Hari ini adalah hari kedua bagi Vanya menjalani MOSnya. Jam masih menunjukkan pukul 6 lewat lebih 15 tapi gadis itu sudah sampai disekolah. Sejak tadi Vanya celingak-celinguk mencari seseorang yang telah dia anggap menjadi teman sejak kemarin itu. Ya siapa lagi kalau bukan Dania. Tidak berselang lama, tiba-tiba punggung Vanya ada yang menaboknya dengan keras.
"Hello Vanya. Kita bertemu lagi!" Vanya terlonjak kaget saat ada yang mengucapkan itu dengan keras sambil menepuk bahunya dengan kencang.
"Allahuakbar!" Vanya terpekik kaget. Dia kemudian menatap Dania dengan wajah sebal.
"Lo bikin gue jantungan deh! Kalau gue jantungan gimana?!" tanya Vanya dengan bersedekap dada.
"Matilah" jawab Dania santai. Kelewat santainya Vanyapun ternganga mendengar jawaban gadis itu. Kenal saja belum tapi gayanya sudah kenal lama.
Tanpa banyak omong Vanya meninggalkan Dania yang masih asik berceloteh sendiri. "Eh Vanya tungguin gue!" tapi Dania malah mengikuti Vanya.
Dania berlari mengejar Vanya yang sudah menghilang dari pandagannya. Disisi lain Vanya menggerutu, padahal sejak tadi dia mencari keberadaan Dani eh ternyata gadis itu membuatnya malas.
BRUK!
Badan Vanya entah kenapa sudah duduk manis dilantai dengan sesekali dia meringis kesakitan.
"OUCH!" ringis Vanya dengan memegangi pantatnya.
Vanno yang melihat tidak ada niatan membantu itu membuat Vanya gemas sendiri. "Bantuin napa sih kak?!"
Vanno mau tidak mau akhirnya membantu Vanya berdiri, "Makanya jalan pakek mata!" desis Vanno tajam.
"Goblok nih kakak kelas, mana ada jalan pakek mata?!" gumam Vanya. Ternyata gumaman Vanya itu terdengar hingga ketelinga Vanno.
"Apa lo bilang?!"
"Enggak!"
"Vanno!"
"Vanya!" panggilan dari masing-masing sahabat mereka itu membuat kedua orang tadi menoleh.
"Tuh game mau dimulai! Lo ngapain berduaan disini?" Lano menatap Vanno bingung.
"Yatuhan Vanya gue nyariin lo dari pluto sampai mars eh ternyata lo dibumi!" pekik Dania histeris.
"Dek lo ngimpi mulu nggak cape apa?!" Lano yang sejak kemarin gemas dengan Dania akhirnya dia bisa mengatai gadis manis itu.
"Lo ngomong sama siapa?" tanya Dania cego.
"Sama anak monyet! Ya sama lo lah pinter!" geram Lano.
"Oh ngajak ngomong gue." Dania hanya manggut-manggut. Sedangkan Lano menepuk jidatnya.
*****
Hal yang paling tidak disukai oleh peserta MOS adalah game yang bagi mereka ada penyiksaan yang hanya berembel-embel dengan nama game saja. Bagaimana tidak dinamakan penyiksaan setiap regu atau individu yang kalah harus mau menuruti hukuman yang diberikan oleh sang panitia. Seperti sekarang Vanya yang tengah bersiap menjalankan hukumannya karena dia salah menyebutkan nama hewan yang sudah ditentukan oleh panitia OSIS itu. Kalau menurut Vanya sendiri itu adalah alibi mereka saja. Buktinya seperti tadi.
"Lo yang namanya uler keket sini!" ketus salah satu anak OSIS.
"Gue kak?" tanya balik Vanya dengan menatap sekelilingnya.
"Iyalah! Cepet sini!"
Tatapan orang-orang beralih menatap Vanya dengan pandangan beruntung. Vanya yang merasa ditatap malah merasa risih. Sampainya didepan dia langsung berdiri disamping Cello.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted [SUDAH TERBIT] ✔
Fiksi Remaja[TELAH DINOVELKAN] Mengisahkan seorang most wanted berwajah dingin yang entah darimana dia mempunyai perasaan terhadap adik kelasnya, dan dengan tiba-tiba dia menjadikan gadis itu kekasihnya. "Kalau gue nunjuk lo jadi cewe gue. Berarti mulai sekara...