- Jumat -
Naoki mengetuk pelan meja kerjanya. Keningnya berkerut samar. Meskipun hari ini hujan yang dingin masih setia melanda kota Tokyo, tapi hati dan pikirannya sedang memanas. Pasalnya, Terlalu banyak masalah yang dihadapinya hari ini. Pertama, perusahaannya gagal mendapatkan saham Akita Corp. Kedua, sekertaris lamanya yang bernama Sanae Kirigaya telah mengundurkan diri dari perusahaan. Baginya, mencari sekertaris baru yang kompeten seperti Sanae sangatlah sulit. Tidak mudah mencari orang seperti itu dalam waktu yang singkat. Dan satu hal lagi yang membuatnya uring-uringan setengah mati. Naoki menatap sebuah figura diatas meja kerjanya. Disana terdapat tiga orang saling berangkulan. Sebelah kanan adalah dirinya sendiri, sedangkan di sebelah kiri ada sahabatnya sejak kecil yang bernama Kazuya Nakajima. Matanya terhenti pada satu-satunya sosok perempuan disana, Mai Nozomi. Seorang sahabat dekat baginya sekaligus cinta pertamanya. Hari ini semua yang telah dia rencanakan untuk menyatakan perasaannya telah gagal. Telepon dari Mai pagi tadi membuatnya lemas,
' moshi-moshi, Naoki ? Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja di Tokyo ?'
Awalnya Naoki tersenyum mendapat telepon dari Mai terlebih saat Mai menanyakan keadaannya. Sudah 2 tahun dirinya tak bertemu dengan Mai. Dan terakhir kali Mai menghubunginya adalah seminggu yang lalu. Bisakah kau bayangkan betapa rindunya dirinya pada wanita itu ? Dengan tegas Naoki mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Lama mereka berbincang mulai dari hal-hal yang ringan hingga sesuatu yang agak sensitif.
' Naoki-kun, aku ingin sekali bicara denganmu sejak minggu lalu, tapi kau terlalu sibuk. Jadi aku menundanya sampai hari ini,' ucap Mai. Naoki terdiam sejenak. Namun, didetik berikutnya langit seolah menghempaskannya ke bumi. Menghancurkannya, meremukkan hatinya.
' Kazuya melamarku minggu lalu. Tentu saja aku sangat bahagia. Aku sudah menunggunya sejak lama,' hening beberapa saat. Tak ada satupun yang berbicara sampai akhirnya Mai melanjutkannya.
' aku harap kau mendukung hubungan kami berdua,'
Tenggorokan Naoki tercekat. Lidahnya kelu. Sulit sekali mengatakannya, sakit.
" ya, itu pasti." jawabnya. Seketika suara tawa lembut terdengar dari seberang sana. Oh! Itu suara tawa Mai yang sangat ia rindukan. Sial !
' arigatou, Naoki-kun. Ja mata ne (sampai jumpa lagi) !' tut-tut-tut! Sambungan telepon terputus dan Naoki mendapati dirinya tengah kacau. Ia sudah rusak. Hatinya sudah rusak.
Malam itu hujan semakin deras. Naoki masih tidak bisa tidur. Jantungnya berdegup kencang. Kenapa masih terasa begitu sakit ? Demi Tuhan ! Ini terlalu menyakitkan baginya. Satu-satunya wanita yang ingin ia jadikan pendamping hidup, kini justru telah bersama dengan sahabatnya sendiri. Akalnya masih tak bisa menerima itu. Ada rasa marah menyelinap di hati kecilnya. Matanya menerawang langit-langit kamarnya. Benar ! Jika wanita itu bisa meninggalkannya, ia bisa membuat wanita itu menyesal dan kembali padanya.
" maafkan aku Mai, karna aku tak bisa melepaskanmu begitu saja. Aku memang egois, maafkan aku..."- Sabtu -
Suara dentuman musik yang sedang dimainkan DJ tak membuat seseorang yang sedang duduk di meja bar terganggu. Tangannya masih menggenggam segelas cocktail. Sang bartender tersenyum. Pria yang sedang duduk dihadapannya terlihat sangat kacau. Bahkan ketika para wanita liar yang mencoba mengajak pria itu berdansa, ia hanya menolaknya dengan halus.
" hei! Nikmatilah malam ini, kawan. Banyak wanita yang sedang menunggumu di lantai dansa," ucap bartender itu.
" berisik ! Aku tidak tertarik dengan wanita seperti itu," jawab pria itu. Bartender kembali tersenyum. Dia bisa mengerti masalah yang dihadapi temannya yang satu ini.
" lupakan soal Mai malam ini, Naoki. Dan bersenang-senanglah !" pria yang ternyata adalah Naoki itu hanya terdiam sesaat sebelum sang bartender menepuk bahunya pelan.
" dengar kawan, aku tak tau apa yang terjadi antara kau dengan wanita pujaanmu itu. Aku pikir ada yang lebih penting dari itu,"
" apa maksudmu, Tatsu ?" tanya Naoki. Bartender itu tersenyum. Kemudian ia mulai meracik pesanan orang lain yang duduk tak jauh dari Naoki.
" pikirkanlah untuk segera mencari sekertaris baru," bisik Tatsu. Benar juga ucapannya. Senin depan ia harus kembali bekerja dan semua akan kacau jika tidak ada yang bisa menghandle semua jadwalnya.
" shit !" maki nya. Tatsuya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu sepupunya itu. Well, sepertinya dirinya harus sedikit membantu sepupunya yang sangat kaku itu.
" aku punya saran untukmu. Dan -- Hei ! Jangan memelototiku seperti itu !"
" kau itu tidak bisa ku percaya, kau tahu. Jangan sampai kau memberiku para wanita liar disana untuk menjadi sekertarisku !" jawab Naoki sambil menunjuk para wanita yang sedang berlenggak-lenggok diatas lantai dansa. Tatsuya bergidik ngeri saat membayangkan salah satu dari wanita itu menjadi sekertaris sepupunya. Sepertinya bumi akan hancur seketika.
" tidak ! Tentu saja tidak ! Jika aku melakukan itu, aku tidak yakin apa aku masih hidup keesokan harinya," jawab Tatsuya yang dibalas dengan tatapan tajam dari Naoki,' sepertinya Naoki sedang pms' batinnya.
" kau ingat adiknya Mai ? Oh ! Jangan melihatku seperti itu. Aku sedang membahas adiknya, bukan kakaknya. Ayane Nozomi, oke ? Ku dengar dia baru saja lulus dari universitas harvard dan sedang mencari pekerjaan. Kurasa kau bisa merekrutnya sebagai sekertaris barumu. Bukankah itu ide yang bagus ? Kau bisa semakin dekat dengan keluarganya Mai," tawar Tatsuya.
" jika kau setuju, aku akan menghubungi kenalanku yang bernama Kei untuk meminta Ayane memasukkan lamaran pekerjaan ke perusahaanmu. Dia adalah teman dekat Ayane," lanjut Tatsuya. Naoki berpikir sejenak. Tawaran Tatsuya kali ini benar-benar membuatnya tertarik. Sebuah senyum miring terkesan angkuh tergambar jelas diwajahnya.
" baiklah, aku setuju." jawab Naoki sambil menjabat tangan sepupunya, Tatsuya Matsumoto.' selamat datang dikehidupanku, Ayane Nozomi. Akan kubuat kakakmu menyesal meninggalkanku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday
RomanceKau tahu ? Bulan selalu setia mengelilingi bumi. Setia berotasi disekitarnya. Tapi apa kau tahu ? Bumi tak membutuhkannya. Bumi selalu setia menatap matahari yang bersinar terang. Bumi lebih membutuhkannya. Bagi bumi, mataharilah yang menjadikannya...