#8

5.1K 1K 336
                                    

Aku menenggerkan sebuah handuk, yang diberikan padaku, di bahu Hani. Ia sontak menoleh dan menatapku. "Yoongi," ucapnya pelan.

"Semua sudah berakhir," kataku padanya, sambil tersenyum.

Seorang pria berseragam polisi menghampiri kami. "Min Yoongi dan Oh Hani, aku butuh kesaksian kalian untuk-" ia tidak melanjutkan kata-katanya, perhatiannya tertuju pada teman-temannya yang baru saja keluar dari gedung sekolah.

"Bukan hanya aku yang melakukannya! Namjoon, Hoseok, Taehyung dan Jimin! Mereka juga ikut membunuh Jeon Jungkook! Bukan hanya aku!" teriak Seokjin. Tangannya terborgol. Tiga orang polisi memeganginya, menariknya dengan paksa.

"Teman-temanmu sudah mati," ujar salah satu dari polisi yang membawanya.

"Tidak! Mereka tidak mati! Mereka juga harus bertanggung jawab atas semua ini!" teriak Seokjin lagi, sebelum akhirnya ketiga polisi itu membuatnya masuk ke dalam mobil.

Polisi di hadapanku tertuju padaku dan Hani lagi. "Apa Kim Seokjin cukup populer di sekolah?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Ini semua ada hubungannya dengan kematian Jeon Jungkook. Kim Seokjin, bersama Kim Namjoon, Jung Hoseok, Park Jimin dan Kim Taehyung, mereka mereka semua ada hubungannya," ujar polisi itu.

Aku mengerutkan dahiku. "Tapi Jimin dan Taehyung adalah sahabat Jungkook," tukasku.

Pria itu kini berpaling sejenak ke arah beberapa temannya yang sedang bersusah payah mengangkat mayat Jimin dan Namjoon. "Kami akan menyelidiki ini lebih lanjut. Kami harus mengumpulkan informasi dari Kim Seokjin, ia pasti tahu banyak. Sementara ini, kami akan menganggap Jung Hoseok murni bunuh diri, Park Jimin membunuh Kim Taehyung, Kim Namjoon membunuh Park Jimin, dan Kim Seokjin membunuh Kim Namjoon. Untuk laporan lebih lanjut, kami masih memerlukan kesaksian kalian,"

***

Hani menghempaskan tubuhnya di sofa setelah melemparku dengan handuk. "Keringkan rambutmu, kau bisa flu nanti," katanya.

Aku menoleh dan mendengus. Awalnya aku berbaring di sofanya, kini merubah posisiku dan duduk. Aku mengindahkan kata-katanya dengan menggosok rambutku dengan handuk yang ia berikan.

Hujan tampaknya terlalu betah untuk mengguyur kota. Buktinya barisan air dari langit itu tak henti-hentinya menyerbu bumi sejak pagi. Kami berdua baru saja dari makam Jungkook. Alhasil, kami tiba di rumah Hani dengan keadaan basah.

"Kau mau kubuatkan sesuatu?" tanya Hani kemudian.

"Aku mau lemon tea hangat dengan dua sendok gula dan taburan cinta," jawabku sambil menyeringai.

Hani membulatkan matanya lalu tertawa kecil. Handuk yang tadinya ia pakai untuk mengeringkan rambutnya kini ia lemparkan ke arahku. "Bodoh," katanya sambil beranjak dari sofa lalu pergi ke dapur.

"Yah! Apa salahnya memberikan kekasihmu ini taburan cinta?" seruku. Itu membuat Hani terkikik geli.

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu. Kim Seokjin akhirnya membekap di penjara, setelah mengaku bahwa ia salah satu pembunuh Jeon Jungkook. Pada akhirnya, lelaki itu menguak segalanya.

Seokjin sangat benci Jungkook, ia merasa tersaingi akan kepopuleran Jungkook. Dan ia mulai merencanakan semua itu. Awalnya ia tidak ingin membunuh Jungkook, ia hanya ingin memberikan anak itu 'pelajaran'.

Jungkook memang populer di sekolah, namun ia tidak memiliki teman. Terbukti dari perkataannya waktu aku pertama kali bertemu dengannya. "Kau... orang pertama yang mau duduk di sampingku,". Dan Seokjin tahu akan hal itu. Tidak hanya memberikan 'pelajaran' fisik, ia juga merencanakan untuk menyakiti perasaan Jungkook.

Seokjin mengenal Jimin dan Taehyung sejak lama. Ia menyuruh mereka untuk mendekati Jungkook, membuat Jungkook seakan memiliki teman. Setelah Jungkook mempercayai mereka sebagai sahabat, mereka mengajak Jungkook ke atap sekolah. Dan di sanalah mereka menghajar Jungkook, bahkan salah satu dari mereka membawa pisau.

Jungkook tidak bisa kabur. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain membela diri, dengan melawan mereka. Ia berusaha menyerang Seokjin, namun Seokjin justru mendorongnya... jatuh dari atap.

Mengingat Jungkook membuatku benar-benar hancur. Aku memang tidak pernah berbicara dengannya saat ia masih hidup, namun aku mengenal saat ia menjadi hantu. Ia periang, selalu bersemangat dan berpikiran positif.

Siapa sangka ternyata ia memendam perih dan dendam di balik senyum gigi kelincinya itu? Siapa sangka ialah penyebab semua ini? Merasuki Hoseok, Taehyung, Jimin dan Namjoon lalu mempertemukan mereka semua dengan ajal.

Teman. Hanya itu yang inginkan. Dan itu membuatku semakin meringis.

Ia tidak muncul lagi hingga saat ini. Aku yakin ia benar-benar pergi kali ini. Aku yakin ia sudah damai di sana.

"Honey, bisa kau hidupkan televisinya? Aku tidak sempat menonton berita sejak pagi," suara Hani terdengar dari dapur.

"Honey? Aku lebih suka kau memanggilku sugar," sahutku.

"Hidupkan saja televisinya, Min Yoongi! Jika aku tahu kau bisa jadi begini berisik, aku tidak akan memacarimu!" seru Hani lagi.

Aku terkekeh sambil mengambil remote televisi di atas meja lalu menyalakan televisinya. Sebuah breaking news muncul.

"Setelah tujuh hari membekap di penjara, Kim Seokjin, siswa Hannyoung High School yang telah merencanakan pembunuhan terhadap Jeon Jungkook, sekaligus membunuh Kim Namjoon, pagi tadi ditemukan tewas di dalam selnya. Sampai saat ini belum ada alasan pasti mengenai kematiannya, namun diduga ia telah melakukan bunuh diri. Saat ini mayatnya tengah dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi,"

Aku tercengang dibuatnya. Kutatap layar televisi itu tanpa berkedip, dengan perasaan terkejut bukan main. Kini mereka menayangkan tubuh Seokjin, yang telah kaku, memasukkannya ke dalam ambulans. Dan aku benar-benar tidak percaya akan apa yang kulihat.

Di samping mayat Seokjin... ada Jungkook... melambaikan tangannya... ke arah kamera.

"Sunbae! Aku ada di tv! Apa kau melihatku? Aku senang kau akhirnya bersama Hani-sunbae. Rencanaku mendekatkan kalian berdua akhirnya berhasil. Hahaha!"

***

killedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang