Part 16 : Adrian atau Dion?

4.6K 178 14
                                    

"Salsa, tinggallah di sisiku." Ucap Adrian terdengar tulus.

Salsa terhenyak beberapa sesaat setelah mendengar apa yang diucapkan Adrian. 'Apa Adrian nggak salah bicara, apa dia sakit, apa itu om-om udah nggak waras?' Berbagai macam pertanyaan silih berganti berputar dikepala Salsa.

'Dasar Adrian memang udah nggak waras lagi. Dengan mudahnya dia ngomong itu dihadapan gue. Apa semua hal dijadikan bahan candaan untuknya? Apa semua yang menyangkut gue pantas dijadikan bahan pembicaraan?.'

"Maksud lo?" Tanya Salsa singkat karena tidak sabar mendengar alasan yang akan diutarakan Adrian nanti. Wajahnya terlihat pucat sekali. Pandangannya tidak lepas dari mata Adrian. Telinga dan pendengarannya dia pasang dengan baik seolah tidak ingin melewatkan bahkan satu kata pun.

"Aku menyukaimu, Salsa. Tidak hanya itu aku mencintaimu, menyayangimu, dan ingin melindungimu. " Hanya satu kalimat itu yang dapat Adrian jawab tapi efeknya benar-benar luar biasa.

Tubuh Salsa menjadi kaku seperti patung, selama beberapa detik dia menahan napas akibat dari rasa terkejutnya. Siapa yang tidak akan kaget apabila dalam posisi yang Salsa rasakan sekarang.

'Menyukaiku, mencintaiku, menyanyangiku, dan ingin melindungiku. Kebohongan apa lagi yang akan Adrian ucapkan?'

Perlahan-lahan Adrian merenggangkan pelukannya dari tubuh Salsa. Laki-laki itu tahu betul akibat yang akan timbul dari pengakuannya tadi.

"Aku tahu kau pasti terkejut. Tapi hanya itu yang ada diotakku sekarang. Aku berusaha memungkirinya tetapi sebanyak apapun aku mencoba aku tetap tidak bisa menghilangkannya dari pikiranku. Otak dan akal sehat yang aku punya seakan memberontak dengan hatiku. Apa aku melakukan kesalahan?"

'YA' jawab Salsa dalam hati.

Salsa tidak bergeming dari posisinya. Masih dengan berdiri dan hanya bisa mematung dengan pandangan mata ke arah bawah. Salsa merasa tidak bisa menjawab pernyataan Adrian. Itu terlalu sulit dan rumit baginya. Dan dia rasa semua ini tidak benar dan seharusnya tidak terjadi. Pertemuan Salsa dan Adrian sudah salah sejak awal. Dan persoalannya semakin rumit karena pengakuan cintanya kepada Salsa.

"Apa sekarang lo becanda?" Tanya Salsa dengan serius. Matanya tidak lepas dari kilatan mata Adrian.

"Apa sekarang kau berpikir bahwa ini ada candaan?" Adrian bertanya dengan sarkastik. Kenapa Salsa selalu menganggap apa yang dilakukan Adrian itu hanya candaan belaka. Mengapa tidak pernah sekalipun Salsa melihat ketulusan dari Adrian.

'Apa itu semua yang aku lakukan terlalu semu untuk kamu lihat dan rasakan?'

'Apakah mencintaimu adalah kesalahan besar yang pernah aku lakukan? Tidak berhakkah aku untuk mencintaimu? Walaupun hanya aku yang merasakannya pun tak apa. Tetapi izinkan aku tetap mencintaimu selama dan sebisa yang aku mau. Selagi hati ini masih menginginkan dan mendambakannya. Tidak apa jika konsekuensinya hanya aku yang merasakannya tidak dengan dirimu, Salsa.'

"Jangan becanda sama gue bahkan dalam keadaan kayak gini. Jangan temuin gue lagi, jangan telepon gue, jangan hubungin gue lagi, nggak usah cari gue. Gue harap ini adalah terakhir kalinya gue lihat muka busuk lo itu." Salsa berucap dengan nada tinggi. Dia tahu kalau itu terlalu kasar dan tidak berperasaan. Salsa tahu jika yang diucapkannya tadi dapat membuat Adrian kecewa. Tetapi cuma itu yang dapat Salsa lakukan sekarang. Yang ada dikepalanya adalah sosok Adrian yang kejam, pemaksa, dan tidak berperikemanusiaan.

Salsa melihat Adrian hanya dari satu sisi. Bagaimana bisa Salsa menghiraukan sisi yang lain. Tidak bisakah Salsa melihat dan merasakan sisi lain Adrian yang tulus dan hangat.

My Prosecutor CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang