9

1.1K 125 4
                                    

halooo updateee

maaf hari minggu kemarin author ilang karna author nginep dirumah sodara. nemenin kakak sepupu yang lagi hamil muda tapi ditinggal dinas sama suaminya. ckckckck. laptop gak kebawa jadib gabisa lanjutin naskah yang udah di bikin. baru pulang kerumah siang ini jadi baru bisa update sekarang. maaf sekali lagi atas keterlambatan update nyaaa.

selamat menikmati~





Sunyi

Sepi

Sebuah ruangan berisi lebih dari 5 orang. Namun, tak ada yang bersuara. Semuanya merasakan kesedihan, kekesalan, dan penyesalan yang sama.

"Sori ya, mulut gua emang suka gabisa dikontrol. Gara-gara gua jadinya begini." Ucap salah satu dari mereka mulai mengeluarkan suara.

"Bukan salah lu kok Je, tenang aja." Respon Beby pada orang yang menyesal tersebut yang dikenal dengan nama Jeje.

Kembali hening. Semuanya kembali terdiam. Hanya kali ini yang berbeda salah satu dari mereka mulai mengeluarkan air mata. Satu-satu nya laki-laki diantara mereka, mulai menangis. Menangis karna kesal, marah, sedih semuanya menjadi satu. Perasaannya berantakan.

Diantara semuanya yang paling merasakan kesedihan pastinya satu orang. Wajahnya tampang menampilkan wajah datarnya. Namun sesungguhnya ia menjerit dalam hati. Menjerit karna lagi-lagi ia kehilangan orang yang ia cintai. Siapa lagi kalau bukan Jessica Veranda.

Suasana menjadi sangat tenang, tapi bukan tenang yang menyenangkan. Hanya terdapat suara tangisan Nino. Ia sudah tak sanggup lagi menahan rindu pada sang kakak.

"Cukup, sekarang gausah ada yang disesali lagi. Waktu liburan masih panjang!" Celetuk Beby. Namun celetukkannya itu justru dibalas dengan cubitan dari Shania di pinggangnya "Aduhh sakit Nju!!" ucapnya.

"Sekarang bukan saatnya bercanda tolong brengsek! Lagi pula gua udah gak mood keliling Belanda lagi sekarang." Umpat Nino pada Beby. Gracia memeluk tubuh Nino untuk member ketenangan pada kekasihnya itu.

"kata siapa kita liburan di Belanda? Besok kita berangkat untuk liburan di Jepang." Ujar Beby membuat semuanya terkejut tanpa terkecuali.

"kamu makan dulu sayang." Ujar Gracia membujuk Nino. Nino tak mau makan dari semalam. Dan pagi ini ia juga tak mau sarapan. Gracia bingung. Kasian Gracia. Tapi usaha Gracia belum membuahkan hasil, Nino masih menolak untuk makan. Kantung mata Nino pun terlihat sangat tebal. Kelihatannya ia tidak tidur semalaman.

"makan sayang, kamu gak sayang aku?" bujuk Gracia lagi.

"gaada hubungannya makan sama sayang kamu." Jawab Nino.

Tapi Gracia tak kehilangan akal. Ia mengecup pipi Nino berkali-kali hingga akhirnya senyum muncul di bibir Nino. Nino kalah, kalah oleh kekasihnya itu. Dan akhirnya Nino mau makan untuk pagi ini.

Biasanya ketika beberapa orang yang saling mengenal berada di satu tempat, mereka akan membuat kegaduhan dengan cara apapun. Namun kali ini jangankan kegaduhan, suara aktivitas manusia pun tak terdengar. Semuanya hanya melamun didalam limosin yang mereka sewa dari hotel tersebut untuk menuju bandara.

Disaat semuanya melamunkan tentang bagaimana reaksi Kinal melihat kedatangan mereka semua, tapi Nino melamunkan hal yang berbeda. Ia tengah berpikir, harus ia apakan kakaknya itu? Didorong ke dasar jurang? Tenggelemin ke laut pake aspal di kakinya? Atau dikelitikin sampe mampus? Dia masih bingung harus memilih hukuman apa untuk kakaknya itu.

Disaat semuanya tengah sunyi sesunyi-sunyinya. Tiba-tiba salah satu dari mereka memecah keheningan.

"Guys, kayaknya aku gausah ikut deh." Ujar Veranda.

Surrender Or Fight?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang