Karin bergerak sendiri menuju markas mafia. Sebelum hendak menyusup memasuki markas Karin sempat menelfon Tsunade untuk segera menuju titik koordinat dimana Naruto berada. Karin berpesan jangan biarkan siapa pun menyusulnya untuk saat ini. Tsunade dengan terpaksa mengiyakan pesan Karin. Tsunade tidak bisa mengirim agen mereka untuk menyusul mengingat jika Sai adalah bagian dari mafia itu dan pasti sudah menyebar luaskan informase tentang identitas anggota Spy. Jika Tsunade bersikeras untuk mengirim bantuan pada karin dipastikan dirinya akan banyak kehilangan anggota.
Karin berdiri diatap sebuah gedung reot. Sangat tidak terawat namun inilah salah satu ciri khas markas para mafia. Karin mencari lubang udara untuk di masuki dan menyelinap. Ia akan menggunakan senjata ciptaan Naruto untuk menyerang mereka satu persatu. Selain kedap suara senjata itu juga tidak terasa saat menyentuh kulit. Tidak hanya itu. Karin juga mengambil senjata ciptaan Sai. Mengingat pluru yang dimiliki Naruto tidak terlalu banyak.
Karin mengumpat saat sesuatu bergetar dari saku kirinya. "Ada apa nona Tsunade." Ringisnya sembari menghentikan penelusuran dilorong lubang udara. /Kau yakin mengirim titik koordinat Naruto dengan benar?/ Karin menyerengit. "Tentu saja aku mengirimnya dengan benar." Jawab Karin Yakin.
/Naruto tidak ada disini./
"Apa? Kau yakin?"Karin terlonjak tidak percaya. Ia yakin jika Naruto pingsan di sana. "Tunggu. Apa Nona Tsunade melihat jasad Sai disana?" Tanya Karin memastikan.
/Tidak./
"Sial. Apa mungkin?" Karin menggigit kuku jempolnya.
/Lanjutkan misimu. Biar kami yang mengurus Naruto. Yakinlah Naruto akan baik – baik saja./
"Baiklah." Karin mengangguk paham.
**
Diatap gedung tidak jauh dari lokasi transaksi. Dua orang pria itu masih berniat untuk menghancurkan satu sama lain. "Hebat juga kau." Sai memandang takjub pada Naruto yang masih berdiri tegak setelah menghirup racun mematikannya.
"Asap rokok seperti itu tidak akan membunuh ku." Naruto berdecih. "Kau pikir mainan kejut listrik itu dapat membunuh ku?" Sai menaikan sebelah alisnya. "Tentu saja tidak." Naruto tersenyum. "Kau pikir aku akan serius membunuh mu? Masih banyak infor masi yang ingin kudapat dari mulut mu itu." Perkataan Naruto membuat rahang Sai mengeras. Tidak mungkin bocah ingusan itu lebih tangguh darinya.
"Kau memang manipulatif. Tapi aku ini jauh lebih hebat darimu." Ujarnya percaya diri. "Omong kosong." Sai berlari dan enyerbu hendak memukul Naruto Naruto berhasil menghindari pukulannya. Sai hendak memukulnya lagi lagi dan lagi namun tetap saja Naruto bisa menghindarinya.
"Sial." Sai mencoba untuk menendang pelipis kiri Naruto namun dengan cepat Naruto menghentikan tendangan Sai dengan kedua tangannya. Kemudian menangkap kaki itu lalu memutarnya hingga Sai tersungkur menghantam lantai. "Cih. Bagaimana bisa." Umpatnya.
Naruto melepaskan ikat pinggangnya kemudian mengikat kaki dan tangan Sai dengan sekali ikatan. "Bibi membawa semua barangku. Cih." Naruto menepuk – nepuk pinggang serta punggungnya untuk memastikan jika ada satu barang saja yang tidak Karin bawa. Ya memang tersisa satu barang tapi....
"Yang benar saja? Ia hanya menyisakan ini?" Melihat pisau kecil ditangannya. "Tapi tak apa setidaknya bisa untuk membunuh." Naruto menghela nafas.
"Nah mantan sayap. Aku ingin menanyakan satu hal pada mu. Bagaimana cara kau bisa menyusup keSPY." Naruto berjongkok didepan Sai yang terngkurap di lantai dengan tangan dan kaki yang terikat. "Untuk apa aku memberi tahukannya pada mu?." Sai menatap Naruto dengan tatapan sebal. "Aaa begitu ya. Untuk apa memberi tahu ku?" Naruto mengiri tangan Sai hingga darah segar keluar dari tangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Be My Wings
FanficSasuke adalah seorang wanita yg harus menyamar menjadi pria demi menjalankan misi nya. sang sayap kanan Sai harus tewas dan di gantikan oleh pria pirang bermata biru! "Naruto. ku mohon, Jadilah hiks.. Sayapku."