Accident

257 20 8
                                    

Ada 3 hal yang membuat hari Minggu Jinri terasa tak menyenangkan,

1. Kerja kelompok,
2. Kerja kelompok di rumah Jongin,
3. Kerja kelompok dirumah Jongin dan bertemu dengan setan kecil.

Sejak beberapa menit yang lalu, ponsel Jinri terus menerus berbunyi menandakan adanya telpon masuk. Kalau itu bukan dari Jongin mungkin tidak akan ada 10 missed call yang tertera di layarnya. Gadis itu tahu betul kalau alasan Jongin menelponnya berulang kali untuk menanyakan dimana keberadaannya sekarang karena dari setengah jam yang lalu seharusnya dia sudah ada di rumah cowok itu.

Di lain pihak, Minho yang merasa terganggu dengan bunyi yang berasal dari ponsel adiknya pun langsung meraih benda persegi panjang berwarna putih itu dan menyentuh tombol answer. Merasa responnya terlambat untuk memberitahukan kakak laki-lakinya itu, Jinri hanya bisa pasrah sesaat setelah suara 'halo' keluar dari mulut Minho.

"Jinri? Iya ada. Gue Minho, kakaknya. Apa? Ohh dia ada kerja kelompok. Tapi kayaknya dia masih belum mandi tuh. Suruh cepet ya. Oke-oke dibilangin. Yoo sama-sama." Minho memutus sambungan telponnya dan mengembalikan ponsel Jinri kepada pemiliknya.

"Lo ada kerja kelompok tapi masih sibuk nonton drama sambil makan keripik? Duh, mana masih pake piyama lagi," Komentar Minho saat dilihatnya adik semata wayangnya itu tengah duduk di sofa sambil menghadap tv juga memeluk toples berisi keripik di tangan kirinya.

Tapi tatapan Jinri itu sepenuhnya ke arah Minho dengan raut penasaran dia bertanya, "Tadi Jongin bilang apa?"

"Kata dia lo harus secepatnya dateng kerumahnya. Paling lambat sampai jam 11 siang ini. Lebih satu detik aja nilai tata boga lo di pastikan dapet E," Jawab Minho seraya melirik angka yang tertera dilayar jam tangan digitalnya.

"Dan waktunya tinggal 15 menit lagi," Lanjut cowok itu yang saat itu juga membuat Jinri panik. Gimana mungkin dia bisa siap-siap sebelum pergi ke rumah Jongin hanya dalam kurun waktu kurang dari 15 menit. Perjalanan dari rumahnya sampai rumah cowok itu juga sekitar 15 menit-an.

Jinri yang bengong karena masih syok akhirnya tersadar saat suara Minho lagi-lagi tertangkap oleh indra pendengarannya. "Tinggal 13 menit lagi."

Ish. Demi nilai yang lebih layak untuk diperlihatkan ke mami tanpa menunggu waktu lama lagi Jinri langsung berlari ke kamarnya dan merampas jansport merah mudanya dari atas meja belajar kemudian berlari kembali menuju ruang tv. Syukur lah kakak laki-lakinya itu masih ada disana dan sedang menonton tv.

"Minho, naik motor lo bisa kan 10 menit sampe ke rumah Jongin?" Tanya Jinri sambil mengontrol kembali napasnya yang tersengal-sengal.

"Yaudah ayo!" Minho mematikan televisi dengan remote control lalu bangkit dari duduknya. Dia berjalan mendahului Jinri untuk mengambil motornya di garasi.

Jinri mengikuti langkah kakaknya sambil tersenyum. Dalam hati dia bersyukur memiliki Minho yang sangat sayang kepadanya.

Karena sering telat ke kampus akhirnya Minho pun sudah terlatih untuk mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi seperti saat ini. Hanya saja dia sedikit was-was sekarang karena Jinri yang berada di boncengannya. Tapi sepertinya gadis itu tidak peduli sama sekali atas kekhawatiran Minho dan keselamatan dirinya sendiri karena sepanjang perjalanan Jinri hanya mengomel dan meminta Minho untuk memacu gas lebih kencang lagi.

Ketika sudah sampai di depan rumah Jongin, gadis yang rambutnya sudah gak keruan itu pun berlari masuk melewati garasi sambil memeluk tas dan mengetuk pintu depannya. Minho yang ditinggalnya sendirian dan tanpa pamit-pamit terlebih dahulu, memilih untuk menunggui Jinri sampai dia masuk ke dalam rumah.

Karena merasa ketukannya berkali-kali di depan pintu rumah Jongin tidak mendapat respon apapun, dari pada telat, Jinri pun nekat mendorong pintu jati itu dan nyelonong masuk ke dalam. Gak peduli deh dengan etika bertamu. Justru saat seperti ini Jinri harus lebih peduli dengan nilai tata boganya yang sedang terancam.

CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang