Chapter 3: Sang Harapan

121 10 1
                                    

Hari berlalu.

Ini ternyata real dan bukan sekedar mimpi buruk. Aku berjalan keluar ke arah koridor.

"Kamu pasti Kitty Pryde." Sapa wanita berambut ungu yang tiba tiba menghampiriku.

"Oh iya, perkenalkan aku Betsy. Aku seorang telepati dan sensor." Jelas Betsy.

"Oh hay, senang berkenalan denganmu Betsy." Jawabku.

"Ingin berkeliling sebentar? Aku berkenan menemanimu."

"Oh tentu," jawabku singkat.

Betsy seorang yang ramah dan keibuan. Ia mengajakku ke hangar pesawat dan menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Aku tak seharusnya bersama Betsy." Gumamku dalam hati.

Betsy... ia seorang telepati, aku harusnya bisa lebih berhati hati. Ia bisa saja membaca apa yang berada di pikiranku.

"Kitty, aku ingin kamu ikut bersamaku ke ruanganku. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan." Ajak Betsy tiba-tiba.

"Tunggu, aku sebaiknya menemui teman-temanku." Jawabku sambil menolak ajakannya.

"Hanya sebentar Kitty." Kata Betsy sedikit kesal.

"Ah, okelah. Hanya sebentar." Jawabku agar masalah selesai.

Kami pun menyusuri koridor, sepanjang koridor tersebut tertera nama nama ruangan pribadi para mutant senior, dan di ujung koridor terdapat pintu dengan keteranga Betsy Bradock. Ini ruangan wanita itu ternyata. Aku terkejut ternyata ruangan tersebut mirip ruangan cerebro milil Professor. Belakangan aku tahu bahwa yang mendesign ruangan ini adalah direktur sendiri Hank McAcoy.

"Kitty... siapa itu Anna? Bobby? Sedari tadi aku mencoba masuk ke dalam pikiranmu. Di sana aku menemukan mereka. Anna? Ia seorang mutant bukan?" Jelas Betsy.

"Jangan coba memasuki pikiran orang tanpa izin Betsy... itu masalah pribadiku." Tegasku.

"Tenangkah Kitty, aku hanya tidak sengaja. Terkadang siapapun yg kutemui di jalan dapat dengan sendirinya masuk ke dalam pikiranku."

"Tolong Betsy, jelaskan apa maksud semua ini?" Nadaku mengeras.

"Memanipulasi tiap molekul bahkan atom dalam tubuhmu membuatmu bisa menembusi benda padat apapun. Kemampuan yang luar biasa." Kata Betsy

"Itulah kemampuan mutant ku. Lalu... apa lagi? Masih adakah. Aoa perlu aku jelaskan secara terperinci kemampuanku ini?" Tanyaku.

"Aku bisa melihat masa depan Kitty.  Bumi telah hancur, koloni mutant tersebar di seluruh dunia. Penderitaan dan duka di mana-mana. Tetapi, kau berdiri di sana Kitty bersama beberapa mutant lainnya." Kata Betsy.

"Maksudmu, kamu juga dapat melihat masa depan? Seperti dr. Jean Grey?" Tanyaku

"Kitty, mungkin kamu akan sulit memahaminya tapi ketahuilah lebih dalam soal kemampuanmu. Kamu tidak hanya dapat menembusi benda padat. Bahkan waktu pun dapat kamu tembus. Ku mohon Kitty. Perdalam kemampuan mutantmu. Optimalkan sebisamu. Itu takdirmu." Pinta Betsy.

"Aku tak mengerti apa maksudmu..." kataku heran.

"Aku telah banyak melihat kematian, di masa lalu maupun masa depan. Bahkan kematianku sendiri." Jelas Betsy.

"Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku

Besty memintaku mengenggam tangannya. Aku seakan terlelap dalam mimpi.

Aku dan Betsy, kami berada di Rusia. Sentinels berada di mana-mana. Aku melihat banyak mayat berjatuhan mutant dan manusia. Aku mengenali mereka. The Brotherhood. Mereka ikut bertempur. Di sisi kananku terlihat sebuah seorang pria tua. Ia memandangiku. Professor, terbaring bersebelahan dengan Magneto. Mereka tewas.

Aku terkejut, dan tersadar. Betsy menjelaskan bahwa itu hanyakah cuplikan masa depan.

"Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku heran.

"Perdalami kekuatanmu, agar kelak dapat merubah segala sesuatu yang telah terjadi. Kamu adakah harapan terakhir para mutant." Jelas Betsy

"Jadi, apa aku boleh pergi?" Tanyaku gusar.

"Temui teman-temanmu dan minta bantuanlah pada mereka."

X-Men: The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang