#6

4.4K 949 43
                                    

Aku membuka lemari pendingin itu, dan mengambil beberapa es di dalamnya. Kuambil sapu tangan yang ada di ranselku lalu membungkus es itu. Hani keluar dari dalam kamarnya saat aku membawa kompres es itu ke ruang tengah.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya padaku.

"Duduklah," kataku padanya, sambil menunjuk sofa yang ada di sana dengan daguku.

Ia menurut. Setelah ia duduk di sana, aku mengambil tempat di sebelahnya. Kupegang dagunya dengan tangan kiriku dan membuatnya menengok ke kanan, memperlihatkan lebam di pipi kirinya. Aku lalu mulai mengusap kompresku pada pipinya, selembut mungkin.

Hani meringis. "Tahanlah," kataku.

Kini aku berada di rumah Hani setelah menelepon taksi. Kupikir itu adalah cara teraman dan tercepat untuk sampai ke rumahnya. Ternyata Hani juga tinggal sendiri, dan itu membuatku tidak tega untuk meninggalkannya sendirian di rumah dalam keadaan seperti ini.

Setelah mengompres lebamnya dan meletakkannya di atas meja, aku berkata, "Sekarang ceritakan apa yang telah terjadi,"

Hani menatapku sejenak sebelum ia mulai bercerita, "Setelah keluar dari kelas, Namjoon mengajakku ke atap sekolah. Jimin mengirimi Seokjin pesan, mengatakan bahwa ada yang aneh dengan Taehyung. Karena itu kami pergi ke sana, menghampiri mereka,"

Ia menghela napas. "Kami tiba di sana dan aku melihat Jimin dan Taehyung, berkelahi. Taehyung membawa pisau dan Jimin memegangi lengan kiri miliknya, berlumuran darah. Taehyung melukainya. Tiba-tiba Jimin mendorongnya dan..." Hani tidak melanjutkan ceritanya, matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak tahu apa yang selanjutnya mereka lakukan karena aku sudah berlari keluar. Namun Jimin mengatakan bahwa ia terpaksa melakukan itu karena Taehyung terus berusaha menyerangnya," katanya lagi.

Aku tertegun setelah mendengarnya. Ini benar-benar aneh. Jungkook mengatakan mereka 'bersahabat'. Aku yang tidak mengenal mereka pun bisa melihat betapa dekatnya Jimin dan Taehyung. Pertengkaran mungkin wajar, namun menggunakan pisau? Tidakkah itu berlebihan?

"Semua tampak baik-baik saja," ujar Hani. "Dari pemakaman Hoseok hingga tadi pagi mereka baik-baik saja. Mereka mengobrol, bercanda, bermain seperti biasa, seakan tak ada masalah. Aku benar-benar tidak mengerti,"

Lagi-lagi aku tertegun, sibuk dengan pikiranku sendiri. Tiba-tiba aku ingat Jung Hoseok. Hani mengatakan semuanya juga baik-baik saja sebelum Hoseok bunuh diri. Jika mereka semua memang tidak memiliki masalah, kenapa mereka harus bertindak layaknya memiliki masalah? Yah, mungkin masalah mereka adalah aku, tapi tidakkah seharusnya aku yang mereka akhiri hidupnya?

Kini aku menatap Hani. Raut wajahnya kacau, belum lagi ditambah pipi kirinya yang lebam dan matanya yang sembab. "Aku yakin ada yang merencanakan semua ini,"

*

Hari sudah malam saat aku pulang dari rumah Hani. Gadis itu benar-benar takut, sedih, terkejut, semuanya beradu dalam benaknya. Dan aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan seperti itu. Alhasil, aku menemaninya hingga ia tertidur.

Beberapa langkah lagi menuju gerbang pintu rumahku dan aku sudah dibuat tersentak begitu seorang laki-laki berdiri di sana. Ia masih mengenakan seragam sekolah, dengan robek dan bercak darah di bagian atas lengan kirinya.

Dengan penerangan yang remang, ia menatapku. Wajahnya pucat dan ekspresinya sulit dideskripsikan. Yang pasti, ia juga tampak kacau, bahkan lebih dari Hani.

"Min Yoongi...," katanya lirih.

Aku tidak bergerak. "Apa maumu?" tanyaku dingin.

Ia melangkah perlahan mendekatiku. Kakiku kubuat mundur beberapa langkah, menjauhinya. Aku tidak tahu apa yang bisa ia lakukan padaku.

"Kau melihatnya, kan?" tanyanya lagi. "Kau melihatku mendorong Taehyung,"

Ia berhenti melangkah. Matanya masih menatapku, kini sorotnya berubah sedih.

"Dan kau akan menghajarku agar aku menutup mulut?" tebakku.

Helaan napas terdengar darinya. "Namjoon mungkin akan melakukan itu, tapi tidak denganku,"

Aku mengerutkan dahi, mencoba mencerna apa maksud dari perkataannya. "Dan apa yang akan kau lakukan?" tanyaku.

"Bagaimana kalau kita membuat perjanjian?"

Aku mengangkat alisku. Dan menunggunya menjelaskan apa 'perjanjian' yang ia maksud.

"Aku tahu kau baru saja dari rumah Oh Hani," ujarnya. "Namjoon telah mempercayaiku... dan Taehyung... sebagai mata-matanya. Kini Taehyung sudah tidak ada lagi dan ia hanya akan mempercayai mataku,"

Ia menghela napas. "Aku tidak akan memata-mataimu lagi. Kau bebas melakukan apa saja dengan gadis itu dan aku tidak akan memberitahu Namjoon soal itu. Aku juga akan memastikan bahwa ia tidak akan pernah menghajarmu lagi. Sebagai gantinya, kau juga harus menutup mulutmu soal kematian Taehyung. Anggap saja kita saling memegang rahasia,"

*

"Setelah kemarin seorang siswa Hannyoung High School meninggal setelah melakukan aksi bunuh diri, kini siswa lainnya, bernama Kim Taehyung, yang sedang berada di tahun kedua, ditemukan tewas di halaman sekolah sore tadi pukul 3. Sebuah pisau ditemukan di dekat mayatnya, diduga korban menusuk dirinya sebelum melompat, berhubung ada luka tusuk di bagian perutnya. Para saksi yang melihat mengatakan bahwa korban melompat dari atap sekolah. Sampai saat ini, diduga korban melakukan bunuh diri, namun alasannya masih belum diketahui. Kim Taehyung melakukan aksi bunuh diri di tempat dan cara yang sama dengan Jung Hoseok, korban sebelumnya. 27 November tahun lalu, seorang siswa dari sekolah yang sama, Jeon Jungkook, juga melakukan tindak bunuh diri yang sama-"

Beep! Aku mematikan televisiku. Terlalu banyak hal terjadi dan aku sudah cukup mengetahuinya. Dengan mengingatnya saja membuatku bergidik ngeri. Dua orang meninggal dalam dua hari di tempat yang sama. Itu mengerikan.

Aku tidak tahu apa yang telah Namjoon dan teman-temannya lakukan sehingga bisa mengelabui pihak kepolisian. Berdasarkan cerita Hani, Taehyung melukai Jimin dengan pisau, dan aku juga telah melihat sendiri luka di lengannya. Aku yakin darah di pisau itu milik Jimin. Pasti mereka telah melakukan sesuatu pada mayat Taehyung, memanipulasinya untuk menyelamatkan Jimin dari tuduhan pembunuhan.

Aku tidak bisa membayangkan diriku jika berada di posisi Jimin. Melihat ekspresinya tadi, aku dapat merasakan betapa terpukul dan bersalah dirinya. Bagaimanapun, Taehyung adalah teman baiknya. Ia juga tidak mengerti kenapa Taehyung berusaha menyerangnya. Dan ia benar-benar tidak bermaksud membunuh temannya itu. Ia hanya berusaha melindungi dirinya dari serangan Taehyung.

Setidaknya, aku bisa bernapas sedikit lega untuk saat ini soal Namjoon. Aku harap Jimin serius soal 'saling memegang rahasia' itu. Dan lagi, ia akan memastikan bahwa Namjoon tidak akan menggangguku lagi. Aku rasa aku bisa memegang kata-kata anak itu. Kalaupun ia mengadu pada Namjoon lagi, aku tidak akan segan untuk mengungkapkan kenyataan pada polisi.

***

killedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang