2

44 3 0
                                    

Lagi-lagi aku melayang dalam duniaku. Kurasakan setiap emosiku keluar dari setiap ketukan drumku. Lalu satu bayangan lewat membuatku mempercepat ritme ketukan permainanku. Aku mendengkus kesal fikiranku semakin penuh tentang dia.

Kurasakan ada yang menarik stick drumku. Permainanku berhenti seketika.

"Ayah,,, Ray sedang serius latihan nih"
"Sepertinya Ayah harus menjual alat musik didepanmu itu"
"Loh, kenapa dijual Ayahkan tau Ray suka main drum"
"Permainanmu semakin buruk Ray. Ayah mulai tak yakin kau ahli dibidang ini. Dan yang terakhir tadi hampir membuat telinga Ayah jebol"
"Ah ,Ayah bercanda permainan bagus kayak gini dibilang buruk. Telinga Ayah tuh yang perlu dipriksa"ucapku lalu merebut sticku kembali.
"Kau ini anak macam apa bisa-bisanya bicara seperti itu kepada Ayahmu sendiri"

Aku hanya tersenyum kepada Ayahku.

" oh ya, gimana, apa kamu masih jomblo"ucap Ayah kemudian. Yah, Ayah mulai lagi mengeluh karena aku masih bersetatus jomblo. Ayah bilang, saat SMA itu kamu harus merasakan yang namanya pacaran minimal sekalilah dan kalau bisa selamanya. Supaya kenapa, supaya masa SMA itu semakin berwarna.

"Sekarang Ray tanya sama Ayah. Ray fokus sama sekolah atau pacar"
"Klau bisa sekali dayung tiga pulau terlampaui Ray "aku hanya bisa geleng-geleng kalau Ayah sudah begini.

"Kamu ganteng gak bodoh-bodoh banget ketua osis jago karate anak pianis terkenal lagi , kurang apa coba"

"Sekarang Ray tanya lagi sama Ayah. Ayah pilih mana pacar Ray yang nerima Ray karena Ray ganteng dan semua hal yang Ayah sebutin tadi atau nerima Ray karena dia benar-benar sayang sama Ray"

Ayah terdiam sambil menggaruk kepalanya.
"Kau benar Ray. Tapi,, ,, bukan berarti kamu harus terus menjomblo bukan. Ayolah Ray , Ayah ingin sekali melihat kamu keluar sama pacar kamu . Jalan , malam mingguan gak mengurung diri dirumah dan pacaran sama drum terus.
"Ayah lupa, drumer itu adalah separuh jiwa Ray"
"Haaahhh, pokoknya Ayah tidak mau dengar apapun alasan kamu sebelum ujian kamu harus sudah punya pacar. Kalau tidak Ayah tidak akan mendaftarkanmu kuliah musik. Tapi, bukan berarti kamu langsung cari pacar bayaran. Kalau sampai Ayah tau Ayah tidak akan memaafkanmu"ucap Ayah panjang lebar lalu pergi.

Aku kesal sendiri kalau Ayah sudah begini.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Kuparkirkan mobilku diantara beberapa mobil tamu caffe ini. Sepertinya malam ini sangat ramai. Tapi untungnya aku masih dapet satu meja meski berada paling ujung.

Perdebatanku dengan Ayah tadi membuatku stres terus berada dirumah. Untungnya caffe ini cukup membuatku nyaman meski dalam keadaan rame apalagi ditambah alunan lagu yang sangat merdu yang membuat siapa saja hanyut didalamnya. Kupandangi penyayi yang dari tadi membuatku kagum. Dan aku langsung kaget tak percaya dengan orang baru saja kulihat.

"Cewek itu, aku tidak salah lihatkan"

Aku masih tak percaya sampai lagu yang dia nyanyikan selesai. Dan sialnya aku tak menyadari kepergiannya dari panggung. Membuatku linglung mencarinya.

"Mau pesen apa"ucap seorang pelayan yang membuyarkan suasana.
"Emmm,aku pesennn,,,"kalimatku menggantung saat orang yang kucari sudah tepat dihadapanku.

"Kamu,,,,"ucapku kaget diikuti dengan dia yang cuma melotot tidak suka.
"Aku masih banyak pekerjaan jadi cepat ucapkan pesananmu"

Hey, harusnya dia tak bicara seperti itu kepada customer. Itu sama sekali tidak sopan. Tapi anehnya aku tak berani melawannya bukan karena aku lemah tapi karena aku tak tega dengannya.

"Bolehkan aku pesen hal lain selain dari menu ini"
"Maaf kita tidak melayani special request"
"Aku akan membayar berapun"
"Simpanlah uangmu untuk suatu hal yang lebih penting karena mencari uang itu gak semudah kamu berucap"

She ALIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang