O

1.4K 231 16
                                    

Author POV

Airplane

Chanyeol terus menggerak-gerakan tubuhnya tak nyaman.

Biasanya dia selalu naik pesawat kelas VIP, sekarang dia harus naik pesawat kecil dengan orang-orang yang seperti kelas bawah menurutnya.

Pesawat kecil ini khusus keberangkatan Kota Gyeongdong, karena disana tak ada bandara yang memadai, jadi pesawat kecil ini menjadi satu-satunya transportasi udara yang diperbolehkan masuk kedaerah Gyeongdong.

Gyeongdong termasuk kota atau pulau yang setiap seluk beluknya kita bisa temui pantai yang masih asri, penduduknya masih terbilang sedikit. Entah bagaimana Joy bisa masuk kepusat kota dan bekerja di Goguma corp padahal dia berasal dari kota kecil ini.

"Saya udah menyiapkan biografi Pak Chanyeol." Ucap Joy.

"Kamu tau saya alergi apa?" Tanya Chanyeol.

"Alergi kacang, lalu Pak Chanyeol takut dengan serangga, punya tatto 2 tahun lalu tapi sekarang sudah dihapus dengan laser, punya satu kakak perempuan tapi kini menetap di New York, masakan kesukaan Pak Chanyeol itu masakan Mm- mendiang Ibu."

Chanyeol menutup matanya.

"Bagus, sekarang saya mau tidur."

Joy menepuk bibirnya kesal.

'Bodoh bodoh'

"Kamu punya tanda lahir?"Ucap Chanyeol tiba-tiba, dengan mata yang masih tertutup, tubuhnya bersandar santai pada kursi pesawat.

"N-nggak tuh."

"Bilang aja."

"Pak Chanyeol lagi berusaha buat godain saya ya?"
Joy menggeser tubuhnya menjauh dari Chanyeol.

"Jangan kege-eran dulu, gimana kalau nanti muncul pertanyaan semacam itu?"

"N-nggak mungkin." Sanggah Joy.

Chanyeol memperhatikan mimik wajah Joy.

Joy mencoba mengalihkan matanya ke arah lain, menghindar dari tatapan Chanyeol.

Apa coba maksud dari tatapan menyelidiknya itu?

"Saya yakin letaknya didaerah dada atau didaerah bokong." Tunjuk Chanyeol.

"Yaish! Dasar pervert!"

Joy memukul kepala Chanyeol dengan tas yang dipegangnya.

"Aw! Ya! Aw!." Chanyeol melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Joy melirik sinis, lalu memeluk tasnya.

"Dasar preman pasar." Chanyeol menghadapkan tubuhnya kejendela pesawat, menatap gumpalan awan lalu tertidur.

"Kok dia bisa tau?" Gumam Joy, mukanya langsung memerah memikirkan hal itu.

...

"Kapan sampainya?" Chanyeol menarik kopernya.

"Belum waktunya."

Joy berjalan kearah jembatan dari kayu dengan pantai biru yang menjulang kedepan.

"Kita harus naik kapal feri dulu."

Chanyeol berdecak kesal.

"Kenapa rumah mu pelosok banget sih."

Joy membalikan tubuhnya.

"Jangan cerewet, ini semua salah siapa coba." Joy menaiki kapal itu.

Chanyeol menutup mulutnya rapat. Kemudian menyusul Joy.

Kenapa omelan Joy selalu membuatnya bungkam ya? Padahal kan dia bosnya?!

...

Joy menyeret kopernya, tinggal berjalan beberapa meter lagi mereka akan sampai tujuan.

Jauh didepan sana, dihalaman rumahnya, dua perempuan dengan dress floral terus melambai dan tersenyum kearah Joy.

Chanyeol merapihkan kacamata hitamnya, matahari disini lumayan terik.

"Jadi itu rumahmu?" Chanyeol menunjuk sebuah rumah yang lumayan besar, paling besar diantara rumah lainnya yang ada.

Joy mengabaikan pertanyaan Chanyeol.

"Waah ternyata kamu lumayan kaya juga ya, sepanjang perjalanan nama kamu terpampang disetiap bisnis. Joy Copyright, Joy Salon, Joy Bakery, Joy-."

"Stop." Tegas Joy memotong ucapan Chanyeol.

"Orang tua ku yang kaya, bukan aku."

"Whatever." Balas Chanyeol.

Berkat perjanjian diatas kapal feri, keduanya kini berhak untuk bersikap layaknya teman bahkan pacar sekalipun termasuk embel mengucap 'aku-kamu' mulai berlaku, tak ada lagi formalitas antara bos dan asisten. Selamat tinggal Pak. Disini Joy penguasanya.

"Kayaknya itu Eyang sama Ibu, kamu harus tahan."

"Why tho? Ibumu galak? Suka menggigit?"

"Engga lucu."

Ibu Joy menghampiri anaknya, disusul Eyang yang berlari kecil.

"Joy, i miss u so, so, so much." Ibu Joy memeluk anaknya.

"Eyang kira kamu bakal ngelewatin acara ulang tahun Eyang, Joyi." Eyang mengecup kedua pipi cucunya dengan gemas.

Chanyeol hanya berdiri bak patung yunani, menatap dua perempuan yang sudah lanjut usia ini begitu antusias akan kedatangan mereka dua, oh lebih tepatnya mungkin hanya Joy saja.

Eyang menatap Chanyeol dengan senyum yang dilingkari garis-garis keriput.

"Ahh kamu pasti penyihir yang suka Joy ceritain. Uwah, lihat tinggi banget dan tampan, gak seperti curhatan Joy ke Eyang."

"E-eyang!" Joy melotot kesal, itu aib terbesarnya diperusahaan dan dengan mudahnya Eyang malah mengatakan 'Si Penyihir' itu didepan Chanyeol.

"Apa kabar, Eyang, Tante. Saya Chanyeol, atasan Joy." Chanyeol membungkuk hormat dan bersalam mesra. Joy hanya meringis malu, kini Chanyeol tau darimana asal muasal julukan 'Si Penyihir' itu datang.

"Joy udah banyak cerita tentang kamu." Kata Ibu Tippa.

"Ah, begitu." Chanyeol hanya tersenyum manis.

"Waktu itu dia pernah nelpon dan bilang kalau kamu..."

"Bu, diluar panas Chanyeol nggak begitu suka kepanasan, kita masuk sekarang aja yuk?" Joy menarik-narik lengan Ibunya.

"Ibu belum selesai cerita, ish."

Bukan tanpa sengaja Joy ngelakuin ini, bisa bergetar bumi kalau-kalau Ibunya bercerita aib yang terus mengeluhkan kejelekkan bosnya.

Chanyeol sendiri tetap tenang tak begitu mengambil pusing.

Joy membuka pintu rumahnya. Sampai-

"WELCOME JOY!"

Seluruh kerabat, saudara, dan tetangga terdekat berkumpul dirumahnya.

"Oh my." Joy menutup mulutnya tak percaya.

What the he..

...

HELL YAA HEHE
Tinggalkan jejak ya syg

「 PROPOSAL 」 ↝revisi↜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang