The Break Up

1.1K 161 49
                                    

Waktu menunjukkan pukul 1 malam. Aku dan Luke masih berada di balkon kamar kami. Luke menyandarkan tubuhnya di pagar balkon, sementara aku duduk di kursi kayu tepat di depannya. Aku tak berani menatap Luke, ia pun sejak tadi lebih suka menunduk lihat lantai, atau membalikkan tubuhnya melihat pepohonan di taman.

Aku kira Luke akan menghajar Calum setelah melihat aku dan Calum sedang, uh, make out di sofa. Tapi dia hanya sedikit kaget, lalu menarik tanganku kesini. Entah apa yang dilakukan Calum dibawah, mungkin mati-matian menjelaskan apa yang terjadi pada Michael dan Ashton.

"Luke..," akupun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Luke menoleh ke arahku, tangannya masih ia lipat di depan dada. "Aku bisa menjelaskan--"

"Aku tidak marah, Naya, hanya.. Kecewa dan tidak percaya."

"Kalau kau mau tau, aku tidak akan melakukan itu semua kalau aku tidak melihat fotomu dan Arzaylea di Twitter."

Luke tersenyum, wait what? Dia tersenyum? "Naya, boleh aku jujur padamu?" aku mengangguk cepat. "Perasaanku padamu tidak pernah berubah, sejak dulu."

"Maksudmu?"

Luke berjongkok di depanku, dia menyentuh daguku, memaksaku untuk melihat matanya. "Aku menyayangimu, Naya, hanya saja.. Aku tak bisa menyayangimu lebih dari sekedar sahabat."

"Jadi selama 6 bulan ini? Kau menganggapku apa, Luke?" dengan cepat aku menepis tangan Luke dan mengalihkan pandanganku darinya, darahku mengalir cepat, semua amarah ingin rasanya keluar, tapi aku berusaha tahan, sampai aku mendapat jawaban.

"Aku berusaha menyayangimu lebih dari itu selama kita bersama. Kau tidak salah apa-apa, kau baik, bahkan sempurna untuk seorang perempuan. Tapi maaf, Naya, aku gagal memperlakukanmu dengan baik, aku gagal menjaga perasaanku hanya untukmu, aku tak bisa menumbuhkan cintaku lebih untukmu.."

Plak!

Satu tamparan spontan kulayangkan ke pipi Luke dan dia tidak membalas. "Seharusnya kau jangan pernah menerima cintaku, Luke, kalau ujungnya hanya berpura-pura. Kau bajingan, Luke!"

"Aku memang bajingan, Naya. Aku tak cocok untukmu."

Aku masih menangis terisak, dan Luke masih berjongkok di depanku, menatapku. Sumpah aku mencintai pria ini, tapi apa daya jika dia tidak mempunyai perasaan yang sama? Dan selama ini aku dibohongi? "Aku menyanyangimu, Luke, Bodoh memang.."

Jari-jari Luke telah sampai di wajahku, dia menghapus perlahan air mata yang jatuh di pipiku. "Aku juga, Naya. Tapi menjadi sepasang kekasih, nampaknya bukan jalan yang pas untuk kita. Aku akan selalu menyayangimu, dan kau, akan selalu menjadi sahabat terbaikku. Kau satu-satunya yang mengerti aku."

"Kau punya pacar baru kan?"

"Arzaylea maksudmu?" Aku mengangguk. "Bukan, Naya. Dia hanya.. Kau tau aku lah. For fun."

"And I'm for fun, too, right, Luke?"

"Nooo. Aku ingin kita kembali bersahabat karena, aku tak mau menyakitimu karena aku masih bajingan, Naya, please, jangan jadi tidak percaya diri. Kau terbaik, aku yang kurang ajar." Luke menggenggam kedua tanganku. "Come on, Naya.." Dia mengajakku berdiri, dan aku menurut. "Listen to me, aku bukan yang terbaik untukmu."

"But I only want you.."

"Please, Naya. Kau sangat pantas mendapat yang baik, sama sepertimu. Not me. Aku tak akan berubah, aku ya aku. Brengsek, main perempuan.. Dan kau tak layak mendapat sakit hati dariku. Let me go.."

"I'll try.."

Luke lantas memeluk tubuhku dan mengusap rambutku perlahan. "Promise me, we will always be best friends. Forever." Aku tak sanggup mengatakan apapun, hanya menikmati pelukan ini, yang mungkin tak mungkin kudapatkan lagi.

ROOM FOR CALUM ✖️ CALUM HOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang