PLAY LAGU DI ATAS YA, BIAR DAPET FEELNYA:D
Jangan pernah tinggalkan gue, sekalipun bila suatu saat gue minta lo untuk meninggalkan gue.
• • •
Suasana hening. Nael sama sekali tidak menggubris ucapan Naya. Cowok dengan kornea mata cokelat itu malah melamun, sibuk berkutat dengan isi kepalanya sendiri.
"Kak?" panggil Naya.
Perlahan tapi pasti, tangan Naya terjulur ingin meraih tangan Nael. Namun tak lama Naya justru tersentak, saat tiba-tiba Nael dengan gerakan refleks menjauhkan tangan dari jangkauannya.
"Permisi," Dengan sebuah nampan yang di atasnya tersedia makan malam Nael, seorang perempuan berseragam suster datang menginterupsi kesenyapan yang sedang berlangsung. "ini makanan Mas Nael, ini obatnya," lantunnya dengan begitu sopan seraya meletakkan sepaket kebutuhan pasiennya beserta dengan nampannya di atas nakas Nael.
"Terimakasih, Sus." Naya membalas dengan senyuman. "Aku suapin, ya, Kak?"
"Nggak perlu. Gue bisa sendiri," ketus Nael sambil menghalangi tangan Naya yang hendak mengambil makan malamnya.
Meski ada sedikit sesak yang menyelinap bercampur dengan kebingungan dalam dirinya, Naya tetap mencoba untuk terlihat semua baik-baik saja. Bahkan ia masih bisa menyunggingkan senyuman tipis walau harus bersusah payah.
Pikir Naya, mungkin kehadirannya kali ini tidaklah tepat. "Aku balik, ya, Kak."
Mendengar Naya berpamitan, seketika kepala Nael terangkat. Dilihatnya gadis itu sedang menggendong tas bersiap untuk pulang.
"Tunggu―" Belum sempat Naya mengambil langkah, buru-buru Nael menahan pergelangan tangannya.
Selama sekian detik keduanya saling memberi tatap dengan makna mendalam, tanpa mampu mereka mengerti satu sama lain.
Sampai akhinya Nael berucap, "Maaf."
"Kenapa Kakak minta maaf?"
Tiba-tiba Nael menarik tangan gadis itu. Sampai gadis itu maju beberapa langkah di dekatnya, Nael memeluknya penuh sesal. Sesal lantaran baru menyadari sikapnya yang ia akui memang keterlaluan. Kalaupun dirinya mulai meragukan hubungannya dengan Naya, akan tetapi bukan berarti ia berhak berlaku seenaknya pada gadis itu. Menimpakan segala beban rasa bersalahnya pada Renaya pada Naya yang tidak mengetahui apa-apa.
Meskipun kalau boleh Nael berterus terang, ketika Nael tahu bahwa Naya dan Renaya adalah dua orang berbeda, hal itu membuat Nael menganggap, apabila dirinya memiliki perasaan lebih pada Naya, sama saja Nael telah mengkhianati Renaya. Bila sudah begitu, semestinya Nael tidak boleh memiliki perasaan lebih pada Naya, bukan? Karena jelas, gadis itu bukanlah Renaya.
Walaupun Nael sadar, bahwa semuanya telah terlanjur terjadi. Perasaan itu sudah mulai tumbuh terlampau dalam, bahkan berkembang dalam benaknya. Sampai Nael tidak tahu bagaimana cara menghapuskannya. Sepertinya bukan hanya ragu, bahkan Nael juga sangat membingungkan bagaimana dia harus mengambil sikap atas perasaannya sendiri terhadap Naya. Di satu sisi Nael merasa bersalah karena telah mengkhianati Renaya. Namun di sisi lain Nael juga tidak bisa meninggalkan Naya.
Air mata Nael terjun di ambang kebimbangannya. Tanpa isak, cowok bermata cokelat terang itu menangis saking tidak tahunya mesti bagaimana. Sampai sesaat ia berucap pelan di telinga Naya tanpa melepaskan rengkuhannya. "Boleh gue minta sesuatu ke lo?
"Sesuatu apa, Kak?" balas Naya yang sungguh dilanda kebingungan.
"Jangan pernah tinggalkan gue, sekalipun bila suatu saat gue minta lo untuk pergi meninggalkan gue," tutur Nael dengan mata tertutup dan dagunya yang bertumpu di salah satu bahu Naya. Nael tahu permintaannya ini egois, tapi Nael seperti itu karena ia tidak tahu harus bagaimana agar tetap di sisi Naya, di saat ia tidak bisa melakukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/75973056-288-k900478.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Memories
Novela JuvenilSemenjak kecelakaan beruntun yang terjadi menimpa Nael, ada satu hal yang menghilang begitu saja dari ingatannya. Yaitu sepotong memori, tentang seorang gadis yang bernama Naya. Dan Nael merasa tidak ada satu orang pun yang ingin membantunya untuk m...