8. Mimpi Jadi Nyata

25 0 0
                                    

Anna kemudian melangkahkan kakinya menuju portal rahasia. Hembusan angin sejuk segera menerpanya. Dengan hati-hati, ia masuk ke dalam sorotan cahaya. Serta merta, tubuhnya terangkat ke atas dengan sendirinya, mengikuti sorotan cahaya tersebut. Ia terus meluncur naik melewati taburan debu bersinar yang terasa menyegarkan. Lalu dilewatinya suatu bagian yang diselimuti kabut tebal. Anna terus menerobosnya. Semakin tinggi ia meluncur, kabut tebal semakin berkurang. Sampai akhirnya, Anna merasakan dirinya berhenti melayang. Lambat laun, kabut mulai menghilang, dan kini Anna menemukan dirinya sedang mengambang di angkasa. Cuaca tampak begitu cerah, dan ia melihat sebuah dunia yang berbeda.

Anna kemudian merasakan tubuhnya perlahan-lahan turun ke bawah. Awalnya ia merasa khawatir kalau-kalau tubuhnya akan jatuh dengan deras ke bawah dan menghempas tanah. Namun ternyata ia hanya bergerak turun secara perlahan-lahan, seperti tanpa ada gravitasi. Hingga akhirnya Anna terbelalak. Di sekelilingnya terhampar pemandangan alam yang begitu indah dan menakjubkan. Belum pernah ia melihat tempat yang sesempurna itu. Semua yang ada disana sepertinya diciptakan dari bahan-bahan yang istimewa. Sungai-sungai yang begitu jernih, pepohonan yang rindang, istana-istana yang megah, hamparan hijau yang luas, semua terlihat begitu indahnya.

Bocah-bocah bersayap putih yang elok dan rupawan dengan riang gembira berkejaran di udara. Kehadiran mereka membuat suasana menjadi tambah semarak dan ceria. Sementara aneka kupu-kupu yang sangat cantik beterbangan kesana kemari tak kalah riangnya. Sayap mereka berwarna-warni dan bertabur permata yang berkilauan dengan indah.

"Katakanlah bahwa kita tidak sedang bermimpi." Anna masih dilanda ketakjuban.

Momo bersorak. "Yahoo! Selamat datang di Alam Raya Atas!"

Dengan riang gembira, mereka berlarian kesana kemari menikmati suasana tempat indah tersebut. Ketika sedang asyik bercengkerama, mendadak Anna dikejutkan oleh sebuah benda yang mengenai tubuhnya. Tak terasa menyakitkan, tapi cukup membuatnya kaget. Ternyata itu sebuah anak panah kecil, seperti mainan. Anna memungutnya, lalu menoleh untuk mencari tahu si pelaku. Tak lama kemudian, bocah bersayap putih yang tampan dan bersih datang menghampiri Anna sambil menenteng sebuah busur kecil.

"Oh, maaf," ucapnya. "Itu anak panahku. Apa kau terluka?"

"Aku tidak apa-apa," jawab Anna. Ia menyerahkan anak panah itu pada bocah bersayap.

Mereka lalu saling berkenalan. Bocah bersayap itu bernama Yuma. Teman-temannya tidak mengajaknya bermain, jadinya ia bermain-main sendiri. Yuma bocah yang ramah dan menyenangkan. Anna cepat akrab dengannya.

"Kebetulan aku hendak berkeliling. Maukah kau menemaniku, Yuma?" pinta Anna.

"Tentu, Anna," sahut Yuma, senang. "Aku bisa menjadi pemandu yang baik."

Dengan riang, mereka menyusuri hamparan rumput hijau yang dihiasi bunga-bunga aneka rupa dan warna yang sangat menawan hati. Kemanapun mereka melangkah, disitu terbentang berbagai macam keindahan dan keajaiban. Sejenak mereka berhenti di dekat air terjun yang elok dimana dinding tebingnya tercipta dari zabarjad. Selepas itu, mereka berjalan menuju pepohonan beraneka ragam yang begitu rimbun dan berbuah banyak. Pohon-pohon itu batangnya terbuat dari manikam, dahannya dari permata nilam, dan daunnya dari sutera. Buahnya terlihat ranum dan segar, serta rasanya juga sangat enak. Di dekat pepohonan, mengalir sungai limun yang bening dan rasanya sangat nikmat lagi menyegarkan. Di dalam sungai itu terdapat kerikil-kerikil mutiara, serta bebatuan berupa intan berwarna ungu. Tanpa bisa ditahan-tahan lagi, Anna segera mencebur ke sungai yang tidak sebegitu dalam itu, seraya mencepuk-cepukkan air sungai yang jernih, dan menyibak batu-batu mulia di bawahnya.

Sepanjang hari itu, mereka bermain-main dengan penuh keceriaan. Yuma lalu mengajak Anna ke suatu tempat. Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah istana yang dibangun dari emas, perak, dan marmer. Istana itu berdiri dengan megah dan berkilauan. Menara-menaranya menjulang tinggi, serta kubah-kubahnya begitu elok mempesona. Di sekeliling istana terhampar taman yang asri dengan kolam ikan hias yang jernih, serta air mancur yang indah. Beberapa binatang yang bersih dan lucu seperti kelinci dan rusa tampak sedang asyik bercengkerama. Sementara burung-burung kecil beraneka warna beterbangan kesana kemari sambil berkicau sahut menyahut. Betapa sungguh damai suasananya.

Dari dalam istana, keluarlah seorang perempuan muda yang cantik jelita. Penampilannya begitu sempurna dan semampai. Wajahnya senantiasa berseri-seri seperti rembulan. Ia juga mengenakan gaun yang sangat indah serta perhiasan yang mewah. Begitu melihat Anna, maka perempuan itu langsung datang menghampiri. Kedatangannya menebarkan aroma wangi yang menenteramkan hati. Dengan ramah, perempuan itu menyapa Anna. Ternyata ia adalah sahabat Yuma, namanya Putri Evy. Dialah pemilik istana indah tersebut.

"Mari, Anna, kita masuk ke dalam," ajak Putri Evy. "Kau adalah tamuku sekarang."

Putri Evy mengajak Anna berkeliling di istana dengan diiringi Yuma. Anna sungguh merasa kagum melihat keindahan di dalam sana. Berbagai macam batu mulia yang berkilauan bertaburan disana sini. Bagian dalam istana tersebut sangat megah dan mewah. Pilar-pilarnya besar dan tinggi. Ruangan-ruangannya yang besar dilengkapi dengan berbagai macam perabotan emas, serta pancuran air yang elok. Jendelanya yang lebar dipasangi tirai dari sutera berwarna biru tua yang halus, tebal, dan bertaburan intan berlian. Waktu berkeliling disana, Anna melihat dayang istana yang cantik-cantik. Mereka menyambut kehadiran Anna dengan hangat. Sungguh menyenangkan berada disana.

Putri Evy ingin menjamu Anna dengan sebaik-baiknya. Ia menyuruh para dayangnya agar merias Anna secantik mungkin. Sementara Putri Evy dan dayang lainnya mempersiapkan makan malam yang istimewa. Setelah selesai berdandan, Anna hampir-hampir tak percaya ketika melihat dirinya di cermin. Wajahnya dirias dengan cantik. Di atas kepalanya disematkan mahkota yang indah dari emas putih yang bertatahkan intan berlian. Begitu pula gaun yang dikenakannya sangat bagus dan mewah.

Makan malam istimewa yang disiapkan Putri Evy berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, serta penuh keakraban. Di atas meja yang panjang tersaji begitu banyak hidangan lezat yang menggugah selera. Semua yang hadir boleh makan dan minum sepuasnya. Putri Evy memperkenalkan Anna pada semua yang hadir. Mereka semua menyambut Anna dengan hangat.

"Anna, Yuma mengatakan bahwa kau hendak mencari Pegasus Enix. Benarkah itu?" tanya Putri Evy.

"Ya, itu benar, Putri," jawab Anna. "Tapi kurasa sekarang aku tidak sedang terburu-buru untuk mencarinya. Aku ingin sejenak tinggal disini."

Putri Evy tersenyum. "Kalau begitu tinggalah di istanaku, Anna. Aku akan sangat senang jika ada yang menemaniku disini."

Tentu saja dengan senang hati, Anna menerima tawaran tersebut. "Oh, terima kasih, Putri Evy. Sungguh suatu kehormatan bisa tinggal di istana semegah ini."

Sejak saat itu, tinggalah Anna di istana Putri Evy. Disana ia menikmati kebahagiaan hidup. Apapun keinginannya dapat terpenuhi dengan mudah. Keindahan dan kedamaian Alam Raya Atas benar-benar telah merebut hati Anna, hingga ia lupa akan tujuannya semula. Kini Anna tak lagi memikirkan keinginannya untuk mencari Pegasus Enix. Seiring waktu berjalan, Anna pun beranjak dewasa. Hari-hari yang indah dilaluinya dengan bersenang-senang bersama para sahabatnya.

DreamlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang