Please Be My Wing 6

1.2K 109 5
                                    

Naruto tau ia tengah terkejut saat ini. Tapi yakinlah Sasuke lebih terkejut dibanding dirinya. "Sai! Bagaimana bisa? Kau sudah mati." Sai mengamati gelagat Naruto yang super kebingungan. "Bodohnya. Tentu saja sejak awal aku belum mati." Jawab Sai enteng.

"Keterlaluan. Ternyata kau penghianat." Naruto menggeram. Ternyata sejak awal Sai bukanlah teman tetapi lawan. Sasuke pasti sangat kecewa jika mendengar ini. Dan sejak kapan ia perduli terhadap perasaan ketuanya itu?

"Kalian para mata - mata sudah kami peringatkan. Namun kalian hanya menganggap angin lalu peringatan kami." Tukas Sai sembari mengelus pipi Ino yang tak sadarkan diri terikat di sebuah bangku. Rahang Naruto mengeras mendengar ucapan Sai. Di otak Naruto sekarang hanyalah menghancurkan senyum palsu yang terus Sai pasang.

Di ambilnya pistol dari saku kemudian mengarahkannya pada Sai namun dengan cepat di tahan oleh Itachi. "Jangan gegabah. Temanmu ada di sana." Itachi memperingati. Sejak awal Itachi sudah mebaruh curiga pada rekan sang adik yang satu ini. Namun kecurigaan yang ia miliki sangat tidak beralasan dan sulit di buktikan sehingga membuat dia enggan untuk membahasnya dengaj Sasuke. Namun sekarang kecurigaannya sudah terbukti. Sama halnya dengan Naruto. Ingin sekali ia menghancurkan wajah pria di depannya ini.

Berani sekali ia membuat adiknya khawatir, marah, dan kecewa hanya karena mahluk ini. Hanya dia, Uchiha Itachi yang boleh membuat Sasuke cemas dan sebagainya.

"Kalian datang ke mari tidak untuk berbincang dengan ku kan?" Tukas Sai sembari memegang sebuah remot kecil di tangannya. "Kalian ingin menyelamatkan gadis ini, bukan?" Rahang Naruto bergemeretuk. Apa yang akan Sai lakukan dengan benda di tangannya itu.

"Sayang sekali hari ini adalah kali terakhir kalian melihatnya." Sai menekan tombol itu dan pintu kecil terbuka dari bawa bangku yang diduduki Ino.

Byurrr

Ino terjatuh dan masuk ke bawah sana. Suatu tempat penuh air. Dengan senyum yang masih terlukis di wajahnya Sai meninggalkan mereka melalui pintu rahasia lainnya. "INO." Pekik Naruto yang spontan tanpa berfikir panjang nelompat kedalam lubang untuk menyelamatkan temannya.

**

Gelap, dingin. Itu yang saat ini Yamanaka Ino rasakkan.  Seketika ia merasa bahagia saat melihat pria yang ia cintai muncul di hadapannya namun seketika rasa bahagia itu sirna berganti dengan rasa takut.

Sai sanggup melukai dirinya. Mengeluarkan kata - kata yang menyayat hatinya. Saat ini ia hanya ingin terpejam, terus terpejam untuk selamanya. Rasanya terlalu sakit.

-Ino bangunlah.-

-Ino ku mohon sadar lah. Buka mata mu. Jangan tinggalkan aku.-

Suara familiar itu memanggilnya. Terus memanggilnya. Nada suara yang terdengar sedih, terguncang memaksa dirinya untuk membuka mata.

Perlahan namun pasti mata Ino terbuka. Wajah pertama yang ia lihat adalah wajah Sasuke yang sangat terpukul. "S..sa-suke." Panggilnya lirih. Nyaris tak terdengar.

"Yokatta. Bertahanlah. Aku akan segera memanggil dokter." Sasuke bergegas meninggalkan ruang istirahat Ino dan tidak lama kemudian ia kembali diikuti oleh seorang dokter. Sang dokter dengan cekatan memeriksa kondisi tubuh Ino kemudian bernafas lega.

"Dia hanya perlu istirahat." Tukasnya pada Sasuke dan membuat Sasuke sedikit bisa bernafas lega. "Kami sempat khawatir padamu." Sang dokter tersenyum lega. "Detak jantung mu sempat tidak terdengar. Untung saja pria pirang itu cekatan dan melakukan pertolongan pertama." Jelasnya.

"Pria pirang? NARUTO? Di mana dia?" Sontak Ino kendudukan dirinya.

"Tenanglah. Naruto sedang beristirahat di kamar asrama." saut Sasuke. Ino menghela nafas lega. Ia sempat melihat Naruto menyelam untuk menyelamatkan dirinya. "Sebenarnya apa yang terjadi?"

Please, Be My WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang