Prologue

156 13 0
                                    

Malam yang gelap dengan cahaya bulan yang menyinari, seorang laki-laki berusia tujuh belas tahun terus berlari memasuki hutan belantaran ini dengan nafas yang tersengal-sengal. Sekujur tubuh laki-laki muda itu telah dipenuhi dengan luka dan darah. Pakaiannya yang sudah berlumuran darah pun sudah tampak kotor dan lusuh. Beberapa kali ia berhenti sejenak saat merasakan sakit yang amat sangat pada luka tusukan di perutnya. Ia meringis saat menyentuh luka di perutnya. Ia bisa mendengar suara naungan serigala serta suara-suara lainnya yang menemaninya berlari di tengah hutan yang gelap dan sunyi ini.

Ia sama sekali tidak tahu telah berapa lama ia berlari dan sudah seberapa dalam ia memasuki hutan ini. Laki-laki muda itu terus berlari sampai akhirnya ia melihat sebuah danau yang besar dengan sebuah tebing tinggi yang berada di ujung danau tepat berada dihadapannya. Dan di atas tebing itu terdapat sebuah istana yang berdiri megah.

Dengan tenaganya yang tersisa dan nafasnya yang tidak beraturan, dia melangkah pelan mendekati tepi danau tersebut. Begitu sampai di tepinya, ia bisa merasakan tubuhnya mulai melemah dan kehabisan tenaga. Akhirnya karena ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit di perutnya, ia jatuh meringkuk di tanah tepi danau. Ia kembali merintih kesakitan saat ia menyentuh perutnya yang sudah terluka parah.

Teng.... Teng... Teng...

Suara dentingan lonceng yang berasal dari istana di atas bukit tersebut terdengar olehnya. Tepat di saat itu ia mendengar suara hentakan kaki seekor kuda. Ia mendongak dan melihat ada seekor kuda putih yang berdiri di hadapannya dan tentu saja bersama penunggangnya. Samar-samar ia hanya bisa melihat sosok seorang pria yang menunggangi kuda putih tersebut. Ia menatap pria tersebut dengan pandangannya yang sedikit kabur.

Pria yang masih menunggangi kuda putih tersebut kemudian turun dari kudanya. Ia berjalan menghampiri laki-laki muda yang terbaring tak berdaya di hadapannya. Pria itu berlutut dengan satu kaki di hadapan laki-laki muda yang masih menatapnya. Pria itu mengulurkan sebelah tangannya dan bisa di lihat olehnya pria itu menyunggingkan seulas senyum di bibirnya.

Laki-laki muda itu terus menatap pria yang mengulurkan tangan padanya tersebut dengan heran. Ia bertanya-tanya tentang siapa pria di hadapannya ini tapi sebelum ia mendapat jawaban dari pertanyaannya, kegelapan sudah menyelimutinya. Ia tiba-tiba langsung terbaring di atas tanah dengan mata terpejam dan hal terakhir yang ia dengar sebelum tidak sadarkan diri adalah suara lembut dari pria itu yang mengatakan, "Tidurlah... Putraku..."


Tales of Darkness and LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang