8. Pergi Meninggalkan sejuta kenangan
Tumor Otak, itulah diagnosis terakhir penyakit abang. Rasa menyesal dan gemas memenuhiku. Kalau saja lebih awal dilakukan CT Scan, mungkin akan cepat ketahuan apa yang menyiksa abang. Tapi memang kita tidak boleh ada kata “kalau aja” karena semua yang terjadi sudah digariskan Tuhan. Tapi bukankah kita juga yang semestinya melakukan segala usaha sebelum garis takdir terjadi. Ada perasaan ingin menyalahkan keluarga yang tidak cepat tanggap dengan keadaan abang, dan tetap berkutat pada hal-hal yang tidak masuk akal, tapi apa gunanya, tetap tidak akan membawa abang kembali. Dan memang kenyataannya abang sakit medis. Ada “massa” di kepalanya. Abang butuh dokter bukan yang lainnya! Tapi ya, mungkin ini yang harus dilalui abang untuk menghadap penciptnya. Kita tidak bisa menolak, kita tidak boleh protes, dan tidak boleh menyalahkan siapa-siapa. Meski tetap ada juga rasa ‘kecolongan’ kenapa kita tidak pernah tahu abang menyimpan penyakit di tubuhnya. Bisa jadi kebiasaan abang yang suka membentur-benturkan kepalanya ke tembok adalah cara dia untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya yang sering menyiksanya, dan kita tidak ada yang menyadari itu. Rasa sesal semakin menyesakkan, abang menyimpan rasa sakitnya sendiri.
Dan mungkin di saat penyakit itu semakin parah, tanpa ada orang yang mengetahui, abang sudah bisa merasakan, bahwa waktunya di dunia ini sudah tidak lama lagi. Terlihat dari posting-posting terakhir abang di situs blog-nya yang hanya membicarakan hubungannya dengan Tuhan, dan menyinggung bahwa waktunya sudah dekat. Abang semakin mendekatkan diri pada yang kuasa. Di saat waktunya semakin dekat, abang menyempatkan diri untuk berpamitan pada orang-orang terdekatnya di kantor melalui mimpi. Ada 6 orang yang ia pamitkan 1 minggu sebelum dia pergi, termasuk aku. Mereka adalah Kang Riki, Kang Yusf (editor), San-San (grafis), Andri, dan Indra. Dan aku tahu apa semua yang abang pamitkan pada mereka, Di antaranya :
- Kang Yusuf dititipi pesan: “Cup, titip password, nya.”
- Indra bermimpi ditelepon abang :
Indra: "Rei, maneh di mana yeuh?"
Rei: "Urang ayeuna geus di Makassar, euy"
Indra: "Naha di ditu?"
Rei:"Heu-ueh, urang geus enak di dieu, geus tenang."
Indra: "Oh, nya sukur atuh"
Rei: "Heueh. Hampura urang, nya, mun aya salah."
Indra: "heueuh, sami-sami."
- Kang Riki : Rei datang ke rumah dan tanpa berucap sepatah katapun langsung memeluk kang Riki dengan berurai air mata.
Dan mimpiku? Seperti yang sudah keceritakan di atas sebelum menerima kabar dari Makassar abang sudah pergi
Kepergian abang meninggalkan kenangan indah bagi banyak orang. Banyak yang merasa kehilangan dengan kepergian abang. Terlebih kawan-kawannya. Banyak yang menyayangi dan mencintai abang di luar sana. Dari blog-blog kawan-kawannya yang aku temukan, banyak yang menceritakan bagaimana sosok abang di mata mereka. Dan hampir semua bernada sama. Abang yang mereka kenal adalah sosok yang istimewa dengan pribadi yang luar biasa. Abang adalah seseorang yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi, solidaritas dengan kawan yang kuat dan memiliki prinsip hidup dan idealsime yang kuat. Tak banyak orang yang seperti abang, yang mereka lihat sebagai sosok muda yang sudah memberikan banyak hal untuk orang lain. Bukan materi tapi moral dan semangat yang kuat.
Mungkin masih banyak keinginan abang yang belum tercapai selama hidupnya, termasuk keinginannya untuk melanjutkan S2-nya di jurusan yang sama, tapi ada satu yang pasti yang sudah dicapai olehnya, yakni berada di langit luas yang begitu ia cintai, dalam dekapan cinta Tuhan yang sangat menyayanginya. Tubuhnya terbaring dengan tenang di tanah kelahirannya. Dan kita tahu itulah yang terbaik untuk abang. Abang tak perlu merasakan sakit lebih lama, dan kita tahu orang yang mati muda adalah orang terbaik dan orang-orang pilihan. We have to let him go, and We will.
Hari Jum’at, 31 Oktober 2008 adalah hari yang tidak akan pernah kulupakan. Hari di mana kita kehilangan sahabat istimewa dan aku kehilangan abang tercintaku, abang tersayangku, untuk kembali pada sang Khalik, mendapatkan kehidupan yang tenang dan damai tanpa ada masalah dan rasa sakit yang hanya dapat dirasa di dunia ini.
Bye love. Save Journey. Rest in Peace.
Bandung, 14 November 2008 22.30
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Minggu dalam Kedipan Mata - A Diary
Romance“Mendampinginya saat senang dan sedih, saat sehat dan sakit, hingga kematian memisahkan kalian’ Mungkin bagus juga ‘Marriage Vow’ di atas. Tapi lupakan kalimat terakhirnya yang ‘hingga kematian memisahkan mereka’, karena plan itu masih sangatlah jau...