Pagi itu, Yuki tak menemukan Stefan di tempat biasa mereka bertemu. Tapi angin pagi membawa kesejukan yang membuatnya tak lantas pergi meninggalkan taman kota. Ia duduk di atas kursi taman biasa ia bertemu dengan Stefan.
Yuki membolak-balik novel yang baru saja ia keluarkan dari tas mungilnya. Novel itu sudah berkali-kali ia baca. Covernya pun sudah robek. Disana sini lembarnya sudah usang. Entah apa yang membuat Yuki terus membaca novel itu. Saat ia mulai jenuh pada beberapa lembar pertama, ia mendongakkan kepalanya. Matanya menyapu suasana pagi taman kota. Menghirup udara sejuk di pagi hari. Siapapun pasti akan nyaman dengan suasana seperti ini. Dunia serasa kosong. Hanya milik Yuki sendiri.Q
Tak lama, mata Yuki memicing lama. Menyudutkan pandangannya ke arah kanan.
Disana. Di dekat pohon besar.
Ia mendapati sosok Stefan bersama dengan seorang wanita. Tapi ia tak lantas berdiri, matanya masih fokus pada apa yang ia tatap. Ia mendorong sedikit kacamatanya yang melorot. Memasukkan novel ke dalam tasnya, dan mulai beranjak pelan-pelan. Ia berjalan dengan mata yang masih saja memandang Stefan. Antara penasaran, ragu-ragu dan takut salah orang. Stefan dan wanita itu berdiri kemudian berlalu. Di depan Yuki.
Stefan bahkan tak sadar, ada Yuki di depannya. Stefan dan wanita itu bercanda tanpa memperdulikan Yuki. Wanita itu bahkan lebih tinggi daripada Yuki, ia tampak lebih dewasa. Terlihat dari pakaian yang ia kenakan. Mukanya sangat dewasa dan anggun. Saat tertawa, wanita itu hanya menutup mulutnya. Rapi dan cantik! Mata Yuki membulat.
Untuk memanggil nama Stefan seperti yang ia lakukan beberapa hari ini saja, ia tak mampu. Mulutnya membungkam cukup lama. Seperti ada badai yang kencang menerpanya, namun ia masih di tempat. Pohon-pohon besar tumbang, kursi-kursi taman beterbangan, badai sangat kencang! Tapi Yuki masih mematung disana. Airmata mengalir lembut melewati pipinya. Yuki segera menghapusnya. Ia berlari sekuat tenaganya.
Saat sadar, ia sudah beberapa meter di belakang Stefan, ia menghentikan lajunya. Mencoba berhenti tanpa emosi. Yuki langsung menyambar bahu Stefan yang sedang berhenti disana bersama wanita itu. Respons pertama sentuhan Yuki di bahu Stefan datar. Stefan memutar kepalanya pelan-pelan. Mata Stefan membulat. Mulutnya membungkam. Wanita itu juga ikut memutar kepalanya dan mendapati Yuki. Wanita itu tak merespons apa-apa. Airmata Yuki mengalir deras. Ia membalikan badannya dan berjalan cepat.
"Yuki tunggu!" seru Stefan.
Wanita itu tak menghentikan langkah Stefan sedikitpun. Langkah Yuki semakin cepat. Stefan berlari mengejarnya. Mencoba menghapus airmatanya, namun airmata itu turun semakin tak terkendali. Sesekali Yuki sesenggukan. Stefan meraih bahu Yuki. Yuki terhenyak. Langkahnya terhenti.
Stefan memutar bahu Yuki. Kedua tangan Stefan berada di atas bahu Yuki. Airmata masih mengalir di pipi Yuki. Stefan menghapusnya pelan.
"Untuk apa menangis?" suara Stefan lembut.
Pertanyaan Stefan tak mendapat balasan. Tangan Stefan masih berada di atas bahu Yuki. Yuki menghapus airmatanya pelan-pelan. Ia masih sesenggukan.
"Siapa wanita itu?" Yuki tak menatap mata Stefan. Ia menunduk.
"Wanita siapa?"
"Wanita yang kau ajak!"
"Ia hanya temanku" jawab Stefan santai.
Ia melepas tangannya dari bahu Yuki. Menepuk-nepuk bagian samping celananya. Mata Yuki masih memerah. Masih ada bekas airmata di pipinya yang semu.
"Hanya teman?"
"Dia hanya temanku. Teman satu kampus, ia selalu ingin diajak kesini. Sudah berkali-kali aku menjanjikan untuk mengajaknya kesini. Tapi aku selalu sibuk dengan novelku, aku juga terlalu sibuk memikirkanmu, sehingga aku bingung menemukan hari kosong untuk mengajaknya kesini." jelas Stefan panjang lebar.
Yuki terpekik. Seakan semua indera dalam dirinya tak berfungsi. Semua berhenti melakukan tugasnya. Jantung yang memompa darahnya pun ikut berhenti.
"Ka..kau bilang kau memikirkanku?" nada Yuki penasaran.
"Iya. Memikirkanmu!" senyum yang tak dipaksakan itu terpasang apik di wajah tampan Stefan. Belum pernah Yuki melihatnya tersenyum seperti ini.
"Kau jangan berpikir serius tentang aku dan wanita itu! Ia hanya temanku" nada bicara Stefan menekan. Mata Stefan menatap dalam-dalam mata Yuki.
"Kau yakin?"
"Aku sangat yakin! Hanya kau yang aku pikirkan jelang tidur di malam hari, kau juga yang selalu mengusik pikiranku di tiap harinya. Bahkan ingin mandi pun, kau yang selalu ada di dalam pikiranku!" ucap Stefan santai.
Seperti tak memiliki beban di pundaknya. Yuki semakin tak berdaya. Jantungnya berdegup sangat cepat. Ia ingin menghentikan ketidakwarasan ini. Ia anggap Stefan hanya bercanda dengan kata-katanya. Ia ingin segera keluar dari sini.
"Aku mencintaimu Yuki..." Stefan masih menatap mata Yuki.
Yuki mendongak dan menatap mata Stefan. Tatapan ini, mengingatkan Yuki pada tatapan mata beberapa hari yang lalu. Tapi ini rasanya beda.
"Aku juga sangat mencintaimu Stefan..."
Stefan memeluk Yuki erat. Seperti sedikit berjingkat, Yuki juga memeluk Stefan. Wanita yang Stefan tinggalkan di tengah jalan taman kota itu tersenyum simpul melihat Stefan dan Yuki. Seperti ingin mendekat di antara mereka, namun ia mengurungkan langkahnya. Ia masih mematung disana. Menatap Stefan dan Yuki yang masih larut dalam pelukan di pagi yang dingin ini.
.
.
.
END.Hello guys, nih part end yaa. Terimakasih yang sudah membaca, dan terimakasih banyak bagi yang sudah men-vote dan comment.
Salam🌹.
![](https://img.wattpad.com/cover/78532804-288-k314823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Fiksi - END
Фанфик'Romansa fiksi memang indah, tapi apa benar seindah kenyataan?' - Stefan William