9

4.5K 243 8
                                    

Malamnya. . ..

"Musuh? Tousan, aku paling tidak suka hal itu. Aku paling tidak suka melihatmu bertaruh. Aku berharap dugaan kalian salah. Tidak akan ada musuh yang datang malam ini!!!" Ucapku setelah Tousan mengatakan malam ini akan datang seorang musuh.

Ting tong....

Bel rumahku berbunyi. Suara bel itu seperti getaran dahsyat akibat ledakan bom. Menciptakan efek vertigo yang luar biasa padaku. Dunia berputar cepat dan aku merasakan kepalaku berdenyut hebat. Aku berdiri dari kursi dalam hitungan sepersekian detik. Membuat darah di kepalaku terasa tersedot ke kaki, menyetop suplai oksigen di otak, membuatku limbung.

"Biar aku yang membukanya." Ucap Neji, Nii-san laki-lakiku.

"Jangan! Bagaimana kalau yang datang itu musuh yang kalian ceritakan tadi? Aku tidak ingin ada pertarungan lagi!!" teriakku. Suasana seakan pecah.

Kita lihat dulu siapa yang datang. Mungkin itu hanya tamu, bukan musuh!" Neji terus berjalan ke arah pintu. Membukanya dan . . . Naruto? ternyata Naruto yang datang. Aku sedikit lega. Tunggu! kenapa Neji tidak mempersilahkannya masuk? Jangan-jangan......

"Neji, hentikan! Kau bisa membuatnya mati!" Teriakku seketika saat melihat Neji menghisap jiwa Naruto.

"Ah." Naruto seperti merinti kesakitan. Aku berlari menutupi Naruto agar Neji tidak bisa menghisapnya lagi.

"Maafkan aku, dia begitu lezat." Neji mulai memalingkan tatapannya agar mengurangi nafsunya.

"Tidak apa-apa." Naruto menarikku ke sampingnya.

"Tunggu! Kau tahu tentang kami?" Tousan mulai heran.

"Iya, aku yang memberitahunya." Aku menjawab jujur. Aku pikir Tousan tidak akan marah tentang ini.

"Tapi." Kaasan terlihat khawatir.

"Tenang aku janji tidak akan memberitahu siapa pun." Naruto mencoba meyakinkan keluargaku.

"Kau bisa dipercaya?" Neji menatap Naruto sinis. Bukan tatapan ingin menghisap lagi. Hanya tatapan yang menanyakan kepastian.

Tentu saja." Jawab Naruto pasti. Naruto sudah mulai normal.

Sepertinya dia sudah mendapatkan kembali jiwanya.

"Mereka sedang berjalan kearah sini!" teriak Neji secara tiba-tiba. Dia membuatku bingung. Tiba-tiba ada Jiisanku yang datang. Dia adalah musuh kami.

"Hai, Saudaraku, kenapa kalian seperti tidak menginginkan kedatangan kami?" Tanya Jiisanku membawa putrinya ke sini.

"Saudara? Kau sama sekali bukan saudara kami." Teriak Neji. Neji begitu membecinya karena faflei yang sialnya menjadi Jiisanku itu telah membunuh pacar Neji dan juga Hanabi adikku.

"Neji keponakanku, ayolah bersikap sopan denganku!" Dia mencoba mendekati Neji.

"Hizashi, kenapa kau terus menganggu kami? Kau masih ingin merebut tahtaku?" tanya Tousanku. Ya, ini semua hanya karena perebutan tahta kerajaan. Hizashi, Jiisanku itu masih memiliki dendam.

"Merebut tahtamu? Ingat! Kau yang telah merebut tahtaku! Andai saja Tousanku, putra mahkota Key tidak lebih dulu mati sebelum menjadi raja maka Tousanmu tidak akan menjadi raja! Dan hanya aku putra mahkota yang akan menjadi raja! Bukan dirimu!" Hizashi berteriak keras. Suaranya memenuhi seluruh penjuru ruangan.
Tapi, Sayang! Tousanmu mati lebih dulu sebelum dia menjadi raja! Dan sekarang aku yang menjadi raja bukan dirimu. Hizashi!" Tousan juga berteriak ketika menyebutkan namanya.

"Sekarang sebaiknya kau pergi dari sini Hizashi. Semua sudah ditetapkan! Kau ataupun kami tidak bisa mengubahnya!" Aku mulai memberanikan diri untuk bersuara.

"Hinata faflei kecilku, sekarang kau sudah berani memerintah Jiisanmu ini?" Hizashi mendekat ke arahku.

"Apa yang membuatku tidak berani denganmu?" Aku berteriak dengan nada tinggi dan mendorongnya keras menjauh dariku.

"Siapa yang membolehkanmu berbicara dengan nada tinggi terhadap ayahku Hinata?" putrinya yang bernama Shion sepertinya marah.

"Kenapa tidak boleh?" Dengan penuh keberanian aku mendekati Shion.

"Hinata ... kau harus bersikap baik dengan putriku. Kalian bersaudara sayang.." Hizashi menyentuh pundakku. Aku sangat tidak menyukai ini "Tunggu!! ternyata ada fen di sini" Gawat Hizashi menyadari kehadiran Naruto di sini.

"Jangan dekati dia." Aku kembali berlari menutupi Naruto.

"Hinata! Bawa Naruto menjauh" Teriak kaasanku.

"Oh jadi kau punya hubungan dengan makhluk lain juga, Hinata?"

Hizashi semakin mendekat.

"Kau tidak boleh menghisap jiwanya." Aku mendorong Hizashi pergi.

"Kau tidak boleh menghalangiku, Hinata" Hizashi kembali mendekat dan mendorongku hingga aku menjauh dari dia dan Naruto.

"Hizashi!!" Tousan dan Neji mendorongnya, menghalanginya agar tidak menyakiti Naruto. Mereka bertiga akhirnya bertaruh. Aku melihat Naruto ingin membantu kami, tapi aku memberikan isyarat untuknya agar dia diam dan tidak melakukan apapun.

"Tousan!" teriak Shion putrinya.

"Saatnya kita yang bertaruh Shion." Aku mendorong Shion hingga membuatnya terjatuh.

"Hinata! Tousan dan Niisanmu!" Aku mendengar Kaasan berteriak dan ternyata Tousan dan Neji sedang dalam bahaya.

"Tousan? Neji?" Aku berteriak. Tiba-tiba Naruto berlari mendekati mereka bertiga dan seketika taring Naruto keluar lalu menghisap darah Hizashi dengan cepat hingga Hizashi kehabisan darah lalu retak dan musnah. Semua yang ada di ruangan ini terkejut dan tidak percaya.

"Vampire?" teriak Shion. Mungkin karena Tousannya telah mati, dia menjadi marah dan menekanku kuat sampai aku jadi kehilangan tenaga.

"Iya, setelah Tousanmu, sekarang giliranmu" Naruto datang dan menjauhkanku dari Shion. Naruto juga menghisap darah Shion sampai habis seperti yang dilakukannya terhadap Hizashi.

"Naruto?" Aku khawatir dengan keadaan Naruto yang terlihat sangat mengerikan.

"Kirim mereka, Neji!" teriak kaasan.

"Baik." Neji mengangkat Hizashi dan Shion yang telah musnah, lalu membawa mereka ke sebuah tempat.

"Kau vampire?" tanya Tousanku padanya.

"Iya." Naruto mengaku. Suaranya pelan.

"Jadi kau berhubungan dengan vampire Hinata?" tanya kaasan tidak percaya.

"Iya." Jawabku singkat.

"Kalian harus terpisah! Kalian sama-sama mematikan" Neji kembali.

Sepertinya dia tidak setuju dengan hubungan aku dan Naruto.

"Percayalah, kami bisa saling menjaga. Kami tidak akan saling menyakiti." Ucap Naruto untuk meyakinkan mereka.

"Tapi kalian." Tousan juga tidak setuju sepertinya.

Biarkanlah mereka. Itu adalah hak mereka" Sepertinya kaasan tidak terlalu menentang hubungan kami ini. Dia begitu pengertian.

"Tapi." Neji masih tidak setuju.

"Kaasan yakin mereka bisa saling dipercaya. Mereka akan saling menjaga untuk tidak saling mematikan." Kata-kata kaasan membuat semuanya diam dan mencoba mengerti tentang hubungan aku dan Naruto.















Bersambung....

Vote & comentnya...

Faflei Dan VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang