Dingin ... namun terasa lembut.
Laylaa menempelkan bibirnya tepat di atas permukaan bibir lelaki asing yang menawan itu. Ada sesuatu yang terasa aneh di jantungnya ketika sentuhan itu terjadi, membuat Laylaa tersentak dan langsung menarik dirinya untuk kembali duduk tegak di atas perut sang lelaki.
"Apa itu tadi?" Laylaa meraba jantungnya sambil menatap wajah kaku itu bingung. "Apa kau merasakannya juga?" Ketika dilihatnya tubuh itu bahkan tak menggerakkan kelopak matanya, Laylaa sebenarnya sedikit kecewa."Jadi, ini bukan kisah pangeran tidur? Kau sama sekali tidak berniat bangun?"
Hanya keheningan yang menjawab pertanyaan itu.
"Apa aku kurang cantik untuk membuat seorang pangeran bangun dari tidur panjangnya?" Laylaa tiba-tiba merasa tersinggung atas pikirannya sendiri.
Beberapa saat kemudian, laylaa duduk lebih tegak. Gadis itu menatap sekeliling seolah baru sadar akan sesuatu.
"Tunggu dulu, siapa yang mengatakan jika kau adalah pangeran tidur?" Laylaa mengernyit, kemudian menepuk jidatnya. "Astaga, apa yang barusan aku lakukakan?" pekiknya ketika sadar atas apa yang baru saja dia lakukan. "Aku mencium mayat? Demi Tuhan, mayat, Laylaa!"
Laylaa mendadak panik. Gadis itu tiba-tiba saja sadar jika apa yang dilakukannya barusan sangat menjijikkan. Tapi—Laylaa menyapukan pandangannya pada lelaki itu—pada bagian mana menjijikkannya jika yang dicium adalah lelaki jenis ini? Ia bahkan terlihat lebih tampan dibandingkan manusia hidup sekalipun.
Otak Laylaa sepertinya mendadak tidak harmonis antara bagian kanan dan kiri, juga bagian depan dan belakang. Sekali dirinya akan berpikir apa yang barusan dia lakukan adalah salah, di waktu bersamaan, Laylaa akan berpikir jika itu adalah sesuatu yang normal.
"Oke, tenang, tenang! Mencium mayat bukan berarti dunia akan kiamat." Laylaa menghembuskan napasnya perlahan. "Kenyataan jika lelaki ini adalah salah satu jenis mumi langka, tampan, beraroma harum, bersih, dan juga ... tunggu," Laylaa menunduk. "Hei Tuan, kau bersih, bukan?"
Panik membuat semuanya menjadi kacau sepertinya adalah teori yang benar.
Jari telunjuk Laylaa bergerak ke arah bibir lelaki itu, hendak membukanya untuk memastikan jika lelaki itu memang bersih. Setidaknya, tidak ada gigi kuning dan gusi yang membusuk di balik bibir yang barusan dirinya cium tadi.
Katakan Laylaa terlambat memastikan, yang seharusnya dirinya lakukan sebelum bertindak. Hanya saja siapa yang akan sadar memangnya jika dihadapkan dengan sosok yang penampilannya nyaris sempurna seperti ini?
Laylaa mendekatkan wajahnya untuk dapat melihat lebih jelas. "Kau bersih," ujarnya tak percaya dan juga lega. "Tidak ada gigi yang berkarang, tidak ada gusi yang busuk, tidak ada lidah yang bau, dan tidak—'" Laylaa mengerjap, sebelum kemudian kerutan pada dahinya mulai tampak ketika mendapati sesuatu yang sangat menarik, nyaris mengerikan. "Astaga!" Laylaa sungguh tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. "Apakah ini asli?!"
Jemarinya kembali terulur, menyentuh taring lelaki itu dengan hati-hati. Taring itu terlalu panjang untuk ukuran normal, tampak berkilat dan kuat seolah dapat menyobek tulang. Laylaa terdiam beberapa saat, mencoba mengingat sesuatu. Hingga beberapa detik kemudian sebuah kenyataan membuat Laylaa terkesiap dan gadis itu nyaris jatuh karena melompat dari dalam peti mati seketika itu juga.
Tanpa disangka, gerakan tiba-tiba Laylaa malah membuat jari telunjuknya tergores oleh taring panjang nan tajam itu. Darah dari luka sayatan seketika mengalir dan meninggalkan jejak merah pada bibir lelaki itu ketika Laylaa menarik tangannya.
"Sial!" Laylaa buru-buru keluar dari dalam peti. Ditatapnya ujung jemarinya yang terluka masih mengeluarkan darah. Tidak banyak, tapi cukup sakit karena tersobek taring yang runcing dan tajam. "Aku harus keluar dari sini." Layla memungut ranselnya dan bergegas keluar dari sana karena perasaannya mendadak tidak enak.
Sembari melangkah, Laylaa teringat akan sosok gadis kecil yang menuntunnya ke tempat ini. Mengapa gadis itu melakukan ini? Mengapa dia membawa Laylaa untuk masuk ke ruangan ini dan bertemu dengan sosok di dalam peti mati itu?
Laylaa menggelengkan kepalanya. Itu dapat dipikirkan lain kali. Yang harus dia lakukan saat ini adalah keluar dari dalam kastel segera. Laylaa belum yakin makhluk apa yang terbaring di dalam peti mati itu, namun ada sesuatu di dalam dirinya yang mendesak dan memerintahkan Laylaa untuk segera menjauh dari tempat ini. Karena sepertinya bahaya kali akan sulit ditanggung.
"Apakah ini yang mereka maksud?" Laylaa teringat sesuatu yang dikatakan tetua suku ketika mereka akan masuk ke dalam Hoia Baciu.
Kini Laylaa tahu apa yang dimaksud penduduk desa dengan 'sesuatu yang akan membuatmu ketakutan'. Bukan harta karun emas dan perhiasan yang akan mereka temukan, bukan juga peninggalan kuno yang dapat dilelang dengan harga yang mahal. Ini lebih dari penemuan harta termahal sekalipun. Lelaki yang tertidur itu, lelaki yang entah hidup dan mati pada abad berapa di masa lampau.
Apakah ini suatu keberuntungan karena dirinya yang pertama sekali menemukan lelaki ini? Atau ... Layla berbalik ke arah ruangan yang sudah tertinggal di belakanganya, apakah ini akan menjadi suatu yang tak terduga untuknya?
* * *
Beberapa pasang mata kini tengah mengawasi apa yang sedang Laylaa lakukan. Gadis itu tampak berlari ketika menuju lorong bawah tanah dan menaiki anak tangga dengan tergesa. Namun saat Laylaa menarik pintu di puncak tangga, gadis itu tampak kebingungan ketika mendapati pintu itu telah terkunci.
"Kenapa terkunci?!" Dalam kesempatan lain, Laylaa bisa saja menunjukkan ketenangan yang tidak terduga. Namun dalam situasi khusus kali ini, ada sesuatu yang memicu rasa cemas Laylaa hingga dia menjadi panik.
Telinga beberapa sosok yang bersembunyi di balik bayangan itu sangat sensitif, jadi mereka dapat mendengar apa yang Laylaa katakan dengan jelas. Terdengar gadis itu sedang menggerutu, sebelum kemudian dia teringat bahwa pintu ini bukanlah pintu dengan desain umum.
Seseorang melirik ke arah Laylaa, sebelum kemudian menoleh kembali pada peti mati. "Kau lihat itu? Darahnya ...," Nada suaranya yang sebelum ini terdengar marah hingga ingin mencekik Laylaa berubah menjadi sedikit tertegun.
Sosok yang ditanyai itu tidak langsung menjawab, gerak tubuhnya menunjukkan jika kini dirinya tengah waspada. Matanya menatap tajam ke arah Laylaa yang pada akhirnya berhasil membuka pintu dan telah menghilang di puncak tangga. Suara langkah kaki gadis itu masih terdengar, sepertinya sedang berlari menuju pintu utama kastel.
Lelaki itu memperhatikan bagaimana darah itu terserap ke dalam mulut lelaki yang terbaring di dalam peti mati, seketika matanya tampak bercahaya. "Jangan biarkan gadis itu pergi," katanya pada akhirnya.
Beberapa sosok langsung menghilang setelah mendengar perintah itu. Gerakan mereka cepat, nyaris tak dapat tertangkap mata manusia biasa. Sementara itu beberapa sosok yang tertinggal di dalam ruangan hanya berdiri diam. Seolah sedang menunggu sesuatu.
Apakah ini adalah harinya? Saat yang dijanjikan sebagai hari untuk kebangkitan tuan mereka.
●●●
Skia
(26 Iulie 2016)
Revisi 12 Ianuarie 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Va in Soarta ✓ [TERBIT]
FantasiVA IN SOARTA (DIHAPUS!) Namanya Laylaa, seorang gadis cantik yang memiliki hobi tidak biasa. Penyuka hal baru, pemburu bahaya dan pecandu adrenalin. Bagi Laylaa, hidup tidak seharusnya hanya dilalui dengan jalan biasa saja. Ada begitu banyak hal ya...