#1

9.7K 1.3K 348
                                    

Aku yakin aku tidak bangun terlalu pagi hari ini. Aku juga yakin jamku baik-baik saja -tidak berjalan lebih cepat atau semacamnya. Tapi ada yang aneh dengan keadaan sekolah pagi ini. Terlalu sepi. Memang ada beberapa siswa yang kulihat, namun tetap saja terlalu sedikit, mengingat aku selalu datang di menit-menit terakhir jam pertama akan dimulai.

Tak ada seorang pun di kelas saat aku membuka pintu. Tidak juga. Ia ada di sana, duduk di kursiku. Sudah hampir setahun rasanya dan aku telah terbiasa akan hal itu.

Perhatiannya langsung tertuju pada si pembuka pintu. Ia tampak mengernyitkan dahi begitu melihatku.

"Sunbae, kau datang ke sekolah?" tanyanya saat aku memasuki kelas dan mendekatinya, tepatnya mendekati mejaku.

Aku tidak merespon, melainkan sedikit melempar ranselku ke atas meja. Lalu berbalik dan berniat meninggalkan kelas. Kurasa aku tidak perlu menjawab pertanyaan bodoh darinya itu.

"Sunbae, kau tidak ingat hari apa ini?" tanyanya lagi.

Aku berpikir sejenak. Ini hari Rabu, aku sangat yakin akan itu. Aku seharusnya mendapat pelajaran sejarah di jam pertama hari ini. Kwon­-songsaenim, guru sejarahku, sangat disiplin akan waktu. Itu membuat seisi kelas selalu berusaha datang tepat waktu jika tidak ingin mendapat hukuman menghapal satu bab.

Pintu kelas kembali terbuka saat aku tengah mengingat ada apa dengan hari ini. Seorang gadis masuk. Rambutnya berwarna hitam dan dikucir kuda. Ia tampak sedikit terkejut begitu menyadari hanya ada aku di dalam kelas.

"A-annyeong, Min Yoongi," sapanya kikuk sambil masuk.

Aku menatapnya sejenak sebelum membalas dengan dingin, "Annyeong, Oh Hani,"

"Umm, kau tahu kenapa sekolah begitu sepi pagi ini?" tanyanya sambil berjalan menuju mejanya -di sebelah mejaku.

Aku hanya menggelengkan kepala saat Hani duduk di kursinya.

"Aigoo, Sunbae, bagaimana kau bisa lupa? Ini tanggal 27 November!"

Mendengar itu, sontak pandanganku berpaling ke arahnya, yang duduk di kursiku, di sebelah Hani. Ia menatapku sedih. Perasaan bersalah terbesit di dalam benakku.

"A-ada apa?" tanya Hani setelah melihatku yang tiba-tiba menoleh ke arahnya, atau tepatnya ia merasa aku menoleh ke arahnya.

"Sekolah sedang fakultatif hari ini," kataku akhirnya.

Dahi Hani tertekuk. Dengan tatapan bingung ia menatapku dan bertanya, "Kenapa? Ada apa?"

Hani baru seminggu bersekolah di sini, sekaligus menjadi teman sebangkuku. Aku memang tidak begitu peduli padanya, namun aku bisa melihat bahwa ia tidak cukup pandai mencari teman. Buktinya ia tidak tahu ada apa di hari ini. Itu artinya ia tidak memiliki teman yang seharusnya memberitahu bahwa hari ini kita bisa saja tidak pergi ke sekolah tanpa membolos.

Aku menoleh sejenak kearahnya, yang duduk di samping Hani. Setelah menghela napas aku menjelaskan, "Hari ini, tanggal 27 November, tepat setahun yang lalu salah satu siswa yang cukup populer di sekolah kita meninggal. Pasti banyak dari siswa dan guru yang pergi ke makamnya untuk memperingati hari kepergiannya,"

Hani membulatkan bibirnya. "Oh, astaga, aku tidak tahu itu," komentarnya. "Siapa dia?" tanyanya kemudian.

Aku tidak langsung menjawab, melainkan menatapnya, yang masih duduk di kursiku. Ia menatapku datar. Tatapannya mati. Kini perasaan iba yang menggelitik benakku.

Masih menatapnya, aku berkata pada Hani. "Ia satu tahun di bawah kita. Namanya Jeon Jungkook,"

*

killedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang