1

5.7K 283 40
                                    

[I]

Aku mendapatkan
apa yang kuinginkan.


Jove bersiul dan menjentikkan jari. Itu kode buatku. "Branch baru kita... bikin orang takut buat masuk" semua meletakkan ponsel mereka dan melihatku dengan bingung "Kelihatan mahal" terangku.

"Iya sih Oom, kalau target kita mahasiswa, seharusnya nggak bikin orang minder buat masuk" Eros mengimbuhkan.

Jove termenung sebentar lalu berkata "Lusa gue kesana deh buat inspeksi! Ada yang bisa ikut? Iris?"

"Sorry, lusa aku jadi moderator semnas Oom"

Victor mengangkat tangan dan mengajukan diri "Sama aku aja Oom, sekalian pulang ke rumah"

"Bagus" desah Jove lalu mengalihkan pandangan pada Eros dan yang lain "Gue tahu kalian masih muda, tapi nggak harus bernafsu kayak gini kan?"

Mereka tak bergeming. Masih terpana melihat ke arah dining hall. Disana ada puluhan perempuan dewasa sedang makan malam bersama sambil berbincang diiringi tawa. Mereka semua mengenakan gaun dan riasan tebal. Jari-jari, pergelangan tangan, dan leher dihiasi perhiasan berkilauan.

"Ibu-ibu arisan" bisik Jove padaku, yang masih sadar pada realita "Istri pejabat dan pengusaha yang signifikan" imbuhnya, membuatku manggut-manggut.

Beberapa dari mereka terlihat berpamitan pada temannya dan berjalan keluar dining hall. Jove membenahi laptop dan melihat Remi yang masih bermimpi indah "Dasar cabul!" membuat kami terbahak dan mengerubuti Remi.

"Yang mana?" aku menarik kursi, berjejalan dengan yang lain. Eros menunjuk ke arah beberapa perempuan yang keluar dari dining hall. Aku langsung tahu. Seorang di antara mereka sangat menonjol. Tubuhnya semampai dan langsing, membuat teman-temannya -yang semuanya memiliki pinggul dan paha besar- semakin tak sedap dipandang.

Kutaksir usia perempuan itu sekitar 30 tahun tapi penampilan biasanya menipu.

"Winona ngasih kode buat kita!" seru Remi pada kami. Aku mengobservasi perempuan itu, dia mengerling ke arah kami dan berjalan pergi memasuki bar, sendirian tanpa temannya. Sendirian!

Kami bergegas mengikuti langkahnya, memasuki bar dengan penuh harap. Semoga aku yang dipilih, semoga aku yang dipilih. Eros dan yang lain terus menggumamkan hal yang sama. Aku tersenyum saja, duduk bersama mereka dalam diam. Aku tidak tahu selera tante cantik berkaki panjang itu. Yang bisa kulakukan hanyalah berusaha sebisaku.

Melepaskan ikat rambut. Melepas kacamata. Memakai lip tint. Membuka dua kancing kemeja. Menatapnya tanpa ragu-ragu.

"Nyamuk! Kenapa kamu ikut?"

"Siapa tahu dia lebih suka taco daripada pickle!" aku protes, seenaknya melarangku ikut dalam perburuan mereka.

"Adek! Kamu tidur aja sana kayak Oom Jove !" Eros dan sikap meremehkan miliknya "Ini bukan main-main!"

"Iya! Winona Ryder itu doyan sama cowok kali!" yang lain mengikuti. Mereka suka melabeli sasaran dengan nama selebriti yang mempunyai fitur fisik mirip. Perempuan itu memang mirip dengan Winona, apalagi alis dan matanya. Membuatku menjadi tak mau kalah.

"Kita lihat saja nanti" aku bertahan dengan keinginanku. Kapan lagi bisa bercinta dengan mahluk cantik seperti perempuan yang sedang menyeruput wine di bar counter itu? Dia terlihat berpengalaman, bermain dengannya pasti menyenangkan.

Aku menuliskan sebuah pesan di atas secarik tissue lalu meminta seorang waiter untuk menyerahkannya pada perempuan itu. Perempuan itu membacanya lalu membisikkan sesuatu pada waiter yang berdiri dengan canggung di dekatnya.

Let's Not Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang