21

3K 205 8
                                    

Gue nonggol lagi 😂🙌🙌

Apa kabar kalian semua? Ada yg kangen gak sma gue? Atau chpter ini? Yaweslah... gak apa-apa.

Nanya kabar gue dong😉 *dasarpemaksa✌*

Sekian bisu-bisu nya... *eh basi-basi nya mksud gue🙈✌


Happy reading guys... 😘😘😘




Langit terlihat sangat gelap akibat awan hitam yang menutupinya. Alam terlihat sangat dingin. Cuaca siang ini terlihat lebih mendung dibanding tadi pagi. Bahkan air hujan turut menetes membasahi bumi dengan gerimisnya. Hampir seluruh penduduk bumi terlihat membeku walau dalam balutan jaket bulu yang tebal. Angin terus menerpa helaian rambut mereka. Hampir semua dari mereka memakai topi dan sarung tangan. Tubuh mereka memucat.

Bibir mereka terlihat membiru dan ketika berbicara maka bibir mereka seperti mengeluarkan asap karena suhu telalu rendah. Dan kuku yang mereka sembunyikan dalam gempalan di balik sarung tangan mereka juga sepertinya sudah memutih. Sesekali mereka menghentak-hentakan kaki mereka yang sekarang mengenakan sepatu boot sylish.

Mobil Naruto terus melaju menyelusuri jalan yang sudah basah. Hari ini aku akan kembali ke castle yang beberapa dari kaum abadi penghisap darah tinggal di sana. Walau AC di mobil ini tidak dihidupkan, namun aku tetap bisa merasakan dingin dengan bersandar di bahu Naruto. Tangannya yang tidak di gunakan untuk meyetir, terus menarikku merapat dengannya.

"Kau siap bermain skateboard dengan cuaca seperti ini?" katanya

"Cuaca hanya sebutan saja. Tidak ada pengaruhnya untukku."

Naruto tersenyum. Dia terus melajukan mobilnya dengan cepat. Kabut tebal sepertinya terus menemani perjalan kami menuju rumah Naruto. Kami sudah memasuki area paling misterius itu. Kami lewati gapura megah yang menyambut kami dengan elegant. Lalu berhenti di depan sebuah castle yang tak lain adalah tempat tinggal sebuah keluarga dari kaum abadi peminum darah.

"Langsung bermain atau ingin masuk dulu?" tanyanya saat kami sudah keluar dari mobil

"Terserahmu."

"Baiklah. Kita masuk dulu!" Naruto merangkul bahuku dan masuk ke dalam.

"Hai Hinata!!" Sakura langsung datang menyapaku.

"Hai!!"

"Senang berjumpa denganmu lagi."

"Aku juga."

"Naruto bilang kau ingin bermain skateboard?" tanya Sasuke.

"Ya. Jika kalian tidak keberatan."

"Oh tentu tidak. Kami sangat senang. Kita bisa bermain bersama nanti."

"Tapi aku belum bisa bermain dengan baik."

"Aku akan mengajarimu. Kau sudah kuanggap seperti adikku." Sakura memelukku. Dia sangat baik.

"Ya. Semenjak namamu disebutkan oleh Naruto, kau sudah kami anggap keluarga kami juga." Sasuke menambahkan. Dia juga sangat baik. "Naruto! Sebaiknya kau membawa Hinata berjalan-jalan di sekitar castle. Biar kami menyiapkan makanan untuknya."

"Sepertinya aku merepotkan kalian."

"Hinata, kau tidak sedikitpun merepotkan kami. Kau keluarga baru kami."

"Terimakasih, Sakura." Kataku lalu berbalik mengikuti Naruto yang sedang memegang tanganku.

"Ini kamarku." Kata Naruto.

"Kau juga suka bermain biola dan melukis?" kataku ketika melihat ada biola di dekat tumpukan lukisan di pojok ruangan.

"Ya. Sebelum aku mejadi seperti ini, aku juga seorang ketua di club biola. Dan sejak kecil, ayahku sering mengajarkanku melukis karena dia adalah seorang pelukis beraliran surealisme."

"Tapi lukisanmu seperti lukisan dari pelukis yang beraliran romantisme."

"Oh ya? Memang sih, lukisanku sangat berbeda dengan lukisan- lukisan Tousanku dulu."

Aku berjalan mendekati sebuah lukisan yang terlukis sebuah keluarga yang terdiri dari Tousan dan kaasan beserta dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan.

"Apa mereka ini keluargamu?" tanyaku pelan.

"Ya. Yang rambut panjang berwarna merah itu adalah kaasanku. Laki-laki dengan rambut berwarna sepertiku itu adalah Tousanku. Dan yang berambut pirang seperti aku dan Tousan itu adalah Niisan laki- laki ku yang permainan biolanya lebih bagus dariku. Aku sangat merindukannya."

"Aku yakin kalian pasti akan bertemu lagi." Aku merangkulnya. Naruto pasti sangat terpukul dengan masa lalunya. " Emm.. anak perempuan ini adikmu? Dia sangat manis. Kau yang memakai baju bewarna cokelat?"

"Ya! Kau tepat sekali!"

"Kau terlihat lebih baby face di lukisan ini?"

"Oh ya? Memangnya sekarang tidak? Tapi Sasuke dan Sakura sering mengatakan kalau wajahku seperti bayi yang baru lahir."

"Oh ya? Mungkin mereka hanya ingin membuatmu senang" Ledekku sambil menjulurkan lidah.

"Kalau aku tidak tampan, kenapa kau menyukaiku?"

"Aku tidak bilang kau tidak tampan."

"Berarti kau mengakui kalau aku tampan?" goda Naruto sambil mendekatkan wajahnya dengan mataku.

"Ih . . . geer!!" Aku menolaknya sampai jatuh ke lantai padahal doronganku tidak kuat. Naruto tidak bangun dari posisinya. Matanya terpejam. Dia tidak bergerak. "Naruto?" Dia masih diam.

"Naruto, kau baik-baik saja?" Hanya butuh beberapa detik hingga gelombang kepanikan menerjangku. "Naruto!!" teriakku pelan. Aku harus beri tahu Sakura dan Sasuke. Aku khawatir dengan keadaan Naruto. Aku mulai beranjak. Namun tiba-tiba lenganku ditahan.

"Kau mengkhawatirkanku?" tanya Naruto dengan wajah polos dan tersenyum geli.

"Kau mengerjaiku? Ih...."

"Hinata." Naruto bangkit. "Aku bukan orang yang lemah Hime... aku cukup kuat apalagi hanya dengan doronganmu yang cukup pelan itu, hehe" Naruto mengacak-ngacak rambutku lagi.

"Kau mudah sekali ditipu."

"Hehe...."

"Naruto." Teriakku manja.













Bersambung.....





Vote 10++
Coment 3++

Budayakan menghargai guys😉 babay 👅

Salam manis Rejaina 💋

Faflei Dan VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang