11

2.1K 182 38
                                    

Sebelumnya

“Kak Veranda ya?” Tanya Angel.

“Iya, kamu tau nama aku?” jawab Veranda.

“Iya, kak Kinal bawel kalo udah cerita tentang kakak.”  Ujar Angel polos.

“Iya?” Veranda tak percaya.

“Iya, dia curhat mulu. Oh iya nama aku Angel kak.”

“Wah cantik ya namanya. Orangnya juga kayak malaikat, baik banget.”

“Ah kakak bidadari bisa aja.”

“Bidadari?”

“iya soalnya kakak cantik banget sih.”

Tanpa keduanya sadari sepasang mata menatap keduanya dengan tatapan yang sangat lembut.

-***-

Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang, mereka akhirnya tiba dirumah keluarga Kinal. Sebagian besar dari mereka tidur selama perjalanan. Lebih tepatnya, hanya Beby, Kinal, dan Nino yang tidak tidur. Tidak, mereka sudah tak membicarakan hal-hal serius seperti sebelumnya. Tetapi mereka telah menyebar. Beby melihat Shania yang tertidur sambil memeluk Anin yang juga sedang tertidur. Nino yang menatap Gracia yang terlihat tidur saat tertidur. Dan Kinal? Ia duduk tepat disamping Veranda namun pandangannya lurus kedepan. Veranda yang tidur sambil memeluk Angel merupakan pemandangan yang sangat indah menurutnya. Namun, walaupun Veranda tengah tertidur ia hanya berani meliriknya sedikit demi sedikit. Tak berani menatapnya secara langsung.

Beby dan Nino membangunkan yang lainnya dengan sangat lembut dan hati-hati. Seolah olah mereka paham, Kinal ingin berada di dekat Veranda sedikit lebih lama. Logika nya berkata tidak, namun hatinya berkata iya.
Minibus sudah sepi, yang lainnya telah keluar dan menuju kedalam rumah keluarga Kinal. Didalam minibus hanya tersisa Kinal, Veranda, dan Angel. Selama beberapa menit mereka berada di posisi yang sama seperti itu. Hingga akhirnya Angel terbangun dan membuat Veranda ikut terbangun.

“Kak Kinal, udah sampe belum?” Tanya Angel.

“Udah, baru aja sampe, yang lain udah didalem tuh.” Jawab Kinal. Angel yang terlalu senang langsung berlari kedalam rumah bak istana tersebut. Meninggalkan Kinal dan Veranda dibelakang.

Dan keduanya saat ini hanya terdiam.
“barang-barangmu, biar aku bawa.” Ucap Kinal.

“gausah Nal ini berat.” Tolak Ve.

“Aku maksa.” Ujar Kinal. Veranda hanya pasrah ketika barang-barangnya ditarik paksa oleh Kinal.

“Ayo!” Veranda sangat terkejut ketika Kinal menggenggam tangannya dan menariknya keluar minibus. Namun Veranda tetap membalas genggaman tangan Kinal dan mengikutinya.

Dihari sebelumnya Kinal masih sulit menerima keberadaan Veranda didekatnya. Namun, dalam keadaan berbahaya seperti ini Kinal ingin memastikan keselamatan Veranda dengan tangannya sendiri. Ia tak mau Veranda terluka sedikitpun. Sehingga ia ingin Veranda selalu berada didekatnya untuk saat ini.

Kinal membawanya ke dalam kamar berwarna serba biru muda.

“Kamu istirahat disini nanti.” Ujar Kinal.

“Kamu?” Tanya Veranda.

“Nanti aku tidur di sofa itu.” Jawab Kinal sembari menunjuk sebuah sofa yang juga berada didalam ruangan itu. Kinal langsung berjalan keluar kamal menuju depan rumah. Berbicara pada salah satu penjaga keamanan rumah itu.

“Keamanan maksimum.” Singkat padat dan jelas. Perintah yang Kinal ucapkan terhadap staff-staff rumahnya. Dan hanya di respon dengan anggukkan juga oleh staffnya tersebut. Baru akan melangkah kembali kedalam rumah, Kinal mengundurkan langkahnya dan kembali berkata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surrender Or Fight?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang