Mulai saat itu, tinggalah Anna di negeri Zor sebagai budak keluarga Goblin itu. Tiap hari ia harus bekerja keras mengurus segala keperluan mereka tanpa banyak waktu istirahat dan tanpa imbalan sama sekali. Pekerjaannya senantiasa bertumpuk-tumpuk, mulai dari mencuci, menimba air, mencari kayu bakar, membersihkan kandang Singa, dan masih banyak lagi. Salah sedikit saja mereka pasti akan membentak-bentak Anna dan tak segan-segan untuk mencambukinya. Pekerjaan paling menyebalkan bagi Anna ialah membersihkan muntahan Kozak. Goblin kecil itu memang gampang sekali muntah.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh keluarga Goblin itu sangatlah menjijikkan. Mereka gemar sekali membuat sup satu kuali besar dengan memasukkan banyak binatang menjijikkan hidup-hidup, seperti ular, biawak, kodok, tikus, lengkap dengan bumbu berupa aneka macam tumbuh-tumbuhan beracun. Mereka juga meminum air yang berbau busuk serta rasanya sangat pahit dan membakar. Untungnya, Wilda dan Bubba mau memberikan makanan yang lebih layak berupa roti dan air biasa kepada Anna. Roti itu sangat keras, kotor, dan rasanya sungguh tidak enak. Orang-orang di Javania tak kan ada yang mau memakannya. Namun mau tak mau Anna harus memakannya bila ia tak mau kelaparan.
Di rumah itu, Anna tinggal di ruangan bawah tanah yang memiliki beberapa sel. Salah satu sel itu menjadi kamar Anna. Dulunya sel-sel itu merupakan kandang bagi ular besar, terlihat dari bekas kulit ular yang berserakan disitu. Kondisi ruangan bawah tanah itu gelap dan pengap, hanya diterangi beberapa obor dan lilin. Selain itu disitu banyak sekali tikus-tikus besar yang acapkali bergerombol dan berlarian kesana kemari.
Hidup menderita di negeri Zor dengan perlakuan kasar dari keluarga Goblin itu sungguh membuat Anna merasa sedih dan tertekan. Tiap malam ia senantiasa menangis. Anna begitu merindukan kedua orang tuanya dan ingin sekali dapat pulang ke rumah. Saat itulah ia mulai menyadari perangai buruknya selama ini. Ia sungguh menyesal telah menjadi anak nakal yang tidak pernah menurut kepada orang tua.
Pada suatu malam ketika sedang terlelap, Anna merasakan ada sesuatu di tempat tidurnya. Ia segera mencari tahu sesuatu yang mengganggunya itu. Ternyata ada seekor hamster kecil di balik selimut Anna.
"Halo," sapa hamster itu dengan suaranya yang lucu.
Anna tersenyum. "Kau bisa berbicara ya. Aku Anna. Siapa namamu?"
"Namaku Momo," jawab si hamster. "Jadi kau makhluk dari Dunia Baru ya?"
"Ya, begitulah. Rumahku di Javania."
"Well, aku turut prihatin dengan apa yang menimpamu, Anna."
"Hei, kurasa kita bisa berteman, Momo. Kau tahu aku sangat kesepian disini."
"Yah, tentu saja, Anna."
Anna sangat senang bisa mendapatkan teman baru di tempat asing tersebut. Tiap malam mereka saling bercerita tentang hal-hal yang menarik. Bila Anna sedang bekerja, maka Momo juga senantiasa menemaninya. Anna merasa Momo sudah seperti adiknya sendiri.
Pada suatu malam, Anna dan Momo sedang asyik mengobrol seperti biasanya. Dalam obrolan, Momo sempat menyinggung perihal keberadaan kuda terbang Pegasus bernama Enix, suatu makhluk gaib yang memiliki keistimewaan. Anna merasa tertarik, ia meminta Momo untuk menceritakannya.
"Tidak banyak yang kami tahu perihal makhluk itu," ujar Momo. "Tapi satu hal yang pasti, Pegasus Enix adalah makhluk yang sangat menakjubkan. Selain hidup abadi, Pegasus putih berambut emas itu memiliki keistimewaan mampu melintas ke dimensi lain. Ia tidak membutuhkan portal penghubung seperti yang terdapat di negeri Zor," tuturnya.
"Apakah Enix juga bisa menjangkau duniaku?" tanya Anna, penuh harap.
"Ya, tentu saja bisa," jawab Momo.
Anna menggembangkan senyum dengan mata berbinar-binar.
"Oh, Anna, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan. Mungkin hanya dalam mimpi saja kita dapat bertemu dengan Pegasus itu."
"Apa maksudmu, Momo?"
Cerita Momo berlanjut. Ia menuturkan bila Pegasus Enix adalah golongan makhluk suci. Itu sebabnya Enix tinggal di suatu tempat istimewa yang penuh dengan kebahagiaan serta kenikmatan. Tempat itu dikenal sebagai Alam Raya Atas. Luasnya melebihi Dunia Bawah disini. Disana terdapat negeri-negeri yang sangat indah yang tak kan ditemukan pada dimensi manapun.
Dan tiada satu pun makhluk dari Dunia Bawah yang sanggup menemukan tempat itu, kecuali harus melalui sebuah jalan rahasia. Satu-satunya jalan menuju Alam Raya Atas adalah sebuah pohon keramat raksasa bernama Elk. Di puncak pohon Elk terdapat terdapat sebuah portal yang menghubungkan kedua alam raya. Barang siapa yang memanjat pohon raksasa itu maka ia serasa tidak akan pernah menemui puncaknya. Karena pohon tersebut mengandung aura gaib yang sangat pekat. Selain itu pohon Elk ditinggali oleh makhluk-makhluk buas mengerikan dan terletak di kawasan paling angker di Dunia Bawah, yakni hutan rimba Goron. Disanalah para monster serigala yang terkenal ganas tinggal dan berkuasa. Mereka memakan apa saja yang disukainya, termasuk Goblin.
Anna tertegun mendengar penuturan Momo. Sejak saat itu ia senantiasa terbayang akan Pegasus Enix. Ia ingin sekali bisa pulang ke Javania dan berkumpul kembali dengan kedua orang tuanya yang sangat menyayanginya. Pergi ke Alam Raya Atas adalah satu-satunya cara untuk menemukan Enix.
Maka diam-diam Anna menyusun rencana untuk kabur dari rumah para Goblin itu. Setelah persiapan dirasa sudah matang, maka pada suatu malam Anna memantapkan tekadnya. Momo yang sedang terlelap langsung dimasukkannya ke dalam buntelan yang dibawanya.
Pintu utama ruang bawah tanah yang merupakan akses keluar masuk dari atas ke bawah, selalu dikunci rapat-rapat oleh Wilda. Jadi Anna memutuskan untuk keluar melalui sebuah lorong kecil dan berharap akan ada jalan keluar dari situ. Dengan hati-hati, Anna melangkahkan kakinya meniti jalan di lorong yang gelap sambil mengarahkan lilin untuk menerangi jalannya. Ternyata lorong itu lumayan panjang. Walau begitu, Anna tetap melangkahkan kakinya.
Momo menyembul dari dalam buntelan. "Anna, apa yang kau lakukan?""Aku akan pergi dari sini, Momo."
"Ya ampun, apa kau sudah gila!"
Anna memberi isyarat pada Momo agar diam. Cukup lama Anna berjalan hingga akhirnya sampailah ia di bagian lorong yang sepertinya memiliki sebuah celah ke atas. Tanpa membuang waktu, Anna bergegas mendaki celah yang terjal dan berbatu tersebut. Setelah bersusah payah, akhirnya Anna berhasil melongokkan kepalanya keluar. Hembusan angin yang cukup kencang langsung menerpa wajahnya. Dengan seksama, ia mengamati keadaan di sekitarnya. Namun hatinya merinding ketika ia hanya menemukan kegelapan malam, disertai lolongan-lolongan dan suara menakutkan. Di kejauhan, langit gelap yang bergemuruh seperti memiliki sepasang mata menakutkan yang siap mengawasi gerak-gerik makhluk di bawahnya. Sementara petir tak henti-hentinya menjulurkan lidahnya ke bawah seperti hendak mencari mangsa. Anna terdiam terpaku dan seperti membeku. Malam serasa hendak menelannya bulat-bulat.
"Jangan, Anna," cegah Momo. "Banyak mara bahaya yang menunggu di luar sana, dan aku tahu kau belum siap untuk menghadapinya."
Anna mulai menitikkan air mata. "Jadi apa yang harus kulakukan? Aku ingin sekali pergi ke Alam Raya Atas untuk menemukan Enix."
"Anna, kau tahu itu mustahil."
Anna merenung beberapa saat. Lalu ia membalikkan badannya seperti hendak melangkah pergi. "Aku tak peduli, pokoknya aku harus pergi kesana dengan atau tanpa dirimu, Momo," pungkasnya.
"Oh, kau sungguh gegabah, Anna. Untuk bisa menjelajahi Dunia Bawah setidaknya kau harus memiliki bekal ilmu sihir."
"Ilmu sihir?"
"Selamat datang di dunia kami, Anna. Ini adalah dunia yang berkisar pada kekuatan dan keajaiban."
"Lalu bagaimana aku harus mempelajarinya?"
"Untuk itulah kita harus kembali ke rumah para Goblin. Aku tahu mereka menyimpan sebuah kitab sihir, ya, mereka pernah membicarakannya. Kita harus mencari kitab itu agar nanti kau dapat mempelajarinya."
Hati kecil Anna membenarkan semua perkataan Momo. Ia merasa itulah hal terbaik yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Maka Anna menuruti nasehat Momo dan memutuskan untuk kembali lagi ke rumah para Goblin.
"Kenapa kau tak pernah bilang, Momo, kalau mereka memiliki kitab sihir?"
"Hm, karena kupikir kau tidak tertarik dengan hal-hal semacam itu."
"Yah, semoga saja kita bisa menemukan kitab itu, dan semoga saja aku bisa mempelajarinya."
"Aku yakin kau pasti bisa melakukannya, Anna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamland
FantasiAnna, gadis cilik berusia sebelas tahun adalah anak yang bandel. Hingga pada suatu ketika, sepasang makhluk dari dimensi lain menculiknya dan membawanya ke negeri antah berantah untuk dijadikan budak. Anna merasa tersiksa dan mulai menyadari peranga...