Bab. 6 - Tsubaki, sebuah penantian

7 0 0
                                    

' aku menemukanmu...'

***

Langkah Kei terhenti tepat di depan pintu emergency room. Matanya menyapu seluruh ruangan, mencari sosok yang ia kenal. Hatinya berdegup kencang dan rasa khawatir terus membelenggu dirinya. Hingga detik berikutnya tatapannya terhenti di pojok ruangan. Dia menemukannya. Ayane sedang terbaring disana. Dengan cepat ia pun melangkahkan kakinya menuju Ayane.

" kau baik-baik saja ?" tanya Kei panik. Ayane mengangguk pelan.

" apa yang terjadi ?" Kei menatap kedua bola mata Ayane menuntut sebuah penjelasan. Kei menangkap ada sebuah keraguan pada Ayane, bibirnya terkatup rapat. Kei menghela napas panjang.

" tak apa jika kau tak bisa mengatakannya. Yang penting kau baik-baik saja. Kalau begitu aku akan tanya dokter apa kau bisa pulang sekarang atau tidak," ucap Kei. Namun, tangan Ayane menghentikannya.

" Kei, tidak usah. Aku akan disini sebentar lagi,"

" kau yakin ?"

" ya,"

" baiklah kalau begitu. Aku akan menunggu disini bersamamu," jawab Kei. Namun, sekali lagi Ayane menghentikannya.

" Kei, maafkan aku karena aku menghubungimu padahal aku tau kau sedang bekerja. Sungguh, aku minta maaf untuk itu. Satu-satunya yang aku ingat saat itu hanyalah untuk segera meneleponmu. Maafkan aku,"

" hei, kau tak perlu meminta maaf. Justru aku senang menjadi orang pertama yang kau hubungi. Hahaha. Sudahlah tak apa. Aku akan menelepon kantor bahwa aku akan sedikit terlambat sampai disana," jawab Kei sambil mengeluarkan ponselnya.

" kembalilah ke kantor. Aku tak apa Kei,"

" dan meninggalkanmu disini sendirian ?" tanya Kei.

" kau tak perlu khawatir. Teman kantorku akan kesini sebentar lagi. Dia bilang akan datang setelah rapat selesai dan mengantarku pulang. Jadi kau tak perlu khawatir. Mungkin 2 jam lagi dia akan ada disini," jawab Ayane sambil tersenyum. Kei bisa melihat deretan gigi Ayane yang sedang tersenyum itu. Helaan napas panjang kembali terdengar. Dia baru ingat bahwa sahabatnya ini punya sifat keras kepala. Dengan berat hati ia pun mengangguk pelan.

" aku memang tak bisa menang melawanmu, ya ? Baiklah kalau begitu. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku seperti yang kau lakukan sebelumnya. Mengerti ?" tanya Kei. Ayane mengangguk.

" aku mengerti,"

" bagus ! Baik-baik ya anak manis. Aku pergi dulu," kata Kei sambil mengacak - acak rambut Ayane. Kemudian Kei pun pergi dari rumah sakit itu dengan sejuta rasa khawatir di benaknya.

Waktu menunjukan pukul 5 sore. Naoki baru saja keluar dari ruang rapat sambil melonggarkan dasinya. Rapat hari ini benar-benar menguji kesabarannya demi mendapatkan kepercayaan perusahaan Canon untuk bisa bekerja sama dengan perusahaannya. Untung saja salah satu karyawati yang menggantikan Ayane cukup bisa diandalkan. Kalau tidak salah Keiko namanya. Ya, setidaknya wanita bernama Keiko itu tidak mengacau di rapat tadi siang. Naoki memandang  kota Tokyo dari balik jendela besarnya sambil menyesap secangkir kopi panas ditangannya. Baru saja ia memikirkan Ayane, tiba-tiba sebuah kilasan balik tentang perkataan sepupunya saat di bar dulu mulai menyadarkannya akan tujuannya selama ini. Naoki kembali berbalik dan duduk disinggasananya.
“ kau tahu Mai ? mudah sekali membuat adikmu jatuh cinta padaku. Apa yang akan kau lakukan jika aku sedikit mengacaukan perasaannya ? aku ingin lihat itu Mai.” Gumam Naoki sambil tersenyum menyeringai.
Seorang perawat baru saja memberitahunya bahwa ia sudah diperbolehkan pulang. Setelah itu, Ayane meminta untuk tinggal sampai orang yang ditunggunya datang menjemputnya. Namun, hingga pukul 5 sore ini Naoki belum juga menunjukan batang hidungnya. Ayane kembali melirik jam dinding di emergency room. Masih ada 3 jam lagi sampai jam pulang kerja dan ia bisa menunggu lebih lama lagi. Kemudian Ayane duduk di salah satu kursi yang berjajar rapi di lobi rumah sakit yang hanya beberapa langkah saja dari emergency room. Entah sudah berapa orang yang berlalu lalang dihadapannya, tapi lelaki itu belum juga datang. Hati Ayane semakin gusar, kenapa Naoki belum juga datang ? waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Ini sudah lewat dari jam kerja. Harusnya Naoki sudah ada disini sekarang. Tapi...,
“ tidak apa-apa. Akan kutunggu sebentar lagi,” ucap Ayane. Detik demi detik telah berlalu. Kini hanya ada dia dan juga beberapa orang yang masih setia duduk disana. Tanpa terasa, matahari telah menyelinap diantara celah-celah jendela rumah sakit. Ayane yang terbangun pun segera melihat keadaan sekitar. Ia masih mencari orang yang sama, orang yang ia tunggu sejak kemarin. Sebuah liquid bening berhasil lolos dari kedua pelupuk mata Ayane. Hatinya kosong. Penantiannya disini adalah sia-sia.
“ tidak apa-apa. Mungkin dia lupa. Ya, dia hanya lupa,” gumam Ayane. Pagi itu, tangisan Ayane telah berbaur dengan keramaian rumah sakit. Bias, tak terdengar.

Bahkan saat waktu berlalu dan musim berganti
Aku tidak bisa menghapusmu, yang telah tertancap di hatiku

Ayane memandangi salju yang turun dari balik jendela kamarnya. Sudah satu jam berlalu sejak ia meninggalkan rumah sakit sendirian. Benar ! sejak awal dirinyalah yang salah karena terlalu berharap pada atasannya tersebut. Kemudian, tangan kanan Ayane mulai menulis di buku hariannya.

Orang-orang terlihat bahagia
Hanya aku yang sepertinya dibiarkan sendiri, kesepian
Tanpa kepura-puraan, aku memikirkanmu

***
Pagi ini Naoki menemukan Ayane sedang duduk dikursinya sama seperti biasanya. Dirinya mulai memasang topengnya. Bersikap biasa seolah tak ada apapun yang terjadi kemarin. Kemudian detik berikutnya matanya bersiborok dengan kedua mata Ayane. Sesaat dirinya tenggelam dalam pesona bola mata coklat topaz milik Ayane. Namun, detik berikutnya dirinya memutuskan pandangan itu dan kembali ke alam sadarnya.
“ ohayou gozaimasu Sagara-sama (selamat pagi tuan Sagara),” sapa Ayane sambil membungkuk. Naoki hanya mengangguk pelan dan berjalan menuju ruangannya. Ia memandangi foto Mai yang terpajang dimeja kerjanya. Namun, wajah Ayane muncul disana.
“ Tidak ! ini semua tidak boleh terjadi ! tujuanku mendekatinya hanya untuk membuat Mai cemburu. Hanya Mai Nozomi yang kau inginkan dihidupmu, Naoki. Sadarlah itu ! kau harus melakukannya meskipun kau harus menghancurkan satu hati. Itu tak masalah.”  Ucap Naoki sambil menggenggam erat ponselnya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang