Chapter 1: Awal Kehancuran

239 14 4
                                    

Tahun 2014...

"Selamat pagi anak-anak, pelajaran kita hari ini tetang partikel nano. Ada yang tau apa itu partikel nano?" Jelas ku saat mengajari anak-anal di Xavier School. (Hay... aku Kitty Pryde)

Xavier School telah kembali seperti semula, paska kejadian 2006 sekolah sempat berhenti beroperasi. Tetapi berkat Storm, sekolah mulai dibangun kembali.

Beberapa tahun lalu, Profesor Xavier telah kembali menjabat sebagai kepala sekolah, setelah insiden aneh yg menimpanya itu. Ia tak kembali sendirian, ia membawa Dr. Moira sebagai konseling ahli gen di Xavier School.

Storm menjabat sebagai wakil kepala sekolah dan mengajari Ilmu Alam. Selain itu ada juga; Jubilee mengajar Elektrostatis, Bobby mengajar Kimia, Pieter mengajar Bahasa, Anna mengajar Psikologi dan Warren mengajar Olahraga. Xavier school semakin aman untuk kediaman para mutan muda. Disini kita seperti keluarga.

"Mutant and Proud" selogan khas Sekolah ini. Menurut Profesor, slogan ini diciptakan oleh seorang koleganya di masa muda dulu.
Pagi ini usai mengajar aku berencana pergi berbelanja bersama Jubilee, seperti biasa Bobby selalu siap menemani kita, walau sedikit dipersulit oleh pacarnya Anna.

Anna memang orangnya posesif dan cemburuan terlebih terhadapku, ia selalu melihatku sebagai rival. Pernah sekali waktu, ketika sedang berlatih di danger room, ia tampak menggunakan kekuatan secara berlebihan mengakibatkan tubuhnya semakin lemah dan untung lah ada aku yang selalu siap membantunya. Bukan mengucapkan terima kasih malah marah-marah tak jelas. Ia memang mutant spesial tatapi sayang ia masih sulit mengontrolnya hingga kini.

"Hay, hari ini aku bersama Peter. Ia ingin ikut bersama kita." Jelas Bobby menghampiriku dan Jubilee.

"Tadi aku ajak Anna. Tapi sepertinya dia sedang banyak tugas." Lanjut Bobby.

"Teman-teman, tadi aku nonton berita soal insiden Wina beberapa tahun silam." Cerita Jubilee.

"Sejak, saat itu katanya ada sekelompok orang yang memciptakan Senjata Pemusna Masal untuk kaum kita" lanjut Jubilee.

"Oh itu, sepertinya hanya hoax saja. Kalian tenang aja, selama kita mempunyai Profesor, kita pasti aman" terang Bobby. Aku dan Peter hanya mengangguk saja.

"Btw, tujuan kita ke mana?" Tanya Bobby.

"Tabitha Mall." Jawabku singkat.

Sejam perjalanan kami nikmati dengan mendengarkan Radio Negara, sedang asik benyanyi ria, signal radio dibajak oleh perusahan yang meperkenalkan diri bernama Trask Industries dan mengatasnamakan UN. Isi siaran itu adalah tentang diluncurnya Program Sentinel, penangkapan semua mutant yang ada di bumi. Seketika aku terkejut dan menyuruh bobby menghentikan mobil. Seketika itu terdengar ledakan, pikiranku meyakini bahwa Xavier School telah diserang.

Bobby segera menghubungi Anna, tapi tak ada jawaban. Tiba-tiba sebuah X-Jet melaju cepat di atasku, dan aku yakin bahwa Profesor dan lainnya telah pergi menyelamatkan diri.

Sebuah robot raksasa bertuliskan Trask menghampiri kita dengan mengarahkan senjatanya. Peter telah bersiap menyeranh sebelum akhirnya dirobohkan oleh Jubilee dengan tembakan plasmanya.

Bobby segera meraih tanganku dan berlari ke arah hutan. Peter berada paling depan sekaligus membuka jalan. Kami bersembunyi dalam ketakutan.

Bobby tau orang yang bisa membantu, mereka adalah X Force.

X-Men: The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang