Bab 4 - Another Sun

37 3 5
                                    

' Mai!'

***

Ayane berjalan dengan cepat menuju lift. Kedua tangannya masih gemetar. Banyak pertanyaan yang ada dibenak Ayane saat ini. Terakhir kali Mai datang ke rumah bersama dengan seorang pria bernama Kazuya. Mai mengenalkannya pada seluruh keluarga dan berakhir pada pertunangan. Lalu, kenapa bosnya menyimpan foto Mai yang notabenenya sudah bertunangan ? Jika kau tanya bagaimana perasaan Ayane saat ini, maka jawabannya adalah kecewa sekaligus bingung. Sejak pertama bertemu dengan atasannya itu Ayane sudah tertarik padanya. Apalagi setelah kejadian hari ini dan sikap manis dari atasannya yang terkenal dingin itu telah membuatnya meleleh seketika. Perasaan itu masih berkecamuk di dadanya dan saat pintu lift itu terbuka, semua lamunannya menghilang. Ia bisa melihat Naoki sedang berdiri tegap di dekat pintu keluar sambil melirik jam tangan hitam miliknya. Entah kenapa rasanya sangat berat untuk keluar dari dalam lift. Apa yang ia rasakan? bukankah ini sebuah ketidaknormalan? Kenapa hatinya seperti tercubit. Tidak mungkin ia jatuh cinta pada Naoki hanya dalam hitungan hari. Tidak ! Semua itu tidak benar ! Ayane menggeleng pelan.
" tidak mungkin ! Kau hanya terlalu terbawa perasaan. Lupakan semuanya dan bersikaplah seperti biasanya." gumam Ayane. Detik berikutnya, Ayane mulai melangkah perlahan keluar dari dalam lift menuju Naoki yang sedang memunggunginya, selalu.

***

" maaf membuatmu menunggu lama," ucap Ayane. Naoki berbalik menatap Ayane yang sedang berjalan kearahnya.
" hn.." jawab Naoki sambil memandang kearah Ayane yang sedang tersenyum kikuk.
" ayo pulang." ajak Naoki. Dari sudut matanya ia dapat melihat Ayane mengangguk pelan. Sudut bibirnya tertarik keatas.

Canggung. Itulah yang dirasakan Naoki saat ini. Dirinya bisa melihat kalau Ayane pun merasakan hal yang sama. Gerak-geriknya terlihat gelisah. Ada apa dengan gadis itu ?
" kau baik-baik saja?" tanya Naoki. Ayane menoleh dan mendapati Naoki sedang menatapnya.
" tidak. Aku baik-baik saja." jawab Ayane dengan cepat. Namun, hal itu sia-sia. Naoki masih menuntut penjelasan padanya.
" dengar. Aku tak tau apa yang sedang kau pikirkan. Tapi jika itu karnaku, aku minta maaf atas situasi canggung ini," ucap Naoki. Ayane hanya menghela napas panjang.
" kau mau mendengar sebuah cerita?" tanya Ayane.
" apa itu ?"
" ini tentang kisah matahari, bumi dan juga bulan." jawab Ayane. Naoki yang sedang fokus menyetir pun teralihkan.
" sepertinya menarik," lanjut Naoki. Ayane mengangguk.
" kau tahu ? Kisah ini dimulai ketika sang bulan selalu setia mengelilingi bumi. Setia berotasi disekitarnya. Tapi apa kau tahu ? Bumi tak membutuhkannya. Bumi selalu setia menatap matahari yang bersinar terang. Bumi lebih membutuhkannya. Bagi bumi, mataharilah yang menjadikannya hidup," ucap Ayane. Tangannya mengepal erat.
" menurutmu apa yang harus bulan lakukan?" tanya Ayane.
" apa maksudmu bulan jatuh cinta pada bumi sedangkan bumi sendiri tidak, begitu ?"
" ya, mungkin bisa dikatakan seperti itu," jawab Ayane. Naoki tampak berpikir sampai akhirnya ia mengutarakan pendapatnya.
" kupikir bumi lebih baik bersama matahari," jawab Naoki. Ayane memandang jalanan kota dari balik kaca mobil.
" begitu ya. Sepertinya bulan memang harus mundur,"
" kau melupakan sesuatu Ayane," kata Naoki.
" meskipun bagi bumi bulan bukanlah yang diinginkan, bukan juga pusat kehidupannya, tapi bulan akan selalu istimewa untuknya. Karna tanpa bulan, bumi akan kesepian saat malam tiba." lanjut Naoki. Seketika jantung Ayane berdegup kencang dan napasnya tercekat. Itu artinya bumi masih memberi bulan satu kesempatan. Ayane tertawa kecil membuat Naoki mengernyit bingung.
" terdengar cukup egois ya ? Hahaha." kata Ayane sambil tertawa. Naoki yang melihat itu pun ikut tersenyum. Namun, senyum itu tak bertahan lama saat Ayane mengatakan sesuatu yang membuat waktu disekelilingnya terhenti seketika.
" jika suatu hari nanti tiba saat dimana bulan tak lagi disampingnya, apa bumi akan baik-baik saja ?"

Waktu berlalu dengan cepat. Hingga tak terasa bahwa mobil yang ditumpangi Ayane telah sampai di depan apartemennya.
" terima kasih karna sudah bersedia mengantarku pulang," kata Ayane sambil tersenyum. Naoki mengangguk," tak masalah. Masuklah ini sudah malam," jawabnya. Pada langkah ketiga Ayane kembali berbalik dan menatap Naoki yang masih menunggunya.
" untuk semua yang kau lakukan hari ini, aku sangat berterima kasih. Jadi, bisakah kita kembali seperti biasa ? Aku tak ingin orang lain salah paham tentang hal ini," kata Ayane. Naoki yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Namun, ada sesuatu yang bergejolak dalam hatinya seperti marah ?
" aku harap kau mengerti, pak. Permisi." lanjut Ayane sambil berjalan menjauh dari tempat Naoki berdiri, sendirian.

***
Malam itu Naoki tak bisa tidur dengan nyenyak. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, tapi apa ?
Pagi ini pun saat dirinya berada di kantor, ia merasa sedang uring-uringan tak jelas. Sampai matanya menemukan sosok Ayane yang sedang membereskan tempat kerjanya, rasanya begitu lega. Kemudian dia kembali memasang tampang coolnya seperti biasa sambil menghampiri Ayane.
" Ohayou !" sapanya. Ayane menoleh dan sedikit membungkuk.
" Ohayou gozaimasu Sagara-sama." jawab Ayane sambil tersenyum. Melihat senyum Ayane hari ini membuatnya ikut tersenyum. Namun, semua itu berubah saat ia kembali berada di ruang kerjanya dan mendapati foto Mai disana.
' kali ini saja, biarkan aku melupakan semuanya, Mai. Kali ini saja...'

***
Tokyo 6 p.m

Udara begitu begitu dingin malam ini membuat Ayane mengeratkan jaketnya. Ia sudah berjanji untuk menemui Kei malam ini sepulangnya dari kantor. Sebenarnya, ini hanyalah alasan untuk menolak ajakan Naoki untuk pulang bersama.
' hah...~ memikirkannya saja sudah membuatku lelah. Hati kumohon kuatlah...' batin Ayane. Tiba-tiba dirinya melihat Kei sedang berdiri di depan restoran tempat mereka bertemu. Sambil berlari-lari kecil, Ayane segera memeluk Kei.
" lama menunggu ?" tanya Ayane. Kei sedikit salah tingkah dengan pelukan Ayane yang tiba-tiba.
" aku baru saja datang. Sudahlah ! Ayo masuk ! Udara diluar sangat dingin. Aku tidak mau kalau kau sampai sakit,"
" aku tidak mudah sakit Kei," jawab ayane sekenanya. Jari telunjuk Kei menyentuh dahi Ayane.
" kau itu keras kepala sekali. Tapi aku suka ^^" jawab Kei sambil masuk kedalam restoran. Ayane terdiam sejenak atas perlakuan Kei. Apa katanya ? Suka ?
" dia pasti sudah gila..." gumam Ayane.

Seorang waitress datang sambil membawa 2 buku menu. Ayane tampak serius mengamati buku menu tersebut, sedangkan Kei hanya tersenyum sambil mengembalikan buku menu tersebut. Baru saja Ayane angkat bicara, Kei sudah mendahuluinya.
" aku pesan sukiyaki dan 2 porsi sushi,"
" ada lagi tuan ?" tanya waitress itu.
" hei ! Kenapa kau memesan semuanya ?" protes Ayane. Wajahnya tampak kesal membuat Kei tertawa.
" memangnya kau mau pesan apa ?"
" banyak ! Aku ingin sashimi, Katsu-don, ramen, okonomiyaki... Hmm apa lagi ya ?" tanya Ayane pada diri sendiri.
" apa semua itu akan muat di perutmu ? Kau itu kalau lapar benar-benar mengerikan, kau tahu ?" tanya Kei.
" doushite?" tanya Ayane dengan polosnya.
" kau akan menguras isi dompetku. Hahahaha !" Kei tertawa lepas. Waitress yang menunggu pesanan tersebut hanya tersenyum melihat keduanya begitu manis.
" untuk minumnya tuan ?"
" ocha !" jawab Ayane dan Kei bersamaan. Tak lama kemudian mereka kembali tertawa bersama.
" baiklah. Pesanan anda akan tiba dalam 10 menit. Selamat menikmati !"

Sambil menunggu, Ayane melihat Kei tampak menikmati suasana malam ini. Jika dilihat-lihat, restoran ini memanglah sangat nyaman. Apalagi Ayane begitu menyukai suara pisau yang sedang memotong, suara api yang dinyalakan, wajan yang saling bergesekan, dan teriakan para chef yang sedang bekerja. Rasanya begitu ramai. Ayane kembali memandangi kota Tokyo dari balik jendela. Kemudian tangan kirinya menyentuh Kei sambil menunjuk ke luar jendela. Kei pun segera menoleh. Matanya membulat saat mendapati butiran-butiran halus berwarna putih mulai menutupi jalanan Tokyo.
" salju...," gumam Ayane. Kei tersenyum.
" salju pertama..." gumam Kei. Keduanya saling bertatapan. Malam ini, salju pertama telah turun. Semua orang berbahagia dengan datangnya musim dingin kali ini. Ayane tersenyum bahagia. Meskipun dirinya tak bisa menikmati salju pertama dengan orang yang dicintainya, setidaknya ia bisa melakukannya dengan sahabat terbaiknya, Kei.
" terima kasih untuk malam ini, Kei. Aku sangat menikmatinya," ucap Ayane sambil memandang wajah Kei.
" terima kasih untuk semua yang sudah kau lakukan untukku. Selain itu, selamat karena sudah menggapai impianmu,"
" terima kasih Ayane," jawab Kei sambil tersenyum.
" ah ! Satu lagi. Jadilah seorang polisi yang hebat. Bukan hanya untukku, tapi untuk semua orang. Jangan berpuas diri dengan dirimu yang sekarang. Tetaplah melangkah sampai kau benar-benar bisa melihat semuanya dari puncak sana. Aku selalu mendoakanmu," jawab Ayane. Hati Kei bergetar. Rasanya seluruh tubuhnya menghangat. Kei bisa melihat senyum Ayane yang indah. Bagi Kei, senyum Ayane secerah sinar mentari, begitu hangat. Kei sadar bahwa ia tak ingin kehilangan senyum itu. Karena itu, apapun yang terjadi Kei akan melindungi senyum itu agar tetap bersinar terang seperti matahari di pagi hari.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang