Aku tak pernah menyangka aku akan kembali ke tempat ini dengan kondisi sekarang. Bukan berarti aku melupakan darimana aku berasal, namun, dulu, aku punya impian kalau aku kembali kesini, dengan posisi aku sudah sukses, memiliki sesuatu yang dibanggakan.
Bukan dengan kondisi patah hati.
"Kita hampir sampai, Nona.."
Selamat datang di Fremantle. Sebuah kota kecil di barat Australia. Kau baru dengan namanya? Wajar kok, tapi kau pernah dengan kota Perth? Nah, dari Perth, kau hanya butuh waktu sekitar 50 menit menggunakan taksi untuk menuju kota ini.
Fremantle adalah tempat dimana aku lahir dan dibesarkan. Dulu, ayah sering mengajakku ke Fishing Boat Harbour Trail, sebuah kawasan sisi laut dimana kami menikmati hidangan laut sambil berbincang. Tak jarang, ayah mengajakku memancing, dan dia memberitahuku istilah memancing seperti strike, backlash dan lainnya. Dan di akhir pekan, ayah mengajakku dan ibu mampir ke Fremantle Arts Centre atau Maritime Museum.
Aku memang gadis yang tumbuh dan besar di kota kecil pinggir laut. Dan sejak kesibukanku bersama 5SOS, aku bahkan lupa kapan terakhir aku melihat laut.
Tapi Fremantle tidak lagi sama tanpa ayah dan ibu.
***
"Ben tornato*, Naya..," satu pelukan hangat menyambutku di pintu masuk Panti Asuhan Amor. Orang yang menyapaku masih sama, Nyonya Silvia Morata, wanita 53 tahun asal Turin, Italia dengan rambut hitam pekat yang selalu ia gelung, pengganti almarhumah ibu yang dipercaya Nyonya Liz Hemmings memimpin tempat ini.
"Aku merindukanmu," balasku. Nyonya Morata menarik koper kecilku yang berwarna magenta itu dan mempersilakanku duduk di sofa depan mejaresepsionis.
"Kau tahu, Naya? Saat aku bilang kau akan kesini, anak-anak sungguh bahagia. Mereka merindukan sosok Naya dengan kelihaiannya memasak dan membantu mereka mengerjakan tugas,"
"Serius?" Nyonya Morata mengangguk pasti. "Kalau begitu aku boleh menempati kamar lamaku?"
"Aku tak yakin masalah itu, tapi akan kupanggil seseorang..," Nyonya Morata berjalan menuju meja resepsionis dan menelepon seseorang. Tak lama berselang, datanglah sesosok gadis remaja berambut dirty blonde panjang melihatku dengan wajah sumringah.
"Nayaaaa!," dia memelukku erat.
"Dina? Astaga kau sudah sebesar ini!," jelas saja, Naya, kau sudah berapa tahun tidak kesini? 5? 7? Hitunglah sejak kau lulus sekolah menengah atas. "Dina kau cantik sekali. Aku masih ingat terakhir aku bertemu denganmu, kau masih suka nangis karena tidak kebagian pasta buatan Nyonya Morata!"
"Uh mengapa itu sih yang kau ingat?," Dina memajukkan bibirnya sebal dan kubalas dengan mengacak-acak rambutnya. Tambahan, Dina sekarang tingginya hampir menyamaiku. "Aku sudah menyiapkan kamar untukmu, ehm, maksudnya untuk kita. Aku menang undian agar sekamar denganmu!"
"Undian? Kalian membuat undian?"
Nyonya Morata tersenyum lebar. "Dina, Kelsey, Aurelie dan Stephanie berebut ingin sekamar denganmu, Naya."
"Astaga..." ah mungkin aku harus lebih sering kesini agar merasa lebih istimewa. Aku sekarang tidak menyesal datang kemari karena mereka masih menyayangiku, karena mereka bisa sedikit melegakanku dari masalah.. Luke.
***
Dan sepanjang siang, banyak anak panti asuhan menagihku berbagai macam cerita bagaimana rasanya bekerja dengan 5 Seconds of Summer, terutama mereka yang seumuran Dina, ya usia 15-17an yang mengagumi sosok 4 cowok tampan itu. Kami duduk membentuk lingkaran di taman belakang, sambil menikmati popcorn dan soda. Awalnya aku tidak mau bercerita apapun, maksudnya, sudah kubilang kan aku disini untuk 'bernafas' dari patah hatiku? Tapi apa daya, ternyata Nyonya Liz sangat senang mengumumkan banyak hal mengenai anaknya dan kesuksesan band nya.
Seandainya Nyonya Liz tahu apa yang anak lelakinya lakukan padaku..
"Apa kau pernah bertemu Niall Horan?," tanya Stephanie yang sejak tadi menempel padaku dan mendengarkan ceritaku dengan seksama.
"Bertemu sih pernah karena kita memang satu manajemen tapi aku tak kenal dengannya, Steph."
"Bagaimana dengan Calum? Dia punya pacar tidak sih?," kali ini si talkative Kelsey yang bertanya.
Tidak, Kels, Calum cinta padaku. "Belum kok!" Sebelum obrolan ini terlalu jauh, aku mengalihkan pembicaraan, ya sudah seharusnya. "Bagaimana sekolah kalian?"
Malamnya, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di kamar, sementara roommate-ku, Dina, masih sibuk di ruang belajar mengerjakan tugas. Kalau aku tidak bilang aku kelelahan karena perjalanan panjang, aku yakin sekarang aku sudah diminta ini-itu oleh mereka. Bukannya aku tidak mau, tapi aku memang butuh istirahat sekarang.
Aku mengecek ponselku, yang sengaja international roaming-nya tidak kuaktifikan, aku sungguh butuh ketenangan. Aku membuka galeri di ponselku dan menghapus satu-persatu fotoku bersama Luke, lagipula untuk apalagi?
Are you sure you want to delete 1543 pictures?
Yes.
Aku berbaring, menatap langit-langit sambil kembali menangis. Jadi, Luke benar-benar jadian denganku karena kasihan ya? Jadi, Luke hanya ingin membuatku senang saja selama 6 bulan ini? Jadi, Luke masih sering berhubungan dengan wanita lain selama bersamaku?
Oh, Naya, hentikan ini. Alihkan pikiranmu.
Ya, alihkan pikiran.
Aku mengeluarkan laptop dari dalam totebag-ku. Ah, walaupun aku sedang patah hati, aku tetap harus profesional terhadap pekerjaan. Konser 5 Seconds of Summer akan dimulai 2 minggu lagi, dan masih banyak hal penting yang harus diurus.
Dengan menggunakan koneksi Wi-Fi panti asuhan, aku mengecek email yang masuk lewat komputer jinjingku. Dan benar saja, berbagai email masuk dari manajemen juga promotor. Dengan berhati-hati aku membukanya satu-satu dan membalasnya perlahan. Tak lupa, memberitahu Mark, atasanku, bahwa aku sedang tidak di London untuk sementara.
Ini gegara artismu, Mark.
Saat sedang asyik membalas email mengenai kebutuhan tur 5SOS, sebuah pesan masuk lewat emailku, dan pengirimnya adalah..
From : calumhood@xxx.com
For : nayarogers@xxx.com
Naya, kau dimana? Kami mengkhawatirkanmu. Ponselmu tak bisa dihubungi, begitupun semua perpesananmu, jadi kurasa siapa tahu kau membuka email.
Sudah kuduga, pria ini akan berusaha keras menghubungiku yang tetiba pergi saat mereka masih tidur subuh tadi. Ya, setelah Luke bilang kalau kita hanya jadi teman, aku lantas mengepak barangku tanpa sepengetahuan dia, dan pergi saat kuyakin 4 pria ini tidur nyenyak.
From : nayarogers@xxx.com
For : calumhood@xxx.com
Aku baik, Cal. Maaf membuat kalian khawatir. Tapi, aku butuh waktu sendiri :-)
Sebenarnya aku agak penasaran bagaimana Luke dan Calum sekarang, tapi sudahlah, aku baiknya memulihkan dulu kondisiku, baru memikirkan yang lain. Bukan begitu sebaiknya?
From : calumhood@xxx.com
For : nayarogers@xxx.com
Okay aku mengerti. Jaga kesehatanmu. Miss you.
Seandainya aku bisa memaksa perasaanku berbuat sesuatu, maka aku akan meminta dia untuk menerima Calum sebagai seseorang yang pantas berada di sisiku, sejak dulu. Tapi apa mau dikata, sampai sekarang, masih Luke yang aku pikirkan, dan belum pindah dari hatiku.
•••
*ben tornato : welcome back.
Maaf ya masih garing chapter ini. Pelan-pelan aja biar a6. 😏😏
Nulis ini sambil denger 5SOS - San Fransisco dan Mayday Parade - Three Cheers for Five Years.
Kurang galau apa tante.
See ya next chapts!
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM FOR CALUM ✖️ CALUM HOOD
FanfictionApa jadinya ketika yang kau cintai dan yang mencintaimu adalah dua orang yang berbeda? [sekuel Badass Lucas]