Malam itu para Goblin sedang asyik menikmati makan malamnya. Sup binatang-binatang menjijikkan tentu saja menjadi hidangan utamanya. Dengan rakus, Bubba melahap seekor ular yang masih nampak menggeliat-geliat di atas meja. Sementara seperti biasa, Kozak mulai muntah-muntah lagi entah mengapa.
"Sudah kubilang bumbu beracunnya secukupnya saja." Bubba melirik Wilda.
Wilda bersungut-sungut. "Biarkan saja dia. Racun sangat baik untuk kesehatannya."
Kozak tiba-tiba meringkuk dan menjilati bekas muntahannya sendiri.
"Ugh, hentikan, Goblin jorok!" bentak Wilda. Ia bangkit dari duduknya, lalu menendang Kozak.
Kozak menggelepar di lantai sambil terkekeh. "Wow, enak sekali, Ibu. Bisa coba sekali lagi?"
"Anna! Cepat kemari!" teriak Wilda keras-keras. "Ada yang harus kau bersihkan!" Ia bergegas menuju pintu ruang bawah tanah.
Belum sempat Wilda membukanya, tiba-tiba pintu besar itu terlepas dari tempatnya dan melayang menimpa tubuh Wilda hingga ia terjepit. Bubba dan Kozak sangat terkejut.
"Apa-apaan ini!" Bubba seolah tak percaya.
Wilda merintih kesakitan karena terhimpit pintu besar itu. "Hei, kalian! Kenapa diam saja, cepat tolong aku!" teriaknya.
Saat itulah Anna keluar dari ruang bawah. Para Goblin tampak terkejut melihatnya. Penampilan Anna kini terlihat berbeda. Ia tak lagi berpakaian kumal seperti biasanya, tapi mengenakan gaun berjubah yang bersih dan nyaman.
"Kurang ajar!" hardik Bubba. "Bagaimana bisa kau menguasai ilmu sihir?"
Anna tersenyum. "Itu karena aku lebih pintar dari kalian."
Bubba melotot. "Baik! Ayo kita lihat sejauh mana kemampuanmu!"
"Dengar, aku tak ingin ada keributan. Biarkanlah aku pergi dan kalian bisa kembali melanjutkan aktivitas kalian. Tak perlu harus ada yang terluka. Kumohon."
"Sudah berani menyombongkan diri rupanya. Nampaknya aku harus memberimu pelajaran, Anna!"
Bubba mengerahkan kekuatan sihirnya. Ia mengangkat tangannya dan mengarahkannya kepada Anna. Sontak tubuh Anna terpental hingga membentur dinding dengan keras.
"Aduh, sakit sekali," rintihnya sambil mencoba berdiri.
Bubba berniat mendekati Anna, namun langkahnya terhenti ketika Anna mengeluarkan tongkat sihirnya. "Rathazar!" ucapnya. Dari ujung tongkat sihir keluarlah sebuah bola bercahaya lalu ditembakkannya bola itu ke arah Bubba. Namun Goblin gendut itu dengan tangkas mampu menangkap bola bercahaya itu.
"Wow! hebat, Ayah!" seru Kozak.
Bubba menyunggingkan senyum sinis. "Kau harus berupaya lebih bagus dari itu, Nak. Karena itu seperti tipuan murahan bagiku." Ia meremas bola bercahaya itu, berniat untuk menghancurkannya.
"Oh, aku tak kan melakukan hal itu kalau aku jadi kau," ujar Anna.
"Diam kau, bocah tengik! Akan kutunjukkan bahwa sihirmu tak ada artinya bagiku, beginilah cara Goblin sejati menghadapi sihir murahan anak kemarin sore!"
Dengan kuat, Bubba meremas bola bercahaya itu agar pecah. Sontak bola bercahaya itu langsung meledak dan menebarkan butiran-butiran sinar yang segera mengitari tubuh kedua Goblin tersebut. Bubba menjerit kesakitan karena tangannya melepuh akibat ledakan tadi. Namun ia menjerit lebih keras lagi bersama Kozak ketika merasakan butiran-butiran sinar yang begitu banyak menyengat tubuh mereka seperti lebah api yang sangat berbahaya. Kedua Goblin itu berguling-guling tak karuan di lantai sambil terus menjerit kesakitan. Sementara butiran-butiran sinar itu tak kunjung mereda. Dalam sekejap, tubuh keduanya mengalami bengkak-bengkak dan terasa begitu perih dan linu.
Anna hanya mengangkat bahu. "Sudah kubilang tapi kau tak mau mendengarnya. Rasakan sendiri akibatnya."
"Ayo, Anna lebih baik kita segera pergi dari sini," ajak Momo.
Dengan wajah berseri-seri, Anna bergegas pergi meninggalkan rumah yang menyimpan segenap kenangan buruk itu. "Wow! Akhirnya aku bebas!" soraknya, senang.
"Anna, kurasa kita butuh kendaraan karena kita akan menempuh perjalanan yang panjang."
"Goblin-Goblin itu memiliki kereta singa terbang, bukan? Kita bisa menggunakannya."
"Oh, sebenarnya singa-singa itu tidak dapat terbang. Mereka memasang sebuah lentera ajaib pada kereta sehingga mampu terbang."
"Dimanakah lentera ajaib itu sekarang?"
"Terakhir kulihat Kozak telah merusakkannya."
"Baiklah, setidaknya kita masih bisa menunggangi singa putih itu. Bagaimanapun juga mereka adalah pelari yang handal."
Singa-singa putih itu dengan galak mengaum keras ketika Anna mendekati kurungan mereka. Dengan bantuan tongkat ajaib Anna menyihir salah satu singa itu. Dalam sekejap singa putih itu berubah menjadi jinak dan penurut.
Anna mendekati singa itu dan mengelus-elus surainya. "Kau kuberi nama Zumba sekarang. Aku membutuhkan bantuanmu untuk membawaku menuju Hutan Goron. Bisakah kau membantuku, Zumba?"
Singa putih itu mengaum menandakan kesediaannya. Maka Anna lalu menungganginya dan berangkatlah mereka menuju Hutan Goron. Dengan cepat, Zumba berlari melintasi alam yang sangat luas. Ini akan jadi perjalanan yang sangat panjang dan mungkin mereka akan menemui banyak rintangan dan mara bahaya. Namun Anna telah memantapkan tekadnya.
Penduduk negeri Zor beranggapan hanya makhluk bodoh saja yang berkeinginan pergi ke hutan Goron, karena itu sama saja dengan mengantarkan nyawanya sendiri kepada monster serigala penghuni hutan. Meski keberadaan Pohon Elk sudah menjadi rahasia umum di seantero Dunia Bawah, namun tak pernah terlintas di pikiran mereka untuk menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, hanya untuk menjadi santapan para pemangsa hutan yang terkenal bengis dan tangguh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamland
FantasyAnna, gadis cilik berusia sebelas tahun adalah anak yang bandel. Hingga pada suatu ketika, sepasang makhluk dari dimensi lain menculiknya dan membawanya ke negeri antah berantah untuk dijadikan budak. Anna merasa tersiksa dan mulai menyadari peranga...