Ayane terdiam sambil menatap layar laptop miliknya. Salju pertama hari ini benar-benar indah dan menyenangkan. Kei bisa membuatnya lupa akan sosok Naoki yang selama ini selalu menghantui pikirannya. Lelaki itu membuat moodnya kembali membaik dan dirinya sangat beryukur akan hal itu. Ayane menutup laptopnya dan kembali memandang jendela kamarnya. Salju benar-benar memenuhi seluruh jalanan kota Tokyo malam ini. Pikirannya kembali pada sosok Kei yang tersenyum padanya. Ah ! Sepertinya dia harus berterimakasih lagi pada Kei. Harus !
Ayane memandangi ponselnya yang bergetar. Kenapa Mai menelepon malam-malam begini ?
" moshi-moshi, ada apa meneleponku ? Ini sudah malam," tanya Ayane.
" oh maafkan aku Ayane sayang. Aku lupa kalau di Jepang sudah larut malam," jawab seseorang diseberang sana, tepatnya negeri Paman Sam.
" jadi ?" tanya Ayane, lagi.
" aku hanya ingin memberitahumu hal yang penting. Aku dan Kazu sudah memutuskan tanggal pernikahan kami,"
" benarkah ?! Kapan Mai ?"
" tanggal 1 bulan depan. Mungkin terdengar terburu-buru. Tapi aku ingin merayakannya bersama orang-orang di seluruh dunia. Ya kau kan tahu aku sangat suka dengan hal-hal yang spesial dan kurasa menikah di tahun baru adalah hal yang sangat tepat. Bagaimana menurutmu ?" tanya Mai,
" hmm, kurasa kau benar. Lagipula tanggal itu sangat mudah diingat. Kau tak akan lupa hari ulang tahun pernikahanmu nanti,"
" binggo! Kau memang adikku yang paling mengerti," jawab Mai. Keadaan hening sesaat sampai Ayane memutuskan untuk bertanya sesuatu yang sangat penting pada Mai.
" Mai, boleh aku tanya sesuatu ?"
" tentu," jawab Mai. Dengan susah payah Ayane menelan ludah.
" apa kau kenal dengan Naoki Sagara ?" tanya Ayane. Terdengar tawa dari seberang sana.
" hahaha, tentu saja Ayane. Aku bahkan sangat mengenalnya dengan baik. Aku, Kazu dan Naoki kami bertiga adalah sahabat sejak di bangku kuliah. Memangnya kenapa?" tanya Mai. Ayane terdiam sejenak.
" tidak. Tidak apa-apa. Oh ya aku senang mendengarmu akan segera menikah. Jika kau membutuhkan bantuanku untuk persiapan pernikahanmu nanti katakan saja. Aku pasti akan membantumu Mai," jawab Ayane sambil tersenyum.
" tentu saja sayang. Kau akan menjadi orang yang pertama mendapatkan telepon darurat dariku nanti. Hahaha," canda Mai.
" ya ya aku akan menunggu telepon daruratmu itu nanti. Hahaha. Ya sudah, aku sudah mulai mengantuk. Besok saja kita bicara lagi. Oyasumi,"
" oyasumi mo, Ayane-chan."***
Pagi ini menjadi pagi terburuk setelah salju pertama turun sejak tadi malam. Jalanan yang licin karena salju membuat laju bus yang ditumpangi Ayane tidak terkendali. Ayane hanya bisa menutup kedua matanya saat bus yang ditumpanginya oleng dan menabrak beberapa mobil kecil di depannya. BRAKK !!! Bus itu terbalik. Semua orang di tepi jalan berhamburan dan para penumpang mulai berteriak ketakutan. Hal pertama yang Ayane lihat saat kedua matanya terbuka adalah bus yang ditumpanginya telah terbalik. Kemudian matanya mencoba melihat sekitarnya. Dia meringis mendapati penumpang yang duduk disebelahnya sudah bersimbah darah karena kaca yang menancap diperutnya. Ayane yang ketakutan mencoba untuk keluar. Berkali-kali ia berteriak minta tolong, tapi tenggorokannya tercekat. Ia berusaha menendang-nendang jendela aya ada tepat dibawah kakinya, berharap seseorang bisa mendengarnya. Namun, usahanya terhenti saat ia merasakan kedua kakinya mulai mati rasa. Ayane menangis dalam diam. Apakah ini akhirnya ?
'Tuhan! Apa aku akan mati ?'Naoki berjalan keluar dari kedai kopi menuju mobilnya. Sudah menjadi kebiasaannya untuk membeli kopi di kedai ini sebelum pergi bekerja. Rasanya sangat berbeda, katanya. Karna itulah mampir di kedai ini sudah menjadi rutinitas hariannya. Saat ia sedang melajukan mobilnya menuju Shinjuku, ia melihat banyak ambulans dan mobil polisi yang berlalu lalang. Tiba-tiba saat mobilnya berbelok, seorang polisi datang menghampirinya dan memintanya untuk berputar arah karena adanya kecelakaan beruntun. Naoki mengangguk mengerti dan mulai memundurkan mobilnya untuk berputar arah. Namun, ia berhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya sedang dibawa kedalam ambulan dari balik kaca spion mobilnya.
' AYANE ?!'
Dengan cepat Naoki segera turun dari mobilnya dan berlari menuju kearah ambulans tempat seseorang yang diyakininya sebagai Ayane berada disana.
Sebuah cahaya menyusup masuk melalui celah mata Ayane yang perlahan terbuka. Bau menyengat dari obat-obatan, suara blankar yang berlalu-lalang dan orang-orang berjas putih terlihat berlarian.
' ah, jadi aku selamat ?'
Ayane masih memandangi langit-langit rumah sakit sampai suara seseorang telah menyadarkannya dari lamunan.
" kau sudah bangun ?" tanyanya. Kedua mata Ayane membulat.
" Sagara-sama (tuan Sagara) ?!" Ayane terkejut. Kenapa Naoki ada disini ?!
Ayane masih memandangi Naoki yang sedang membantunya untuk duduk. Dalam hati kecilnya, ia berharap waktu berjalan dengan lambat. Berharap bahwa sikap Naoki yang perhatian ini akan berlangsung lebih lama.
" tunggu sebentar, aku akan panggilkan dokter." kata Naoki yang kemudian beranjak dari tempat duduknya. Ayane kembali memandangi punggung Naoki yang semakin menjauh.
Tanpa terasa ia kembali menangis. Kali ini saja, hanya kali ini saja ia ingin bersikap egois. Mengabaikan semua yang ada dalam benaknya. Ia hanya meminta satu hal pada Tuhan, biarkan Naoki bersamanya meskipun hanya satu hari. Namun, semua harapan itu hilang saat bayangan Mai muncul dihadapannya. Ayane kembali melihat kearah Naoki yang sedang berbicara dengan seorang dokter. Kemudian ia mencari ponselnya dan menekan tombol call di layarnya.
" moshi-moshi Kei disini ?" jawab Kei. Tangis Ayane pecah saat itu juga. Kei yang mendengar itu pun panik.
" Ayane ?! Kau baik-baik saja ?! Apa yang terjadi ?!" tanya Kei gusar.
" Kei, sakit...,"
" APA ?! Katakan padaku dimana kau sekarang ?!"
" aku, aku..., di rumah sakit Tokyoidai," bibir Ayane kelu. Kenapa sulit sekali mengatakannya ?
" tak apa, tak apa. Tenanglah. Tunggu disana dan jangan kemana-mana. Aku akan kesana sekarang. Aku akan menemukanmu. Tunggu aku," ucap Kei. Tuuut-- sambungan telepon pun terputus. Ayane hanya terdiam. Ya, Kei pasti bisa menemukannya.Naoki kembali berjalan menuju Ayane yang sedang memandangi ponselnya. Kemudian perlahan ia mengambil ponsel yang dipegang Ayane dan memasukannya kembali ke dalam tas milik Ayane.
" istirahatlah. Kau pasti lelah," ucap Naoki sambil membantu Ayane untuk tidur kembali. Namun, tangan Ayane menghentikannya.
" hari ini ada rapat penting. Kau harus segera pergi," ucap Ayane pelan. Bagaimana mungkin ia bisa meninggalkan seorang wanita dalam keadaan seperti ini sendirian? Terlebih lagi sekertarisnya ?
" tak usah pikirkan itu. Kita bisa membicarakannya lagi nanti," jawab Naoki. Ia melihat Ayane menggeleng pelan dan genggaman tangannya semakin erat.
" aku sudah menelepon Keiko untuk menemanimu. Dia bisa menggantikanku. Kau bisa mempercayainya, dia bisa diandalkan,"
Awalnya Naoki ragu, tapi saat melihat ke arah kedua bola mata coklat milik Ayane, ia bisa melihatnya. Ada keyakinan besar disana. Saat itulah hatinya seperti terkena jutaan volt listrik. Menggetarkan, berdegup dan terasa hangat. Ia merasa lebih hidup. Ada apa ini ?
" kau yakin tak apa jika ku tinggal ?" tanya Naoki kembali meyakinkan. Ayane mengangguk pelan.
" kalau begitu aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik. Selesai rapat nanti aku akan kembali kesini. Jadi jangan kemana-mana. Aku pergi." dengan pelan ia mengusap pelan kepala Ayane. Dan kakinya kembali menuntunnya berjalan keluar dari rumah sakit.
Ayane menatap pintu keluar rumah sakit. Orang-orang masih berlalu-lalang disekitarnya, sibuk dengan urusan masing-masing. Kedua matanya menatap sekelilingnya dan ia merasakan waktunya telah melambat." aku menemukanmu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday
RomanceKau tahu ? Bulan selalu setia mengelilingi bumi. Setia berotasi disekitarnya. Tapi apa kau tahu ? Bumi tak membutuhkannya. Bumi selalu setia menatap matahari yang bersinar terang. Bumi lebih membutuhkannya. Bagi bumi, mataharilah yang menjadikannya...