5

2.5K 185 30
                                    

Sendirian menatap langit malam, kebiasan seorang gadis berparas manis berambut pendek kelewat pendek yang menjadi model rambutnya baru-baru ini. Menatap awan-awan yang menyembunyikan cahaya bintang malam yang seharusnya begitu indah menghiasi langit malam. Gadis itu menghela nafas kesal karna tak bisa melihat bintang yang selalu menjadi favoritnya.

Kekesalannya tak membuat ia beranjak dari balkon kamarnya tersebut. Dia tetap berada dibalkon tersebut, namun hanya melamun yang ia lakukan saat ini. Kinal. Ya, ia adalah Kinal.

"Bagaimana bisa kau datang saat aku mulai bisa terbiasa dengan ketidakberadaanmu!?" racaunya dengan suara yang sangat lirih. Matanya menatap nanar pada satu titik.

'Bagaimana bisa kau menyiksaku dengan skenariomu yang begitu rapih ya tuhan?' batinnya.

"Kak, belum tidur?" tanya seseorang dibelakangnya, lebih tepatnya didalam kamarnya.

"Menurut lo?" tanya Kinal kesal dengan pertanyaan tak berfaedah yang dilontarkan Nino.

"Hahaha!" memang dasarnya adik yang kurang ajar, kakaknya kesal dia malah ketawa.

"Kak, kuncinya gua pegang bentar. Mau keluar dulu."

"Mau kemana lu?"

"Ke kamar kak Beby bentar, barang gua ada yang disana kak kebawa kayaknya."

"Oh,,yaudah sana hus hus hus!"

"Sialan!" Nino hanya pergi setelah berdebat dengan sang kakak menuju kamar Beby. Memang benar ia ke kamar Beby, tapi bukan mengambil barang alasan yang sebenarnya. Tetapi..

Tok tok tok

Cklek
(Anggap aja suara pintu, gausah protes:v)

"Eh, kamu No. Ada apa?" tanya gadis manis yang baru saja membuka pintu tersebut.

"Kak Shania, kak Ve mana?" tanya Nino to the point.

"Oh, di kamar dia lagi baca novel."

"Bisa tolong panggilin bentar?"

***

Sekarang, disinilah gadis berparas bidadari itu berada. Didalam hotel yang disewa Kinal. Bukan didalam kamar hotel yang disewa Beby. Bagaimana bisa ia berada disini?

Flashback on

"Bisa tolong panggilin bentar?" tanya Nino.

"Bisa kok, tunggu bentar ya. Masuk aja dulu." Nino hanya mengangguk namun langkah kakinya memasuki ruang tamu hotel tersebut.

"No? Kamu nyariin aku? Ada apa?" tanya Ve saat sudah duduk didekat Nino.

"Kakak mau ngomong sama kak Kinal gak?"

"Eh?"

"Iya ngomong sama kak Kinal. Mumpung kak Kinal lagi ngelamun kayak kambing conge ngelamun di balkon."

Veranda not responding

"Jadi, kak Ve mau gak?"

"Iya, aku mau!" jawab Veranda dengan lugas.

***

Disinilah Veranda saat ini. Menatap punggung seseorang yang ia cintai. Sungguh ia merindukan punggung itu. Kebodohannya dimasa lalu membuatnya kehilangan kebahagiaan yang seharusnya dapat ia miliki. Ego dan logikanya beradu saat ini. Namun kali ini, ego lah yang menang. Dengan sengaja ia menubrukkan tubuhnya pada punggung Kinal dan memeluknya dengan sangat erat. Menghirup aroma yang sangat ia rindukan dalam-dalam. Keduanya pun terjebak dalam keheningan.

Surrender Or Fight?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang