perutku juga sudah terasa lebih baik.
Dia kejam sekali, ini hari minggu dan aku bahkan tidak diizinkan untuk nonton 1 film sekalipun, padahal ini masih jam 9 pagi. Parahnya lagi, mereka sedang asik menyantap pizza dibawah sana.
Dan kau bisa lihat dimana aku sekarang, dibawah selimut hangat dan sebelah tanganku memeluk guling dengan erat. Sementara mataku bertarung dengan kantuk yang ditimbulkan dari obat, dan berusaha fokus menatap Temple Run di layar handphoneku.
Obat sialan, efeknya kuat sekali. Baiklah kali ini kau menang pil-pil kecil yang nakal. Kemudian mataku mulai terpejam.
Tahan sebentar, apa aku sudah masuk kedalam mimpi? Sepertinya begitu.
Oh-ho aku akan senang hati meminumnya terus menerus kalau aku terus bermimpi tentangnya seperti ini.
Dia berjalan mendekat dengan senyum manis dan lesung pipinya, dia duduk didekatku, dan mengusap rambutku dengan nyaman.
Aku cinta obat demam.
❇❇❇
![](https://img.wattpad.com/cover/71228786-288-k386652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because it's You (On Hold)
Teenfikce"Dengar Ryan, kelak akan ada seseorang yang sangat mencintaimu. Lalu.." Airin berhenti sejenak, untuk menyeruput milkshake coklatnya yang tinggal separuh, dan kembali melanjutkan bicaranya. "...dia pasti akan melarangmu melakukan hal seperti itu, ka...