Badan gue menabrak David hingga kami terjungkal ke lantai.
dan kepala gue tepat mendarat di dadanya.
bau parfum langsung meruak ke hidung gue.gue membeku beberapa detik sampai suara deheman David memecah suasana.
"Minggir, lu pikir badan gue kasur?!"
"gue juga mau bangun kales!"
ujar gue sinis dan langsung bangkit.David mendorong tubuhnya berdiri di hadapan gue.
"Hape lo.." David mengulurkan tanganya.
"buat apaan?"
"Yaelah, cepet."
dengan bersungut-sungut gue mengeluarkan handphone dari saku jeans dan memyerahkanya ke David.
"Lo mau ngapai..."
"Ini buat jaminan lo gak kabur selama gue keluar."
"Eeh, lo gak bisa seenaknya gitu dong ambil barang orang buat jaminan! lu pikir ini pegadaian?!" dengan gusar gue berusaha merebut Handphone gue balik dari tangan David tapi sia-sia karena gerakan David lebih cepet.
"gak boleh sebelum lo selesain semuanya! lagian gue cuma keluar sebentar kok!"
"tapi kenapa harus handphone?"
David mengela nafas jengkel.
"Ck! karena ini pasti barang berharga buat lo, ngerti?"
David berjalan meninggalkan gue yang bahkan belom puas ngomong.
"sampe bersih ya!" pesan David masih memunggungi gue dan gaya sok cool nya mengacungkan Handphone gue di tanganya.
"sial!" gerutu gue.
emang sih, Handphone emang barang vital buat gue.
tapi bagi gue ada barang yang gak kalah berharga dari Handphone, apalagi kalo bukan playstation kesayangan gue.
dan gue gak mungkin bawa-bawa Ps ke kampus.***
"Akhirnyaaa selasai juga!" pekik gue seakan beban satu ton terangkat dari pundak.
sekarang ruangan udah bersih semua. kinclong!
"Woi, El.. gue cariin dari tadi! kata pak Sitor lu di ruang Mapala." tiba-tiba Chiko muncul dari balik pintu dengan wajah sedikit panik.
"oh ya, gue dapet kabar! tentang nyokap lo.."
"kenapa nyokap gue?"
"nyokap lu masuk rumah sakit!"
"WHATT? kok bisa? " pekik gue.
"yaa bisa lah! ayo ikut, gue jelasin nanti!"
gue di tarik ke tempat parkir ternyata udah ada Ziko dan Dul.
"Yuk, cekidoot!" Dul menggeser pintu mobil Ziko lebar-lebar.
"Lu pada udah selesai bersih-bersihnya?" tanya gue heran.
Ziko berdecak sambil menjetikan jarinya.
"Enteng! udah kita bersihin semua. lagian pas ade lu nelepon kalo nyokap lo masuk RS, kita mutusin bolos buat jenguk nyokap lo,"
"Uuu.. terhura deh gue! Thanks guys!"
kami langsung bergegas ke dalam mobil Van.
***
Sesampainya ke RS, kami langsung menuju ruang 306 sesuai sms adik gue di Handphone Ziko.begitu pintu dibuka, tampak nyokap berbaring gak berdaya di kasur dengan kaki kanan di gips.
di ruang inap udah ada kedua adek gue, Icha dan Leo."kenapa kaki mama bisa patah sih?" gue menghampiri nyokap dengan cemas.
tapi yang di tanya malah cengengesan."Mama abis tarung lawan joker!"
"Ya ampun, ditanya malah bercanda!"
"Hehehe..."
"Jatoh dari atap waktu nambal genteng, kak!" sela Icha.
"Subhanallah, itu sih gak hati-hati! lagian kenapa gak minta sama mang eko aja sih ma?"
mang eko adalah tukang ojek langganan di depan rumah gue
"Alaah.. baru patah doang!" ujar nyokap ketawa.
dih.. baru patah doang katanya? Nyokap emang aneh.
"Waktu muda, mama sering tuh tawuran. udah pernah kena tebasan golok juga! terus pernah ngegantung dua hari di bibir jurang pas manjat gunung di SMA.
jadi patah kaki mah belum seberapa!" Ujar nyokap menyombongkan diri seolah semua itu adalah prestasi."Terserah mama deh!" ujar gue menyerah.
"Semoga cepet sembuh ya tante." hibur Ziko melempar senyum.
"makasih ya calon mantu!"
"Mama apaan sih? kebiasaan deh!" gue memutar bola mata kesal.
sementara si kampret Ziko cuma cengengesan gak jelas.
"Gak kenapa-kenapa kok, Ziko kan ganteng!" ujar nyokap blak-blakan.
"Waah.. nanti yang ada kalo jadi suami dia, saya abis di bully dia terus. hehehe." ujar Ziko.
"Huu dasar! siapa juga yang mau.." gue melempar Snack di meja ke arah Ziko yang malah ketawa.
"Eh, baydeway, papa mana?"
tanya gue ke Leo yang asik main PSP."Papa belum pulang kerja. paling nanti sore kesini.." Leo melempar sekilas pandanganya ke gue lalu kembali sibuk dengan PSPnya.
"lagian kakak di telepon gak diangkat, sms juga gak di bales!"
"ooh, itu karena..." bibir gue diam seketika.
anjir! HP gue masih ada di David!
"Karena apa?" tanya mama.
"Ng.. ceritanya panjang." tangan gue menggaruk leher yang gak gatel.
kalo gue bilang karena di hukum, gue bisa di gantung hidup-hidup.
"emang Handphone lu kemane, El?" tanya Dul.
"Tadi temen pinjem sebentar, belum sempet gue ambil." ini yang gue namakan bohong demi kebaikan. hehehe.
Pokoknya besok gue harus ambil handphone gue balik.
***
"Mana ponsel gue?" gue mengulurkan tangan pada David yang sibuk membaca di perpustakaan.
akhirnya setelah di cari, tuh anak ketemu juga.
tanpa mengalihkan perhatian dari buku, David merogoh sakunya dan menyerahkan Handphone berwarna putih ke tangan gue.
"Lu gak buka-buka inbox gue kan?"
David mendengus.
"Pede banget lo!""Cih.."
gue menghentakan kaki.
tanpa permisi, gue berbalik bersiap pergi."oh iya, bu Lastri bilang daleman dia udah bisa diambil atau belum?" ujar David mengentikan langkah gue.
gue membalikan badan bingung.
"maksud lo?"
David akhirnya melempar pandanganya ke gue.
"kemaren, telepon lo bunyi terus. akhirnya gue angkat. seperti yang gue bilang tadi, beliau nanya dalemanya yang di cuci di laundry lo udah bisa diambil atau...."
"Cukup! gue paham." pipi gue memanas begitu mahasiswa lain menatap aneh kami berdua yang lagi bahas daleman.
atau tepatnya David yang bahas.untung aja inbox gue lock jadi David gak bisa iseng buka-buka inbox gue.
"uh... gue cabut dulu." gue bergegas meninggalkan David.
BERSAMBUNG..
======
udah lama gak update nih cerita!
semoga para reader gak kabur! Wkwkwk... 😆😅makasih buat yang dukung cerita gue.
apalagi yang mau kasih Votment.Tunggu part selanjutnya yaa...
Pai paii~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy? Yeah, That My Style!
Comédie"Bunga,Boneka, warna pink? semua itu buat gue alergi tau. coba lu kasih gue jeans gombrang sama baju bola Leonal Messi, nah baru dah gue seneng!" Tasya Elfiendi Biasa di panggil El sama temen-temenya. cewek tomboy yang hobi nongkrong bareng para s...