6. Sang Penguasa Serigala

39 1 0
                                    

Setelah berjalan cukup lama, sampailah mereka di tempat tujuan. Ternyata jauh di dalam hutan berdiri suatu bangunan megah yang menyerupai piramida. Di dekat bangunan itu terdapat mata air yang cukup jernih dan juga air terjun.

Melihat kedatangan salah satu anggotanya, kawanan monster serigala yang ada disana segera merubung. Mereka tertarik dengan makhluk aneh yang dibawa oleh kawannya tersebut. Anna merasa seperti alien di tempat itu.

Sesosok monster serigala bertubuh tambun menyeruak dari kerumunan. "Tangkapan bagus! Cepat berikan padaku agar bisa kumasak sebagai hidangan untuk Tuan Neron," ujarnya.

"Baiklah, juru masak. Tapi jangan lupa untuk menyisakannya buatku."

Belum sempat Anna berpindah tangan, tiba-tiba monster yang lain berteriak dari piramida. "Hei! Tuan Neron memerintahkan untuk membawa makhluk itu ke hadapannya!"

Mendengar hal itu, sang monster yang membawa Anna bergegas menuju piramida. Anna melihat bangunan itu tampak menyeramkan. Patung-patung makhluk menakutkan menghiasi tiap-tiap sudut ruangan, menambah kesan angker. Monster serigala berhenti di sebuah ruangan yang cukup besar.

"Tuan, saya datang membawakan makhluk kecil ini."

"Tinggalkan kami!" Terdengar suara berat yang menggema di dalam ruangan.

Anna tak dapat melihat dengan jelas seisi ruangan karena keadaan disana remang-remang dan diliputi oleh kabut asap.

"Mari, makhluk kecil. Datanglah padaku, jangan takut." Suara misterius itu kini menyapa Anna.

Perlahan-lahan, Anna melangkahkan kakinya menuju sumber suara tersebut. Samar-samar ia melihat sesuatu di depannya. Sesosok berjubah dan berkerudung tampak meringkuk di kursi besar sembari memegangi tongkat kayu. Ukuran tubuhnya tak kalah besar dengan monster serigala. Namun Anna tak dapat melihat dengan jelas wajah sosok itu karena tersembunyi di balik kerudung. Hanya tangannya saja yang terlihat menyembul keluar memegang tongkat. Terlihat cukup jelas tangan berwarna hitam yang besar, berbulu, dan mencuatkan cakar-cakar tajam.

"Jadi itu tuan mereka," bisik Momo. "Mereka memanggilnya Neron."

Anna berjalan mendekat dengan sikap hati-hati. "Kumohon, Tuan, jangan sakiti aku. Lepaskanlah aku," pintanya.

"Aku bisa lihat dalam dirimu, ya, kau memang memiliki bakat besar yang terpendam," kata Tuan Neron. "Aku bertanya dalam hati, apakah bakatmu itu cukup berguna bagiku."

"Apa maksud, Tuan? Aku tak mengerti."

"Ketahuilah, kami bangsa monster serigala adalah salah satu makhluk terkuat di Dunia Bawah. Tapi kami bukanlah makhluk yang terpelajar. Aku telah hidup untuk bertualang dan berkuasa selama ratusan tahun. Namun sudah belasan tahun ini aku hanya bisa meringkuk dan tak dapat bergerak kemana-mana. Aku mengalami kelumpuhan," papar Neron.

"Kenapa bisa demikian, Tuan?"

"Ini adalah akibat dari pengkhianatan yang dilakukan oleh pembantu setiaku. Ia ingin merebut kekuasaan atas hutan Goron dariku. Tanpa kusadari, ia berupaya untuk membunuhku dengan cara meracuniku dengan suatu racun yang sanggup membunuh seekor naga."

Neron menghela napas. "Tapi ternyata pengkhianat itu salah perhitungan. Aku masih terlalu tangguh untuk terbunuh dengan cara seperti itu. Meski demikian, racun itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku lumpuh."

"Oh, aku turut merasa prihatin dengan apa yang menimpa anda, Tuan."

"Kelumpuhan ini telah meruntuhkan kebanggaanku, dan aku seperti berada pada titik nadir terendah dalam hidupku," ratap Neron. "Kau memiliki bakat besar, makhluk kecil. Untuk itu bisakah kau meringankan penderitaanku?"

DreamlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang