Is He Playing With My Heart

1.2K 19 0
                                    

Hei, ternyata ada juga yang mau nyempatin diri membaca karyaku yang acakadul tanpa pemikiran akan alur cerita dan ending ini:') Terimakasih ya. Buat yg baca, komen dong... Sekedar 'lanjut' atau 'next' juga gapapa... Biar aku rada semangat gituuu... Hihihi:$ Happy reading!

*****

Mobilku meluncur dari basement menerjang terangnya sinar matahari. Evand yang menyupiriku dipagi ini. Entah mimpi apa. Dan semua hal yang terjadi malam tadi kembali terbesit dipikiranku.

"Sudah jangan terlalu kamu fikirkan... Nanti malam atau malam-malam besoknya kita masih bisa melakukan yang lebih daripada itu," canda Evand yang lagi-lagi membaca pikiranku.

"Semalam waktu dimobil itu...kamu mabuk atau benar-benar memang kemauan kamu?" tanya yang membuat hening suasana. Tape mobil-ku pun sengaja aku turn-off agar tak ada gangguan.

"Isn't a big problem, honey," jawabnya singkat yang membuat rahangku bergedik.

"It is," balasku singkat. Evand membalasku dengan menggenggam tangan kiriku dengan tangan kanannya. Mobil automatic ini membuat suasana ini makin...menenggelamkanku.

Evand tidak menjawabku.

Apa itu artinya yang semalam itu... hanya murni karena pengaruh minuman keras?

Evand tersenyum. Senyum yang menyesakkanku dan membuat sekujur tubuhku benar-benar merinding... Entah hubungan apa yang sedang kami jalani saat ini. Dia sudah menjamah tubuhku terlebih dahulu sebelum kami benar-benar memiliki sebuah relationship entah itu berpacaran atau apa.

"Aku 26 tahun. Kamu?" tanya Evand memecah suasana.

"Aku 25," jawabku singkat lalu melihat lalu-lintas pagi yang...macet sekali. Tak ada percakapan setelah itu. Lalu Evand memasuki tempat parkir Starbucks yang jaraknya terdekat dari apartemenku. Dan dia membukakan pintu mobilku. Well, such a gentleman.

Aku tak bisa menahan kuasa akan pandangan-pandangan iri yang ditujukan semua orang pada kami. Mungkin lebih tepatnya pada pesona Evand yang melelehkan hati tiap-tiap orang yang melihatnya.

"Kamu pesan apa? Biar aku yang antri," ucapku.

"Aku... Egg salad sandwich sama Hazelnut frappuccino. Ini," ucap Evand seraya membuka dompetnya dan berniat menyodorkan kartu kreditnya.

"Tidak usah. Kali ini aku yang traktir," jawabku.

"Kau membayar yang semalam dengan ini?" goda Evand sambil mengeluarkan iPhone dari sakunya. Sepertinya dia sedang mengecek panggilan-panggilan masuk dan lain-lainnya.

***

"Mami jangan sampai tahu apapun yang kita lakukan semalam dan pagi ini ya. Aku tidak ingin menjadi boneka Mami. Biarlah apapun yang terjadi dengan kita, kita saja yang mengetahuinya," ucap Evand membuyarkan lamunanku. Aku yang seraya tadi melihat kearah luar mobil, menolehkan kepala ku ke arahnya dan...

Dia mengecup bibirku. Dengan sangat cepat. Dia pasti sudah professional.

"Aku...tidak ingin hubungan yang main-main. Jika kau ingin bermain-main, aku tidak bisa, Van. Aku ingin hubungan yang serius. Tapi aku tidak memaksakanmu. Jika kamu ingin hanya bermain-main denganku dan tubuhku, sebaiknya mulai besok kita tidak usah bertemu. Dan jangan mabuk sembarangan lagi. Aku tidak ingin ada korban kedua yang awalnya berniat baik ingin mengantarkanmu ke kediamanmu. Atau bahkan, mungkin aku bukan orang yang pertama," jelasku. Lalu tidak ada lagi yang bicara sampai akhirnya kami tiba di depan pintu utama hotel.

Aku turun dari mobil setelah pintu mobilku dibukakan Pak Doni. Dan Pak Doni terlihat sedikit linglung melihat Evand yang mengendarai mobilku. Dan Evand tak menoleh sedikitpun kearahku. Fine.

Is he playing with my heart?

No, Hanna. You can't wish anything from that guy. You even didn't have any relationship.

***

Aku baru mendengar kabar bahwa Evand baru saja mendapatkan job appointment untuk menjadi Direktur di hotel ini. Di hotel pusat ini. Tenggorokanku tercekat. Apalagi ini?

"Hei Non, kenapa melamun?" tanya Ali, salah satu bawahanku.

"Ah, tidak kok. Cuma banyak masalah aja,"

"Hidup udah sempurna gitu masih ada masalah? Plis deh Han... Masalah apa? Lelaki? Kamu tuh ya, tinggal bersin aja, kamu bisa dapeti 5 cowok sekaligus. Kamu ngapain mikirin muluk-muluk mengenai persoalan lelaki,"

"Aku tuh nggak sesempurna yang kalian semua bayangin," jawabku... Ali menaikkan bahunya pertanda tidak tahu-temahu.

"Hanna! Lo gue cariin dari kemarin kemanaaaa sih. Gue udah dapet cincinnya. Dapet diskon pula dari tante lo yang cantik itu blah blah blah blah blah," Sofia mulai dengan segala cerita kehidupannya seminggu belakangan.

"Dan lo tau? Pak Evand, putra bungsunya bu Laila itu cakep abisssss, Han! Gue mah kalo gak ada Farhat, udah gue jadiin sasaran. Banyak tau, karyawan-karyawan yang ngincar dia! Ih gilak deh meski punya direktur setampan itu... Aduh gue gak kuat Han...," ucap Sofia mengakhiri ceritanya.

"Gue harus kuat," jawabku singkat sambil kemudian disusul oleh tampang super-cengo-nya Sofia.

"Maksud lo?" tanyanya yang super-duper bingung.

"Ah nggak kok. Gue balik ke ruangan gue dulu ya. Gue agak gak enak badan. Badan gue sakit-sakit," ucapku.

"Ah elo. Kayak yang habis malam pertamaan aja pake acara badannya sakit-sakit," goda Sofia. Sofia nggak boleh tau apapun yang terjadi semalam. Nggak boleh.

Aku berjalan gontai ke arah lift. Dan saat lift terbuka...

Tinggg......

Evand. Ada Evand disana sedang terkikik-kikik bersama Ulfah, assistant-nya bu Laila. Aku terdiam. Lalu masuk ke dalam lift.

Satu kata. AWKWARD. Kami bertiga sama-sama diam. Harusnya tadi aku memakai tangga saja. Meski aku tak pernah naik ke lantai ruanganku dengan tangga darurat. Ah apapun itu.

Tinggg...... Lantai 3.

"Bu Hanna, Pak Evand, mari saya duluan," ucap Ulfah. Aku menyunggingkan senyum dan Evand... ntahlah.

Diam. Kami diam. Kenapa lantai 6 rasanya jauh sekali dan lama sekali?

"Selamat y...." ucapanku tertahan. Lagi. Bibir Evand sudah mengulum  bibirku. Maniak ciuman sekali sih, laki-laki yang satu ini. Aku berusaha mendorong tubuhnya dan dia menahanku. Ciuman kami terlepas ketika lift terhenti dan pintu akan terbuka. Aku hanya diam saja. Dan dia tersenyum. Lantai 6.

"Saya duluan ya," ucapku singkat lalu keluar dari lift itu.

"Have a great day, sayang!" seru Evand sambil melambaikan tangannya dan...tersenyum cerah.

Evand pasti sangat gampang untuk mendekati para wanita.

He is playing with my heart. Exactly. That's what he done.

***

It's All About HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang