Part 1 : Dia?

34.9K 888 48
                                    

Happy reading ^.^

*****

'Jika balas dendam adalah satu-satunya cara lihatlah disekitarmu. Orang-orang yang sama membalas dendam, apakah mereka berakhir bahagia? Jawabannya tidak, atau mungkin belum tentu? Kamu tunggulah jawabannya!'

Author POV

"Tuan...tuan ap-ap-apa yang harus saya la-la-kukan?" Lelaki tua bersurai putih itu menunggu perintah dari atasannya.

Lelaki didepannya menarik dagu laki-laki tua tadi agar menghadap ke arahnya, "Ternyata kamu memang bodoh! Hanya masalah kecil seperti ini saja kamu tidak bisa mengatasinya. Dasar payah."

"Maafkan saya tuan!" Lelaki tua itu bersujud di kaki sang atasan mengharap pengampunan. "Tolong maafkan saya tuan. Jangan bunuh saya. Keluarga saya masih membutuhkan saya."

Laki-laki muda yang menjadi tuan itu jongkok dan menarik dagu lelaki tua itu sembari berbisik, "Baiklah kalau kamu tidak ingin melakukannya apa kamu saja yang harus aku bunuh." ucapnya dengan seringaian lebar.

"Tapi tuan, saya tidak bisa membunuhnya. Saya tidak mau membunuh orang tuan. Saya tidak bisa." jawab lelaki tua dengan pasrah dan menangis tersedu-sedu memohon ampun.

"Kamu nggak mau? Terus apa gunanya kamu disini bodoh?"

Bukkkkk

Satu pukulan telak terdengar. "Kalau kamu nggak bisa nyelesain masalah ini terus kenapa bekerja denganku? Kamu tahuu ini hanya menghabiskan waktuku saja. Sial."

"Tapi tuan, bukankah saya sudah memukulnya berkali-kali. Bahkan dia seperti sudah mati. Dia sudah tak berdaya bahkan untuk berdiri saja. Sungguh tuan saya tidak sanggup melakukannya. Saya mohon."

"Apa kamu pikir orang yang mencuri uang jutaan dollarku pantas untuk diampuni? Bukannya kamu di sini juga karena uang. Terus sekarang kamu berlagak uangku tidak berharga?"

"...."

"Kenapa tidak bisa menjawab?"

"...."

"Kamu pura-pura bisu? Atau ternyata memang bisu."

Bukkk

Bukkkkk

Bukkkkkk

"Kalau kamu masih pura-pura bisu aku akan membuatmu tidak bisa bicara selamanya."

Bukkk...

Bukkkk....

Muncratan darah segar ada dimana-mana. Bau anyir khas darah merebak kesegala arah. Seluruh ruangan itu bau anyir darah yang memuakkan dan menjijikan.

"Apa ini cukup?"

"....."

"Masih belum cukup?"

"Ampun tuan ampun tuan ampun."Lelaki tua itu sudah lemas tak berdaya. Wajahnya sudah penuh darah dan luka robekan ada dimana-mana.

Bukkkk...

Bukkkkkkkk...

"Apa ini sakit sialan?"

"Adrian cukup!" Seseorang menarik Adrian menjauh.

"Kamu--"

"Apa yang kamu lakukan, Adrian? Kamu sudah terlalu banyak memukulnya. Stop please!" sergah seorang laki-laki yang baru datang itu sembari menarik tangan Adrian yang sudah menggantung di udara hendak memukul lagi.

"Terus apa yang harus aku lakukan ke orang sialan ini hah?"bentak Adrian.

"Sekarang aku rasa kamu lebih baik pergi. Biar aku saja yang membereskan masalah ini."

My Prosecutor CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang