Chapter 3

11 3 0
                                    

#3Closer To You

Setelah berendam air hangat, aku menemui papa di ruang kerjanya.

"Pa. ." panggilku.

"Hmm?"jawab papa masih berkutat dengan laptopnya. Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa warna merah elegan itu.

"Pa,Karel itu umur berapa?"tanyaku to the point. Aku malas kalau harus basa-basi dulu, Itu hanya akan menyia-nyiakan waktu.

"Dua puluh,kenapa?"balas papa,kali ini memandangku.

"Hah? Dua puluh? Muda sekali? Umur segitu,kan harus nya masih kuliah! Atau jangan-jangan,dia gak kuliah?"tanyaku. Papa malah terkekeh sambil membenarkan letak kacamatanya itu.

"Manda,manda,.. Karel itu kuliah,hanya saja sejak SMP hingga SMA ia masuk kelas dua tahun atau akselerasi, jadi ya umur dua puluh tahun,dia sudah selesai kuliah S1 nya, sekarang dia bekerja sama papa sambil proses menunggu informasi untuk kuliah S2 nya"jelas papa.

Mulutku membentuk huruf "O" setelah mendengar penjelasan papa. Berarti,Karel itu laki-laki pintar? Wah,perfect sekali. Sudah tampan,pintar,mapan pula.

"Mmm,dia punya pacar gak,pa?"tanyaku. Sebenarnya,aku sudah tau kalau PASTINYA karel sudah punya pacar. Laki-laki seperti dia,siapa sih yang nggak mau?

"Papa gak tau soal itu,mendingan kamu tanya sendiri ya sama dia. Besok,dia akan mengantarmu ke sekolah,sudah sana tidur!"jawab papa. Tidur? Baru saja aku bangun malah sekarang di suruh tidur.

@@@@@

Papa menyalamiku dan berangkat kerja. Kerjaan papa sebanyak apa,sih hingga papa harus berangkat jam lima pagi dan pulang jam 7 malam?

Terkadang,papa lembur dan tidak pulang sehingga aku ketakutan di rumah.

"Nanti Karel akan ke sini,kamu tunggu ya!"seru papa.

Lima menit kemudian,mobil Grand Livina putih sudah terparkir manis di depan rumah. Aku tau, itu pasti Karel. Ku-ambil tas ranselku dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Karel menginjak gasnya dan melaju cepat.

Di perjalanan ke sekolah,tidak ada yang berbicara antara aku dan Karel.

Karel, Karel, sebegitu dingin-kah kamu? Sebenernya, mulutku sudah ingin bergerak menanyakan, apakah Karel mempunyai pacar, tapi susah sekali. Hingga akhirnya aku sampai di sekolah.

"Mmm, Karel"panggilku pelan.

"Hmm?"tanyanya.

"Makasih"ucapku dan langsung turun dari mobil.

*Karel Pov*

Lucu sekali tingkah anak itu,mungkin aku akan terus tertawa akibat tingkahnya yang konyol. Baru saja aku ingin melajukan mobil,tiba-tiba terdengar teriakan.

"Karel!! Handphone-ku ketinggalan!!"teriak Manda. Ketinggalan? Aku melihat kursi sebelah kiri-ku,tidak ada handphone. Aku melambaikan tangan-tanda tak ada. Manda berlari ke dalam mobilku.

"Handphone-ku ketinggalan di rumah!"ujarnya. Ya,ampun! Anak ini pelupa sekali. Aku berdecak kesal.

"Jadi,tolong ya ambilkan handphone-ku di kamar"pintanya sambil tersenyum. Jika dia bukan anak dari atasanku,aku akan mengikatnya di atas rumah.

"Ya sudah,tunggu!"aku langsung melajukan mobilku ke rumahnya.

@@@@@

"Dimana sih,handphone-nya?"gumamku. Sudah sepuluh menit aku mencari-cari di kasur,di meja,bahkan di kolong kasur,tapi hasilnya nihil. Hingga lima menit kemudian,kuputuskan untuk balik ke sekolah Manda.

"Gimana,kak?"tanyanya di samping mobilku. Kak? Tumben dia manggil aku kak.

"Gak ada"jawabku.

"Yah.. Gimana,dong kak!"ujarnya sambil memanyunkan bibir dan memutar-mutar kakinya.

"Ya,sudah,aku berangkat!"seruku sambil melajukan mobil. Tak peduli dengan teriakan-teriakan Manda di sana.

*Manda Pov*

Aku terkekeh melihat kepergian Karel. Sebenernya,aku hanya berpura-pura,lho! Handphone-ku ada di kantong. Hahaha,aduh jahat sekali diriku ini.

Aku langsung berlari menuju Vita, Andien,dan Gishel yang juga tertawa karena acting-ku.

"Haha,gila kamu!"ujar Vita.

Aku mungkin akan memikirkan bagaimana ekspresi Karel yang panik tadi,yang kesal,dan yang jutek. Lalu,apa yang akan di lakukannya setelah itu? Memikirkanku-kah? Haha,hanya berkhayal.

"Lagian,kamu kok bisa kenal sama dia,gimana?"tanya Andien. Mereka memang belum tau tentang Karel. Seandainya saja,Karel itu masih SMA dan dia bersekolah disini,pasti dia akan menjadi idola bagi anak-anak seantero sekolah ini. Wajahnya yang tampan,tubuhnya yang atletis dan tinggi,juga otaknya yang cerdas.

Apalagi,dia mapan! Langsung deh di kerubutin sama cewek-cewek.

"Dia itu asisten papa"jawabku sambil membayangkan wajah Karel yang kesal saat di suruh untuk mencari handphone-ku. Lucu sekali ^O^

*****

Hii guyss..!! Kalian jangan jadi silent readers yaa.. bagi dong comment+vote nya. Dan jangan lupa kalian beri masukan yaa!!

Be Closer To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang