Bab 05. Awal Pertemuan

91 9 0
                                    


Hari ini Keith mendapat ijin dari Raja Theoden untuk pergi ke penjara bawah tanah, tempat dimana ibunya dikekang. Ia juga dipinjami kunci penjara bawah tanah oleh Raja. Ia berjalan melewati koridor panjang yang gelap dan hanya di terangi oleh beberapa obor yang tergantung di dinding. Keith berhenti di depan sebuah ruangan kecil berjeruji besi yang sudah sangat berkarat tersebut.

Di dalam ruangan itu hanya terdapat sebuah tempat tidur yang terbuat dari kayu. Dinding ruangan sudah retak di sana sini dan warna catnya pun sudah mulai memudar. Di atas dinding juga terdapat sebuah jendela kecil yang juga diberi jeruji besi. Seorang wanita yang mengenakan gaun putih yang sudah lusuh duduk bersandar di atas tempat tidur kayu itu dengan kedua kaki dan tangannya yang terikat rantai besi yang panjang. Wanita itu tampak sangat kurus, rambut panjangnya yang terurai sedikit berantakan dan ia terlihat tidak sehat. Wanita itu tidak lain adalah Rachel, wanita yang telah melahirkan Keith.

Keith menyunggingkan seulas senyum melihat wanita itu. Ia segera mengambil sebuah kunci berwarna perak dari dalam saku celananya lalu ia memasukkan kuncinya ke dalam lubang kunci pada pagar jeruji besi tersebut. Ia membuka pintu jeruji besi yang berat itu menggunakan kedua tangannya hingga membuat suara berderit yang memekakkan telinga.

Rachel menoleh saat ia mendengar suara pintu jeruji yang terbuka. Ia tersenyum melihat siapa orang yang telah membuka pintu jeruji ruangan tempat ia tinggal. "Keith..." panggil wanita itu dengan suaranya yang sedikit serak.

"Ibu..."

"Kemarilah putraku... Ibu ingin memelukmu nak..." Rachel mengangkat kedua tangannya yang di rantai dan merentangkannya. Wanita itu tersenyum dengan sangat lembut. Pancaran kerinduan terlihat jelas di iris hitamnya.

Tanpa pikir panjang Keith segera berlari pelan mendekati wanita paruh baya yang menyandang status sebagai ibunya tersebut lalu ia pun langsung menjatuhkan tubuhnya di pelukan wanita itu saat ia sudah berada di dekatnya. Rachel melingkarkan kedua tangannya di tubuh kecil Keith, memeluknya dengan erat. Keith merebahkan wajahnya di bahu ibunya sambil memejamkan mata, menikmati aroma dan kehangatan ibunya yang sudah sangat jarang ia rasakan.

Rachel mengelus kepala Keith dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sesekali ia bahkan mengecup pelan puncak kepala putranya. Ia sangat senang bisa melihat dan memeluk putranya seperti ini. "Putraku... Ibu sangat merindukanmu..."

"Aku juga sangat merindukanmu, Ibu..."

Sekali lagi Rachel mengecup pelan puncak kepala Keith lalu ia melerai pelukannya dan menatap putranya. Tatapan Rachel berubah saat ia melihat ada bekas luka dan memar yang masih baru di wajah putranya. "Putraku, apa yang terjadi padamu?! Kenapa wajahmu memiliki bekas luka dan memar seperti ini?!" tanya Rachel dengan panik.

"Eh? Ah, ini..." Keith tiba-tiba merasa gugup, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada ibunya. Keith tidak ingin memberitahu ibunya bahwa Simon dan teman-temannyalah yang sudah melukainya. Ia tidak ingin membuat ibunya khawatir. Keith harus membuat alasan yang masuk akal agar ibunya tidak curiga.

"Putraku?"

Keith tersentak dari lamunannya. "Ya?"

"Kenapa kau diam? Kau belum menjawab pertanyaan Ibu."

Keith sedikit terkesiap, ia memandang wajah ibunya yang tampak sedang menunggu penjelasannya lalu sejenak kemudian ia tersenyum. Ia genggam tangan Rachel lalu mengecupnya lembut. "Ibu, aku baik-baik saja. Kemarin aku terjatuh saat bermain dengan Kak Simon di taman. Tapi ibu tidak perlu khawatir, Kak Simon sudah merawatku. Ia juga sudah mengobati lukaku." senyum Keith. Mana mungkin Pangeran Simon mau merawatku setelah ia melukaiku seperti ini? batinnya.

Tales of Darkness and LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang